Minggu, 29 Januari 2012

Malik Asytar

Matahari sudah semakin tinggi pertanda siang hari telah tiba. Keadaan pasar seperti biasa, dipenuhi oleh orang ramai yang datang silih berganti untuk menyediakan keperluan hidup mereka. Di antara mereka tampak seorang lelaki berpostur tinggi dengan tubuh perkasa yang menarik perhatian banyak orang. Wajahnya terbakar oleh sengatan sinar matahari. Dengan langkah yang pasti, dia memasuki pasar Kufah. Saat itu, salah seorang pedagang pasar yang asyik duduk di depan tokonya, menyadari kedatangan lelaki tsb. Tiba-tiba muncul niat kotornya untuk membuat rekan-rekannya tertawa dengan melontarkan batu dan tanah ke arah lelaki itu.

Lelaki tersebut memalingkan wajahnya dan memandang ke arah orang yang melontarkan batu kepadanya. Tetapi tanpa merasa tersinggung, dia membiarkan peristiwa itu berlalu dan terus melanjutkan perjalanannya. Rekan si penjual itu bukan saja tidak tertawa menyaksikan perbuatan kawan, bahkan dengan rasa gusar dan gelisah berkata kepadanya, “Tahukah engkau siapa yang engkau permainkan tadi?”

Si penjual tersebut menjawab, “Tidak, aku tidak mengenalnya. Menurutku, dia tidak berbeda dengan ratusan orang lain yang lalu lalang di sini setiap hari di hadapan mata kita. Bukankah begitu?”

Salah seorang dari rekan si penjual itu dengan amat gusar sehingga wajahnya berkerut, berkata, “Hei! Bodoh! Tidakkah engkau mengenalinya? Lelaki yang baru lewat itu adalah Malik Asytar, komandan tentera Islam yang terkenal. Kita banyak terhutang budi kepadanya karena pengorbanan dan keberaniannya di medan perang. Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu siapa yang telah engkau permainkan tadi?”

Mendengar nama Malik, si pegadang menggigil ketakutan. Dia sungguh menyesali perbuatannya. Dia bahkan sanggup melakukan apa saja demi menebus kesalahannya. Matanya menjadi gelap. Dia tidak tahu kepada siapa harus mengadu. Dalam hati dia berkata, “Aku telah melakukan perbuatan yang bodoh. Aku telah mempermainkan komandan pasukan Islam. Tentu aku akan dihukumnya”

Si pedagang mengambil keputusan untuk pergi menemui Malik Asytar. Bagaimanapun juga dia akan meminta maaf kepadanya. Dia berlari-lari mencari Malik. Tidak lama kemudian, dia berhasil menemukan Malik yang tengah berjalan di kejauhan. Malik membelokkan langkahnya menuju masjid. Si pedagang itupun dengan hati yang bergoncang hebat menuruti langkah Malik dan masuk ke dalam masjid. Dia tidak berani menghampiri Malik. Panglima perang Islam itu berdiri menunaikan solat. Si penjual memandang ke arah Malik. Malik Asytar, dengan kekhusyukan penuh melaksanakan ibadahnya. Sayup-sayup terdengar suara merdu Malik yang tengah melaksanakan shalat. Suara itu menenangkan hati si pedagang pasar.

Selepas solat, Malik berdoa. Tak lama setelah beliau selesai memanjatkan doa, perlahan-lahan si pedagang mendatangi Malik. Dia lantas menjatuhkan diri dan bersimpuh di kaki Malik. Dengan suara bergetar dia berkata, “Wahai Malik Asytar, aku telah melakukan perbuatan yang bodoh. Aku tidak mengenalimu. Aku memohon kepadamu untuk memaafkanku. Demi Allah, aku tidak mengenalimu. Engkau adalah seorang lelaki yang mulia dan terhormat.

Malik Asytar, dengan perlahan-lahan mengangkat lelaki tersebut dan meletakkan tangannya ke atas bahu orang itu. Si lelaki itu dengan susah-payah menatap mata Malik. Malik Asytar dengan lembut berkata, “Aku bersumpah demi Tuhan, bahwa kedatanganku ke masjid ini adalah karena engkau. Sebab aku tahu bahwa karena kejahilanmu, engkau mengganggu orang tanpa sebab. Aku sedih melihatmu. Aku datang ke masjid ini untuk berdoa buatmu dan aku meminta dari Tuhan supaya memberimu petunjuk ke jalan yang benar dan menjauhkan dirimu dari dosa.”

Mendengar kata-kata Malik dan menyaksikan sendiri sifat pemaaf ksatria Islam ini, dia semakin merasa malu. Dia mengucapkan terima kasih kepada Malik Asytar dan kembali ke tempat kerjanya.

Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id



------------

Malik Asytar

Matahari sudah semakin tinggi pertanda siang hari telah tiba. Keadaan pasar seperti biasa, dipenuhi oleh orang ramai yang datang silih berganti untuk menyediakan keperluan hidup mereka. Di antara mereka tampak seorang lelaki berpostur tinggi dengan tubuh perkasa yang menarik perhatian banyak orang. Wajahnya terbakar oleh sengatan sinar matahari. Dengan langkah yang pasti, dia memasuki pasar Kufah. Saat itu, salah seorang pedagang pasar yang asyik duduk di depan tokonya, menyadari kedatangan lelaki tsb. Tiba-tiba muncul niat kotornya untuk membuat rekan-rekannya tertawa dengan melontarkan batu dan tanah ke arah lelaki itu.

Lelaki tersebut memalingkan wajahnya dan memandang ke arah orang yang melontarkan batu kepadanya. Tetapi tanpa merasa tersinggung, dia membiarkan peristiwa itu berlalu dan terus melanjutkan perjalanannya. Rekan si penjual itu bukan saja tidak tertawa menyaksikan perbuatan kawan, bahkan dengan rasa gusar dan gelisah berkata kepadanya, “Tahukah engkau siapa yang engkau permainkan tadi?”

Si penjual tersebut menjawab, “Tidak, aku tidak mengenalnya. Menurutku, dia tidak berbeda dengan ratusan orang lain yang lalu lalang di sini setiap hari di hadapan mata kita. Bukankah begitu?”

Salah seorang dari rekan si penjual itu dengan amat gusar sehingga wajahnya berkerut, berkata, “Hei! Bodoh! Tidakkah engkau mengenalinya? Lelaki yang baru lewat itu adalah Malik Asytar, komandan tentera Islam yang terkenal. Kita banyak terhutang budi kepadanya karena pengorbanan dan keberaniannya di medan perang. Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu siapa yang telah engkau permainkan tadi?”

Mendengar nama Malik, si pegadang menggigil ketakutan. Dia sungguh menyesali perbuatannya. Dia bahkan sanggup melakukan apa saja demi menebus kesalahannya. Matanya menjadi gelap. Dia tidak tahu kepada siapa harus mengadu. Dalam hati dia berkata, “Aku telah melakukan perbuatan yang bodoh. Aku telah mempermainkan komandan pasukan Islam. Tentu aku akan dihukumnya”

Si pedagang mengambil keputusan untuk pergi menemui Malik Asytar. Bagaimanapun juga dia akan meminta maaf kepadanya. Dia berlari-lari mencari Malik. Tidak lama kemudian, dia berhasil menemukan Malik yang tengah berjalan di kejauhan. Malik membelokkan langkahnya menuju masjid. Si pedagang itupun dengan hati yang bergoncang hebat menuruti langkah Malik dan masuk ke dalam masjid. Dia tidak berani menghampiri Malik. Panglima perang Islam itu berdiri menunaikan solat. Si penjual memandang ke arah Malik. Malik Asytar, dengan kekhusyukan penuh melaksanakan ibadahnya. Sayup-sayup terdengar suara merdu Malik yang tengah melaksanakan shalat. Suara itu menenangkan hati si pedagang pasar.

Selepas solat, Malik berdoa. Tak lama setelah beliau selesai memanjatkan doa, perlahan-lahan si pedagang mendatangi Malik. Dia lantas menjatuhkan diri dan bersimpuh di kaki Malik. Dengan suara bergetar dia berkata, “Wahai Malik Asytar, aku telah melakukan perbuatan yang bodoh. Aku tidak mengenalimu. Aku memohon kepadamu untuk memaafkanku. Demi Allah, aku tidak mengenalimu. Engkau adalah seorang lelaki yang mulia dan terhormat.

Malik Asytar, dengan perlahan-lahan mengangkat lelaki tersebut dan meletakkan tangannya ke atas bahu orang itu. Si lelaki itu dengan susah-payah menatap mata Malik. Malik Asytar dengan lembut berkata, “Aku bersumpah demi Tuhan, bahwa kedatanganku ke masjid ini adalah karena engkau. Sebab aku tahu bahwa karena kejahilanmu, engkau mengganggu orang tanpa sebab. Aku sedih melihatmu. Aku datang ke masjid ini untuk berdoa buatmu dan aku meminta dari Tuhan supaya memberimu petunjuk ke jalan yang benar dan menjauhkan dirimu dari dosa.”

Mendengar kata-kata Malik dan menyaksikan sendiri sifat pemaaf ksatria Islam ini, dia semakin merasa malu. Dia mengucapkan terima kasih kepada Malik Asytar dan kembali ke tempat kerjanya.

Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id



------------

Malik Asytar

Matahari sudah semakin tinggi pertanda siang hari telah tiba. Keadaan pasar seperti biasa, dipenuhi oleh orang ramai yang datang silih berganti untuk menyediakan keperluan hidup mereka. Di antara mereka tampak seorang lelaki berpostur tinggi dengan tubuh perkasa yang menarik perhatian banyak orang. Wajahnya terbakar oleh sengatan sinar matahari. Dengan langkah yang pasti, dia memasuki pasar Kufah. Saat itu, salah seorang pedagang pasar yang asyik duduk di depan tokonya, menyadari kedatangan lelaki tsb. Tiba-tiba muncul niat kotornya untuk membuat rekan-rekannya tertawa dengan melontarkan batu dan tanah ke arah lelaki itu.

Lelaki tersebut memalingkan wajahnya dan memandang ke arah orang yang melontarkan batu kepadanya. Tetapi tanpa merasa tersinggung, dia membiarkan peristiwa itu berlalu dan terus melanjutkan perjalanannya. Rekan si penjual itu bukan saja tidak tertawa menyaksikan perbuatan kawan, bahkan dengan rasa gusar dan gelisah berkata kepadanya, “Tahukah engkau siapa yang engkau permainkan tadi?”

Si penjual tersebut menjawab, “Tidak, aku tidak mengenalnya. Menurutku, dia tidak berbeda dengan ratusan orang lain yang lalu lalang di sini setiap hari di hadapan mata kita. Bukankah begitu?”

Salah seorang dari rekan si penjual itu dengan amat gusar sehingga wajahnya berkerut, berkata, “Hei! Bodoh! Tidakkah engkau mengenalinya? Lelaki yang baru lewat itu adalah Malik Asytar, komandan tentera Islam yang terkenal. Kita banyak terhutang budi kepadanya karena pengorbanan dan keberaniannya di medan perang. Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu siapa yang telah engkau permainkan tadi?”

Mendengar nama Malik, si pegadang menggigil ketakutan. Dia sungguh menyesali perbuatannya. Dia bahkan sanggup melakukan apa saja demi menebus kesalahannya. Matanya menjadi gelap. Dia tidak tahu kepada siapa harus mengadu. Dalam hati dia berkata, “Aku telah melakukan perbuatan yang bodoh. Aku telah mempermainkan komandan pasukan Islam. Tentu aku akan dihukumnya”

Si pedagang mengambil keputusan untuk pergi menemui Malik Asytar. Bagaimanapun juga dia akan meminta maaf kepadanya. Dia berlari-lari mencari Malik. Tidak lama kemudian, dia berhasil menemukan Malik yang tengah berjalan di kejauhan. Malik membelokkan langkahnya menuju masjid. Si pedagang itupun dengan hati yang bergoncang hebat menuruti langkah Malik dan masuk ke dalam masjid. Dia tidak berani menghampiri Malik. Panglima perang Islam itu berdiri menunaikan solat. Si penjual memandang ke arah Malik. Malik Asytar, dengan kekhusyukan penuh melaksanakan ibadahnya. Sayup-sayup terdengar suara merdu Malik yang tengah melaksanakan shalat. Suara itu menenangkan hati si pedagang pasar.

Selepas solat, Malik berdoa. Tak lama setelah beliau selesai memanjatkan doa, perlahan-lahan si pedagang mendatangi Malik. Dia lantas menjatuhkan diri dan bersimpuh di kaki Malik. Dengan suara bergetar dia berkata, “Wahai Malik Asytar, aku telah melakukan perbuatan yang bodoh. Aku tidak mengenalimu. Aku memohon kepadamu untuk memaafkanku. Demi Allah, aku tidak mengenalimu. Engkau adalah seorang lelaki yang mulia dan terhormat.

Malik Asytar, dengan perlahan-lahan mengangkat lelaki tersebut dan meletakkan tangannya ke atas bahu orang itu. Si lelaki itu dengan susah-payah menatap mata Malik. Malik Asytar dengan lembut berkata, “Aku bersumpah demi Tuhan, bahwa kedatanganku ke masjid ini adalah karena engkau. Sebab aku tahu bahwa karena kejahilanmu, engkau mengganggu orang tanpa sebab. Aku sedih melihatmu. Aku datang ke masjid ini untuk berdoa buatmu dan aku meminta dari Tuhan supaya memberimu petunjuk ke jalan yang benar dan menjauhkan dirimu dari dosa.”

Mendengar kata-kata Malik dan menyaksikan sendiri sifat pemaaf ksatria Islam ini, dia semakin merasa malu. Dia mengucapkan terima kasih kepada Malik Asytar dan kembali ke tempat kerjanya.

Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id



------------

Anak Kecil dan Neraka

Ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, ketika dia berjalan-jalan, terpandang seorang anak kecil sedang mengambil wudhu' sambil menangis. orang tua itupun berkata, "Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?" Maka berkata anak kecil itu, "Wahai bapak, saya telah membaca ayat al-Qur'an yang berbunyi, "Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum" yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu." Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka."

Berkata orang tua itu, "Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalm api neraka."

Berkata anak kecil itu, "Wahai bapak, engkau adalah orang yang berakal, tidakkah bapak lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa."

Berkata orang tua itu, sambil menangis, "Sesungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?"




Kontributor : Dwi Yoga Dwi.Yoga@snsgroup.co.id



------------

Anak Kecil dan Neraka

Ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, ketika dia berjalan-jalan, terpandang seorang anak kecil sedang mengambil wudhu' sambil menangis. orang tua itupun berkata, "Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?" Maka berkata anak kecil itu, "Wahai bapak, saya telah membaca ayat al-Qur'an yang berbunyi, "Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum" yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu." Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka."

Berkata orang tua itu, "Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalm api neraka."

Berkata anak kecil itu, "Wahai bapak, engkau adalah orang yang berakal, tidakkah bapak lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa."

Berkata orang tua itu, sambil menangis, "Sesungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?"




Kontributor : Dwi Yoga Dwi.Yoga@snsgroup.co.id



------------

Untuk Para Perokok

Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id



------------





Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang



Saudaraku Tercinta:



Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah senantiasa terlimpahkan kepada anda. Adapun setelah itu:



Saya berdoa kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa supaya surat ini sampai ke tangan anda sedang anda dalam keadaan sehat dan ‘afiat. Barangkali anda bertanya-tanya; siapakah saya? Ada apa gerangan saya menulis surat ini untuk anda? Apa target di balik surat tersebut?.



Biarkan saya katakan kepada anda: Anda akan mendapatkan jawaban semua ini diantara baris-baris tulisan ini.

Tenang dan bacalah kalimat-kalimat ini yang ditulis oleh seorang saudara anda yang mencintai dan menyayangi anda….bagaimana pantas bagi anda sedang anda adalah seorang putra Islam dan berasal dari sebuah keluarga yang dikenal baik, sholeh dan menjaga kehormatan….Anggotanya adalah ahli tauhid dan sholat….Bagaimana pantas bagi anda meninggalkan jalannya bapak dan para leluhur?! Bahkan anda mendurhakai firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa kepada Rasul-Nya.

Kendati pada diri anda terdapat kebaikan –bagi Allah-lah pujian yang banyak- hanya saja saya hendak bertanya kepada anda tentang api yang anda bawa dalam saku anda dan antara jari-jari anda…kemudian anda letakkan di mulut anda…Relakah anda api tersebut untuk putra atau putri anda….jawaban anda akan mengatakan: “saya tidak rela untuk putra saya lantas bagaimana untuk putra atau saudari saya?!

Lantas kenapa anda relakan diri anda melakukan dosa dan jatuh dalam keharaman namun anda tidak rela hal itu untuk putra atau putri anda?!



Lantas bagaimana anggota keluarga anda dari putra dan putri anda akan tumbuh sedang mereka melihat teladan dan pengajar meniupkan racun dalam rumah mereka setiap saat?! Sesungguhnya mereka akan mengikuti teladan dan berjalan di atas jalannya ayah?! Bagaimana anda akan perbuat terhadap mereka esuk kelak.

Saudaraku Tercinta

Waktu untuk kembali sesaat lagi…tinggalkanlah bisikan-bisikan setan dan dengarkanlah firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa dan sabda Rasul sollallohu ‘alaihi wasallam serta penjelasan para ulama tentang keharaman mengkonsumsi maupun menjual rokok. Saya akan melontarkan kepada anda satu pertanyaan yang akan saya dapati jawabannya dari anda seorang diri sekarang juga…..

Pada timbangan manakah rokok ini diletakkan? Pada timbangan kebaikankah, ataukah pada timbangan keburukan?! Jawaban anda akan menyatakan: “pada timbangan keburukan” karena ia bukan termasuk barang thayyib (baik) dan karena tidak ada posisi ketiga antara kebaikan dan keburukan….Bukankah demikian?! Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun sekalipun (amalan itu) hanya seberat biji sawi dan cukup dengan Kami Dzat yang membikin perhitungan ” (Al Anbiya’:47)



Perhatikanlah perkara ini….Dimanakah gerangan anda kelak pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya? Dimanakah gerangan anda kelak pada hari dimana semua wanita yang menyusui lalai dari anak yang disusuinya dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk?!

Pada hari sulit itu anda menunanti-nanti satu kebaikan! Namun anda sekarang mengumpulkan keburukan dan dosa-dosa!



Bahkan pantaskah anda termasuk orang-orang yang berbau tak sedap?! Cukuplah bahayanya bagi anda rokok tersebut telah dilarang di tempat-tempat umum di negara-negara kafir ?! Ikutilah daftar yang amat mengagetkan bagi orang-orang yang sakit kangker paru-paru, tenggorokan dan penyakit-penyakit rokok yang lain?!



Saudaraku tercinta

Relakah anda dikatakan seorang fasik?! Atau seorang perokok?! Padahal anda adalah fulan putra fulan. Demi Allah sekiranya setiap hisapan rokok merupakan satu keburukan maka berapa banyak keburukan yang telah anda kumpulkan semenjak anda mulai merokok? Bagaimana kelak anda menjumpai Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan membawa keburukan-keburukan ini? Waspadalah terhadap firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (An Nur:64)



Sesungguhnya saya memohonkan perlindungan kepada Allah untuk anda dari termasuk orang yang tidak mau kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, berjalan di belakang petunjuknya, mengikuti setan-setannya dan bermaksiat kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepadanya….berupa harta, kesehatan, dua tangan dan bibir. Buanglah apa yang ada di tangan anda, mulailah lembaran baru yang disucikan oleh iman, dihiasi oleh ketaqwaan dan meninggalkan apa yang Allah larang untuk dikonsumsi maupun dijual?!



Janganlah anda pikul dosa anda pada hari kiamat beserta dosa orang-orang yang anda jual kepada mereka berikut dosa anak-anak dan teman-teman anda yang mengikuti jejak anda hingga hari kiamat….tanpa berkurang sedikitpun dosa-dosa mereka. Rasulullah sollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memulai kebiasaan buruk dalam Islam maka ia mendapat dosanya dan dosa yang melakukannya sepeninggalnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun” (HR Muslim)

Sepantasnyalah anda mendengarkan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa dan tidak mengulangi lagi. “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang turun (kepada mereka)” (Al Hadid:16)



Saya berlindung kepada Allah jika anda mendengarkan ayat-ayat-Nya sedang hati anda tidak khusu’, anggota badan anda tidak lunak dan hati anda tidak mau tobat. Saya sodorkan kepada anda fatwa yang terhormat syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin seputar mengkonsumsi rokok dan candu. Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata:

“Merokok adalah diharamkan demikian pula candu. Dalil atas hal itu adalah firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa ;

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri” (An Nisa: 29) dan firman-Nya

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (Al Baqarah:195).

Telah terbukti dalam ilmu kedokteran bahwa mengkonsumsi barang-barang ini menimbulkan madharat. Dan jika menimbulkan madharat berarti haram. Dalil lain firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa :

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan” (An Nisa’:5)



Allah melarang memberikan harta kita kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya karena mereka akan menghamburkan dan merusaknya. Tidak diragukan lagi bahwa membelanjakan harta untuk membeli rokok atau candu berarti menghambur-hamburkan dan merusak harta maka dilarang dengan dalil ayat ini. Dalam sunnah disebutkan bahwa Rasulullah sollallohu ‘alaihi wasallam melarang menyia-nyiakan harta” sedang membelanjakan harta pada barang-barang ini termasuk menyia-nyiakan harta. Dan karena Nabi sollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak boleh berbahaya maupun membahayakan” sedang mengkonsumsi barang-barang ini menimbulkan bahaya (madharat). Dan karena barang-barang ini menjadikan orang bergantung kepadanya. Jika dia tidak mendapatkannya, dadanya sesak dan dunia terasa sempit baginya sehingga dia memasukkan ke dalam dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak dia butuhkan”



Demikianlah saya berdoa kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa kiranya surat ini jatuh pada tempat yang baik di hati anda dan anda bertekad untuk taubat dari segala dosa dan kesalahan.



Dan kiranya taubat anda dalam waktu dekat ini…Jadilah orang yang cerdik, memiliki obsesi, inabah (kembali kepada Allah) dan bergembiralah dengan kebaikan besar dan pahala yang banyak. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang taubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri” (Al Baqarah : 222)



Alangkah agungnya kedudukan jika Allah subhaanahu wa ta’aalaa tai anda dan menjadikan anda termasuk hamba-hamba-Nya yang didekatkan.

Janganlah anda menjadi orang yang lemah keinginan, berkepribadian goncang dari orang-orang yang setan mengerahkan pasukan berkuda dan pasukannya yang berjalan kaki kepada mereka lalu meninggalkan jalan surga sebagaimana sabda sollallohu ‘alaihi wasallam

“Setiap umatku masuk jannah melainkan yang enggan”. Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah! Siapa yang enggan? Beliau bersabda: “Barangsiapa menaatiku masuk jannah dan barangsiapa bermaksiat kepadaku berarti ia telah enggan” (HR Bukhari)



Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya semua.



Sumber : www.almanaj.or.id

Untuk Para Perokok

Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id



------------





Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang



Saudaraku Tercinta:



Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah senantiasa terlimpahkan kepada anda. Adapun setelah itu:



Saya berdoa kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa supaya surat ini sampai ke tangan anda sedang anda dalam keadaan sehat dan ‘afiat. Barangkali anda bertanya-tanya; siapakah saya? Ada apa gerangan saya menulis surat ini untuk anda? Apa target di balik surat tersebut?.



Biarkan saya katakan kepada anda: Anda akan mendapatkan jawaban semua ini diantara baris-baris tulisan ini.

Tenang dan bacalah kalimat-kalimat ini yang ditulis oleh seorang saudara anda yang mencintai dan menyayangi anda….bagaimana pantas bagi anda sedang anda adalah seorang putra Islam dan berasal dari sebuah keluarga yang dikenal baik, sholeh dan menjaga kehormatan….Anggotanya adalah ahli tauhid dan sholat….Bagaimana pantas bagi anda meninggalkan jalannya bapak dan para leluhur?! Bahkan anda mendurhakai firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa kepada Rasul-Nya.

Kendati pada diri anda terdapat kebaikan –bagi Allah-lah pujian yang banyak- hanya saja saya hendak bertanya kepada anda tentang api yang anda bawa dalam saku anda dan antara jari-jari anda…kemudian anda letakkan di mulut anda…Relakah anda api tersebut untuk putra atau putri anda….jawaban anda akan mengatakan: “saya tidak rela untuk putra saya lantas bagaimana untuk putra atau saudari saya?!

Lantas kenapa anda relakan diri anda melakukan dosa dan jatuh dalam keharaman namun anda tidak rela hal itu untuk putra atau putri anda?!



Lantas bagaimana anggota keluarga anda dari putra dan putri anda akan tumbuh sedang mereka melihat teladan dan pengajar meniupkan racun dalam rumah mereka setiap saat?! Sesungguhnya mereka akan mengikuti teladan dan berjalan di atas jalannya ayah?! Bagaimana anda akan perbuat terhadap mereka esuk kelak.

Saudaraku Tercinta

Waktu untuk kembali sesaat lagi…tinggalkanlah bisikan-bisikan setan dan dengarkanlah firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa dan sabda Rasul sollallohu ‘alaihi wasallam serta penjelasan para ulama tentang keharaman mengkonsumsi maupun menjual rokok. Saya akan melontarkan kepada anda satu pertanyaan yang akan saya dapati jawabannya dari anda seorang diri sekarang juga…..

Pada timbangan manakah rokok ini diletakkan? Pada timbangan kebaikankah, ataukah pada timbangan keburukan?! Jawaban anda akan menyatakan: “pada timbangan keburukan” karena ia bukan termasuk barang thayyib (baik) dan karena tidak ada posisi ketiga antara kebaikan dan keburukan….Bukankah demikian?! Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun sekalipun (amalan itu) hanya seberat biji sawi dan cukup dengan Kami Dzat yang membikin perhitungan ” (Al Anbiya’:47)



Perhatikanlah perkara ini….Dimanakah gerangan anda kelak pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya? Dimanakah gerangan anda kelak pada hari dimana semua wanita yang menyusui lalai dari anak yang disusuinya dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk?!

Pada hari sulit itu anda menunanti-nanti satu kebaikan! Namun anda sekarang mengumpulkan keburukan dan dosa-dosa!



Bahkan pantaskah anda termasuk orang-orang yang berbau tak sedap?! Cukuplah bahayanya bagi anda rokok tersebut telah dilarang di tempat-tempat umum di negara-negara kafir ?! Ikutilah daftar yang amat mengagetkan bagi orang-orang yang sakit kangker paru-paru, tenggorokan dan penyakit-penyakit rokok yang lain?!



Saudaraku tercinta

Relakah anda dikatakan seorang fasik?! Atau seorang perokok?! Padahal anda adalah fulan putra fulan. Demi Allah sekiranya setiap hisapan rokok merupakan satu keburukan maka berapa banyak keburukan yang telah anda kumpulkan semenjak anda mulai merokok? Bagaimana kelak anda menjumpai Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan membawa keburukan-keburukan ini? Waspadalah terhadap firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (An Nur:64)



Sesungguhnya saya memohonkan perlindungan kepada Allah untuk anda dari termasuk orang yang tidak mau kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, berjalan di belakang petunjuknya, mengikuti setan-setannya dan bermaksiat kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepadanya….berupa harta, kesehatan, dua tangan dan bibir. Buanglah apa yang ada di tangan anda, mulailah lembaran baru yang disucikan oleh iman, dihiasi oleh ketaqwaan dan meninggalkan apa yang Allah larang untuk dikonsumsi maupun dijual?!



Janganlah anda pikul dosa anda pada hari kiamat beserta dosa orang-orang yang anda jual kepada mereka berikut dosa anak-anak dan teman-teman anda yang mengikuti jejak anda hingga hari kiamat….tanpa berkurang sedikitpun dosa-dosa mereka. Rasulullah sollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memulai kebiasaan buruk dalam Islam maka ia mendapat dosanya dan dosa yang melakukannya sepeninggalnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun” (HR Muslim)

Sepantasnyalah anda mendengarkan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa dan tidak mengulangi lagi. “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang turun (kepada mereka)” (Al Hadid:16)



Saya berlindung kepada Allah jika anda mendengarkan ayat-ayat-Nya sedang hati anda tidak khusu’, anggota badan anda tidak lunak dan hati anda tidak mau tobat. Saya sodorkan kepada anda fatwa yang terhormat syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin seputar mengkonsumsi rokok dan candu. Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata:

“Merokok adalah diharamkan demikian pula candu. Dalil atas hal itu adalah firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa ;

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri” (An Nisa: 29) dan firman-Nya

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (Al Baqarah:195).

Telah terbukti dalam ilmu kedokteran bahwa mengkonsumsi barang-barang ini menimbulkan madharat. Dan jika menimbulkan madharat berarti haram. Dalil lain firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa :

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan” (An Nisa’:5)



Allah melarang memberikan harta kita kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya karena mereka akan menghamburkan dan merusaknya. Tidak diragukan lagi bahwa membelanjakan harta untuk membeli rokok atau candu berarti menghambur-hamburkan dan merusak harta maka dilarang dengan dalil ayat ini. Dalam sunnah disebutkan bahwa Rasulullah sollallohu ‘alaihi wasallam melarang menyia-nyiakan harta” sedang membelanjakan harta pada barang-barang ini termasuk menyia-nyiakan harta. Dan karena Nabi sollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak boleh berbahaya maupun membahayakan” sedang mengkonsumsi barang-barang ini menimbulkan bahaya (madharat). Dan karena barang-barang ini menjadikan orang bergantung kepadanya. Jika dia tidak mendapatkannya, dadanya sesak dan dunia terasa sempit baginya sehingga dia memasukkan ke dalam dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak dia butuhkan”



Demikianlah saya berdoa kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa kiranya surat ini jatuh pada tempat yang baik di hati anda dan anda bertekad untuk taubat dari segala dosa dan kesalahan.



Dan kiranya taubat anda dalam waktu dekat ini…Jadilah orang yang cerdik, memiliki obsesi, inabah (kembali kepada Allah) dan bergembiralah dengan kebaikan besar dan pahala yang banyak. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang taubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri” (Al Baqarah : 222)



Alangkah agungnya kedudukan jika Allah subhaanahu wa ta’aalaa tai anda dan menjadikan anda termasuk hamba-hamba-Nya yang didekatkan.

Janganlah anda menjadi orang yang lemah keinginan, berkepribadian goncang dari orang-orang yang setan mengerahkan pasukan berkuda dan pasukannya yang berjalan kaki kepada mereka lalu meninggalkan jalan surga sebagaimana sabda sollallohu ‘alaihi wasallam

“Setiap umatku masuk jannah melainkan yang enggan”. Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah! Siapa yang enggan? Beliau bersabda: “Barangsiapa menaatiku masuk jannah dan barangsiapa bermaksiat kepadaku berarti ia telah enggan” (HR Bukhari)



Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya semua.



Sumber : www.almanaj.or.id

cukup satu jawaban atas tiga pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ketanah air. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orangtuanya untuk mencari seorang Guru Agama, Kyai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.



Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang yang dimaksud tersebut.



Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?

Kyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda

Pemuda: Anda yakin? Sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.

Kyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.

Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan:

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya!

2. Apakah yang dinamakan takdir?

3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan

ke neraka yang dibuat

dari api,tentu tidak menyakitkan buat syetan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?



Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras. Pemuda sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya?

Kyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.

Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit

Kyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?

Pemuda: Ya

Kyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu !

Pemuda: Saya tidak bisa

Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?

Pemuda: Tidak

Kyai : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?

Pemuda: Tidak.

Kyai : Itulah yang dinamakan Takdir.

Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?

Pemuda: kulit.

Kyai : Terbuat dari apa pipi anda?

Pemuda: kulit.

Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: sakit.

Kyai : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syeitan.



Semoga bermanfaat


Kontributor: Andri Hartanto Andri.Hartanto@snsgroup.co.id



-----------

Ubahlah Bencimu Menjadi Cinta

Berteman dengan siapapun buat saya adalah sesuatu yang menggembirakan. Banyak mutiara hikmah yang berserakan dimanapun justru yang muncul dari orang-orang yang sederhana. Salah satunya penjual sate ayam. Awalnya saya mengenalnya dibulan suci ramadhan beberapa tahun yang lalu. Orang Madura ini baik dan ramah. Itulah yang membuat dagangan satenya menjadi ramai.



Pada suatu hari dia bertutur bahwa pada saat bulan tertentu seperti bulan ramadhan dirinya bisa kuwalahan melayani pembeli. Sampai dia mengajak sanak saudaranya ikut membantunya berjualan, termasuk bapaknya sendiri. Katanya, pada satu sore para sudah banyak pembeli yang mengantri. Bapak dan saudara-saudara sibuk melayani sementara dirinya pulang untuk mengambil lontong dan sate ayam dirumah. Sekembali ke warung dan pembeli sudah mulai berkurang. Adzan maghrib berkumandang. Sang bapak menghampiri dirinya dan mengatakan kalau kotak uang penjualan hari ini telah hilang diambil orang. Sebagai gantinya bapaknya bersedia bekerja selama ramadhan tidak usah digaji.



Hari telah berlalu, seminggu kemudian. Abis jelang adzan maghrib ada seorang pemuda pesan sate ayam beserta lontong. Bapaknya langsung melayaninya. Orang itu dilayani dengan istimewa, membuat anaknya menjadi heran, kenapa bapak memperlakukan dia sangat istimewa. Mulai dari membakarkan sate, menyiapkan lontongnya, teh hangatnya dengan sangat ramahnya.



"Bapak, siapakah dia? Kenapa bapak melayani dengan sangat istimewa?

Apa dia pejabat kelurahan?" Katanya penuh keheranan.



"Bukan. Dia adalah yang mengambil kotak uangmu tempo hari." Jawab bapaknya. Mendengar jawaban bapak seperti itu rasanya darah saya mendidih. Pengen rasanya saya luapkan amarah saya pada orang itu.

Tapi bapak saya mencegahnya dengan mengatakan. "Jangan kamu luapkan amarahmu. Dia adalah guru sejatimu sebab dari dialah, dirimu bisa belajar mengubah bencimu menjadi Cinta."



Saya dibuat tertegun mendengar tutur katanya. Sayapun sempat bertanya dalam hati, Mengubah benci menjadi cinta? Apakah mungkin?

Bagaimana menurut anda?



Wassalam,


Kontributor: Awal Moedzakir Awaludin@snsgroup.co.id



------------

Ubahlah Bencimu Menjadi Cinta

Berteman dengan siapapun buat saya adalah sesuatu yang menggembirakan. Banyak mutiara hikmah yang berserakan dimanapun justru yang muncul dari orang-orang yang sederhana. Salah satunya penjual sate ayam. Awalnya saya mengenalnya dibulan suci ramadhan beberapa tahun yang lalu. Orang Madura ini baik dan ramah. Itulah yang membuat dagangan satenya menjadi ramai.



Pada suatu hari dia bertutur bahwa pada saat bulan tertentu seperti bulan ramadhan dirinya bisa kuwalahan melayani pembeli. Sampai dia mengajak sanak saudaranya ikut membantunya berjualan, termasuk bapaknya sendiri. Katanya, pada satu sore para sudah banyak pembeli yang mengantri. Bapak dan saudara-saudara sibuk melayani sementara dirinya pulang untuk mengambil lontong dan sate ayam dirumah. Sekembali ke warung dan pembeli sudah mulai berkurang. Adzan maghrib berkumandang. Sang bapak menghampiri dirinya dan mengatakan kalau kotak uang penjualan hari ini telah hilang diambil orang. Sebagai gantinya bapaknya bersedia bekerja selama ramadhan tidak usah digaji.



Hari telah berlalu, seminggu kemudian. Abis jelang adzan maghrib ada seorang pemuda pesan sate ayam beserta lontong. Bapaknya langsung melayaninya. Orang itu dilayani dengan istimewa, membuat anaknya menjadi heran, kenapa bapak memperlakukan dia sangat istimewa. Mulai dari membakarkan sate, menyiapkan lontongnya, teh hangatnya dengan sangat ramahnya.



"Bapak, siapakah dia? Kenapa bapak melayani dengan sangat istimewa?

Apa dia pejabat kelurahan?" Katanya penuh keheranan.



"Bukan. Dia adalah yang mengambil kotak uangmu tempo hari." Jawab bapaknya. Mendengar jawaban bapak seperti itu rasanya darah saya mendidih. Pengen rasanya saya luapkan amarah saya pada orang itu.

Tapi bapak saya mencegahnya dengan mengatakan. "Jangan kamu luapkan amarahmu. Dia adalah guru sejatimu sebab dari dialah, dirimu bisa belajar mengubah bencimu menjadi Cinta."



Saya dibuat tertegun mendengar tutur katanya. Sayapun sempat bertanya dalam hati, Mengubah benci menjadi cinta? Apakah mungkin?

Bagaimana menurut anda?



Wassalam,


Kontributor: Awal Moedzakir Awaludin@snsgroup.co.id



------------

PEMIMPIN

Khalifah Harun al-Rasyid pernah menangis tersedu-sedu sesaat setelah diingatkan seorang yang alim akan tanggung jawab satu per satu umatnya. Jauh berbeda dengan sikap pemimpin sekarang.

Terjadi di zaman kekhalifahan Abbasiyah. Khalifah Harun al-Rasyid melakukan thawaf dan agar jalannya leluasa, para pengawalnya menyingkirkan orang-orang di sekitar Ka'bah. Salah seorang yang sedang thawaf mengadukan kejadian itu kepada seorang `alim yang disegani oleh Khalifah. `Alim tersebut berkata, "Wah, gara-gara ceritamu aku jadi terkena kewajiban menegur Khalifah."

Maka dalam suatu kesempatan, sang `Alim mengajak Khalifah berjalan-jalan ke atas bukit batu di sekitar Masjidil Haram. Dari ketinggian, keduanya dapat melihat ribuan orang sedang beribadah di sekitar Ka'bah, maupun yang sibuk berdagang di sekitar masjid. `Alim itu berkata, "Khalifah, tengoklah mereka. Setiap orang dari mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas hidup mereka masing-masing..."

Khalifah Harun al-Rasyid mengangguk-angguk.

Sang `Alim melanjutkan, "Sedangkan Engkau sebagai Khalifah, Engkau akan dimintai Allah pertanggungjawabanmu atas hidup semua orang itu di bawah sana... satu per satu.."

Harun al-Rasyid menangis tersedu-sedu.


Kontributor : Akhmad A. Setiabudi Akhmad.Setiabudi@snsgroup.co.id



------------

PEMIMPIN

Khalifah Harun al-Rasyid pernah menangis tersedu-sedu sesaat setelah diingatkan seorang yang alim akan tanggung jawab satu per satu umatnya. Jauh berbeda dengan sikap pemimpin sekarang.

Terjadi di zaman kekhalifahan Abbasiyah. Khalifah Harun al-Rasyid melakukan thawaf dan agar jalannya leluasa, para pengawalnya menyingkirkan orang-orang di sekitar Ka'bah. Salah seorang yang sedang thawaf mengadukan kejadian itu kepada seorang `alim yang disegani oleh Khalifah. `Alim tersebut berkata, "Wah, gara-gara ceritamu aku jadi terkena kewajiban menegur Khalifah."

Maka dalam suatu kesempatan, sang `Alim mengajak Khalifah berjalan-jalan ke atas bukit batu di sekitar Masjidil Haram. Dari ketinggian, keduanya dapat melihat ribuan orang sedang beribadah di sekitar Ka'bah, maupun yang sibuk berdagang di sekitar masjid. `Alim itu berkata, "Khalifah, tengoklah mereka. Setiap orang dari mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas hidup mereka masing-masing..."

Khalifah Harun al-Rasyid mengangguk-angguk.

Sang `Alim melanjutkan, "Sedangkan Engkau sebagai Khalifah, Engkau akan dimintai Allah pertanggungjawabanmu atas hidup semua orang itu di bawah sana... satu per satu.."

Harun al-Rasyid menangis tersedu-sedu.


Kontributor : Akhmad A. Setiabudi Akhmad.Setiabudi@snsgroup.co.id



------------

AIR

Peneliti Jepang, Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan dan informasi positif. Sudah banyak "ayat-ayat" Allah ditunjukkan, tapi kita jarang mensyukurinya



Oleh: Kartika Pemilia Lestari





Orang yang belum mengerti hakikat dan karakteristik air sering mengira bahwa pengobatan alternative dengan cara meminum air yang telah diberi doa sebelumnya, merupakan suatu cara yang tidak ilmiah. Karena itu maka "layak" disebut sebagai cara yang tidak rasional. Namun, seorang peneliti Jepang terkenal, Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah.



Hasil penelitian Masaru Emoto yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "The True Power Of Water" [Hikmah Air dalam Olahjiwa], (MQS Publishing, 2006), merupakan pengalaman menakjubkan karena membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia.



Temuan Masaru memrupakan hasil kerja kerasnya sebagai wujud kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Ia bahkan melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin dan Prancis. Temuannya itu kemudian ia bawa ke markas Besar PBB di New York bulan Maret 2005 lalu.



Dr. Masaru Emoto melakukan penelitian selama 2 bulan bersama sahabatnya Kazuya Ishibashi (seorang ahli sains yang mahir menggunakan mikroskop). Masaru yang menyelesaikan pendidikannya di Yokohama Municipal University Departemen Kemanusiaan dan Sains jurusan Hubungan Internasional berhasil mendapatkan foto kristal air dengan membekukan air pada suhu -25 derajat Celsius dan menggunakan alat foto berkecepatan tinggi. Lalu ditelitilah air dengan menggunakan respon kata-kata, gambar, serta suara. Hasilnya luar biasa, sebagaimana yang sudah dibaca banyak orang. Air, katanya, bisa menerima pesan.



Bahkan dalam bukunya yang lain, "The Hidden Message in Water", Masaru mengatakan, air seperti pita magnetik atau compact disk.



Kata-Kata

Air mengenali kata tidak hanya sebagai sebuah desain sederhana, tetapi air dapat memahami makna kata tersebut. Saat air sadar bahwa kata yang diperlihatkan membawa informasi yang baik maka air akan membentuk kristal. Jika kata positif yang diberikan, maka kristal yang terbentuk akan merekah luar biasa laksana bunga yang sedang mekar penuh, seakan ingin menggambarkan gerakan tangan air yang sedang mengekspresikan kenikmatannya.



Sebaliknya, jika kata-kata negative yang diberikan, maka akan menghasilkan pecahan kristal dengan ukuran yang tidak seimbang. Mungkin juga air dapat merasakan perasaan orang yang menulis kata tersebut. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jika air diberi kumpulan kata yang merupakan doa?



Subhanallah, kekuatan air yang sudah menerima kata-kata itu, terutama untuk penyembuhan tentu sangat besar. Apalagi kumpulan kata yang merupakan doa tersebut bukan kata-kata biasa, tapi berasal dari Allah SWT dan diucapkan oleh orang shaleh pilihan Allah SWT.



Dr. Masaru sendiri menggunakan kekuatan air untuk pengobatan dengan menemukan efek gelombang energi yang dia sebut sebagai HADO (energi atau kumpulan getaran yang ada pada sebuah benda). Lalu dengan HADO inilah Dr.Masaru bisa memformat efek energi air untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Pengobatan dengan HADO ini merupakan salah satu cara pengobatan alternative.



Menurut Masaru, banyak peneliti saat ini mulai mempelajari berbagai pengobatan alternative karena merasakan beberapa kekurangan dalam obat konvensional Barat, yang hanya mampu mencapai level sel yang menyebabkan gejala penyakit. Sedang air HADO mampu mengobati penyakit hingga ke dalam partikel sub atom terkecil. Sudah ada beberapa pasien Dr.Masaru yang sembuh setelah meminum air HADO.

Penerima Informasi

Berdasarkan penelitian Dr.Masaru, semakin jelas terlihat bahwa kualitas air dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk, bergantung pada informasi yang diterimanya. Hal ini membuat kita yakin bahwa kita, manusia, juga dipengaruhi oleh informasi yang kita terima karena 70% tubuh manusia dewasa adalah air.



Konsekuensi logisnya adalah manusia, sebagai makhluk yang sebagian besarnya terbentuk dari air, sudah seharusnya diberikan informasi yang baik. Jika kita melakukan hal ini, pikiran dan tubuh kita akan menjadi sehat. Di pihak lain, jika kita menerima informasi yang buruk, kita akan merasakan sakit.



Ambil contoh begini; Sebagian orang mengatakan bahwa mereka merasa lebih baik hanya dengan berbicara kepada dokter. "Efek placebo" ikut berperan saat dokter yang mereka percayai berkata, "ini cuma flu biasa, Anda hanya perlu banyak istirahat. Jangan khawatir, Anda akan segera sembuh."



Dengan mendengarkan kata-kata dokter tersebut, rasa cemas dan takut dalam diri mereka benar-benar hilang. Kata-kata tersebut membangunkan kekuatan untuk menyembuhkan diri sendiri, yang memang sudah ada dalam tubuh manusia.



Pada zaman dahulu seorang dokter adalah orang yang juga ahli dalam bidang agama, seperti pendeta atau tabib sehingga dia tidak hanya memberikan solusi secara konvensional, namun sekaligus memberikan "efek placebo" lewat kata-kata positif berupa doa atau motivasi yang sarat nilai spiritual.



Hal ini juga berlaku bagi konselor yang harus mempunyai kemampuan untuk mengirim gelombang yang baik agar bentuk gelombang abnormal pada pasien dapat diperbaiki.

Efek kata-kata juga bisa menimbulkan perilaku negative. Orang acapkali melakukan bunuh diri setelah membaca informasi tentang materi bunuh diri. Sekitar dua puluh tahun lalu seorang idola remaja di Jepang melakukan bunuh diri. Dengan cepat berita tersebut menyebar, banyak remaja-remaja lain mengikuti jejaknya. Kejadian tentang hantu pembunuh di Jepang juga mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang sama.



Nikmat yang mana lagi?



Mari kita ingat kembali bahwa air yang diberikan kata-kata positif akan menyusun kristal-kristal yang indah. Air mempersembahkan kepada kita makna yang mengagumkan bahwa kita seharusnya menjalani hidup dengan cara yang baik, serta tetap menjaga kesehatan pikiran dan tubuh kita serta berikankata-kata yang positif (informasi) yang baik kepada manusia, yang 70% tubuhnya adalah air.
Sungguh kita tidak akan mampu menghitung nikmat Allah SWT yang diwujudkan-Nya berupa air.



"Allah-lah yang telah mMenciptakan langit dan bumi serta menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia Mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah Menundukkan (pula) bagimu supaya behtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai." (QS. Ibrahim : 32).



Sebagai penutup, dalam sebuah karya ilmiah yang ditulis Dr. Akiko Sugara dari Jurusan Ilmu Kesehatan Universitas Tokyo tentang HADO dalam makanan membuktikan efek buruk daging babi pada orang yang memakannya.



Bersandar pada Dr. Masaru Emoto dan Dr. Akiko Sugara kita dapat memahami betapa luar biasa yang diberikan Allah kepada manusia, meski terkadang otak kita tidak sampai kepadanya. Pertanyaanya, lalu nikmat yang mana selain kita senantiasa bersyukur kepadaNya?Wallahu'alam bishshawwab

Kontributor : Akhmad A. Setiabudi Akhmad.Setiabudi@snsgroup.co.id



-----------

AIR

Peneliti Jepang, Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan dan informasi positif. Sudah banyak "ayat-ayat" Allah ditunjukkan, tapi kita jarang mensyukurinya



Oleh: Kartika Pemilia Lestari





Orang yang belum mengerti hakikat dan karakteristik air sering mengira bahwa pengobatan alternative dengan cara meminum air yang telah diberi doa sebelumnya, merupakan suatu cara yang tidak ilmiah. Karena itu maka "layak" disebut sebagai cara yang tidak rasional. Namun, seorang peneliti Jepang terkenal, Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah.



Hasil penelitian Masaru Emoto yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "The True Power Of Water" [Hikmah Air dalam Olahjiwa], (MQS Publishing, 2006), merupakan pengalaman menakjubkan karena membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia.



Temuan Masaru memrupakan hasil kerja kerasnya sebagai wujud kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Ia bahkan melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin dan Prancis. Temuannya itu kemudian ia bawa ke markas Besar PBB di New York bulan Maret 2005 lalu.



Dr. Masaru Emoto melakukan penelitian selama 2 bulan bersama sahabatnya Kazuya Ishibashi (seorang ahli sains yang mahir menggunakan mikroskop). Masaru yang menyelesaikan pendidikannya di Yokohama Municipal University Departemen Kemanusiaan dan Sains jurusan Hubungan Internasional berhasil mendapatkan foto kristal air dengan membekukan air pada suhu -25 derajat Celsius dan menggunakan alat foto berkecepatan tinggi. Lalu ditelitilah air dengan menggunakan respon kata-kata, gambar, serta suara. Hasilnya luar biasa, sebagaimana yang sudah dibaca banyak orang. Air, katanya, bisa menerima pesan.



Bahkan dalam bukunya yang lain, "The Hidden Message in Water", Masaru mengatakan, air seperti pita magnetik atau compact disk.



Kata-Kata

Air mengenali kata tidak hanya sebagai sebuah desain sederhana, tetapi air dapat memahami makna kata tersebut. Saat air sadar bahwa kata yang diperlihatkan membawa informasi yang baik maka air akan membentuk kristal. Jika kata positif yang diberikan, maka kristal yang terbentuk akan merekah luar biasa laksana bunga yang sedang mekar penuh, seakan ingin menggambarkan gerakan tangan air yang sedang mengekspresikan kenikmatannya.



Sebaliknya, jika kata-kata negative yang diberikan, maka akan menghasilkan pecahan kristal dengan ukuran yang tidak seimbang. Mungkin juga air dapat merasakan perasaan orang yang menulis kata tersebut. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jika air diberi kumpulan kata yang merupakan doa?



Subhanallah, kekuatan air yang sudah menerima kata-kata itu, terutama untuk penyembuhan tentu sangat besar. Apalagi kumpulan kata yang merupakan doa tersebut bukan kata-kata biasa, tapi berasal dari Allah SWT dan diucapkan oleh orang shaleh pilihan Allah SWT.



Dr. Masaru sendiri menggunakan kekuatan air untuk pengobatan dengan menemukan efek gelombang energi yang dia sebut sebagai HADO (energi atau kumpulan getaran yang ada pada sebuah benda). Lalu dengan HADO inilah Dr.Masaru bisa memformat efek energi air untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Pengobatan dengan HADO ini merupakan salah satu cara pengobatan alternative.



Menurut Masaru, banyak peneliti saat ini mulai mempelajari berbagai pengobatan alternative karena merasakan beberapa kekurangan dalam obat konvensional Barat, yang hanya mampu mencapai level sel yang menyebabkan gejala penyakit. Sedang air HADO mampu mengobati penyakit hingga ke dalam partikel sub atom terkecil. Sudah ada beberapa pasien Dr.Masaru yang sembuh setelah meminum air HADO.

Penerima Informasi

Berdasarkan penelitian Dr.Masaru, semakin jelas terlihat bahwa kualitas air dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk, bergantung pada informasi yang diterimanya. Hal ini membuat kita yakin bahwa kita, manusia, juga dipengaruhi oleh informasi yang kita terima karena 70% tubuh manusia dewasa adalah air.



Konsekuensi logisnya adalah manusia, sebagai makhluk yang sebagian besarnya terbentuk dari air, sudah seharusnya diberikan informasi yang baik. Jika kita melakukan hal ini, pikiran dan tubuh kita akan menjadi sehat. Di pihak lain, jika kita menerima informasi yang buruk, kita akan merasakan sakit.



Ambil contoh begini; Sebagian orang mengatakan bahwa mereka merasa lebih baik hanya dengan berbicara kepada dokter. "Efek placebo" ikut berperan saat dokter yang mereka percayai berkata, "ini cuma flu biasa, Anda hanya perlu banyak istirahat. Jangan khawatir, Anda akan segera sembuh."



Dengan mendengarkan kata-kata dokter tersebut, rasa cemas dan takut dalam diri mereka benar-benar hilang. Kata-kata tersebut membangunkan kekuatan untuk menyembuhkan diri sendiri, yang memang sudah ada dalam tubuh manusia.



Pada zaman dahulu seorang dokter adalah orang yang juga ahli dalam bidang agama, seperti pendeta atau tabib sehingga dia tidak hanya memberikan solusi secara konvensional, namun sekaligus memberikan "efek placebo" lewat kata-kata positif berupa doa atau motivasi yang sarat nilai spiritual.



Hal ini juga berlaku bagi konselor yang harus mempunyai kemampuan untuk mengirim gelombang yang baik agar bentuk gelombang abnormal pada pasien dapat diperbaiki.

Efek kata-kata juga bisa menimbulkan perilaku negative. Orang acapkali melakukan bunuh diri setelah membaca informasi tentang materi bunuh diri. Sekitar dua puluh tahun lalu seorang idola remaja di Jepang melakukan bunuh diri. Dengan cepat berita tersebut menyebar, banyak remaja-remaja lain mengikuti jejaknya. Kejadian tentang hantu pembunuh di Jepang juga mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang sama.



Nikmat yang mana lagi?



Mari kita ingat kembali bahwa air yang diberikan kata-kata positif akan menyusun kristal-kristal yang indah. Air mempersembahkan kepada kita makna yang mengagumkan bahwa kita seharusnya menjalani hidup dengan cara yang baik, serta tetap menjaga kesehatan pikiran dan tubuh kita serta berikankata-kata yang positif (informasi) yang baik kepada manusia, yang 70% tubuhnya adalah air.
Sungguh kita tidak akan mampu menghitung nikmat Allah SWT yang diwujudkan-Nya berupa air.



"Allah-lah yang telah mMenciptakan langit dan bumi serta menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia Mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah Menundukkan (pula) bagimu supaya behtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai." (QS. Ibrahim : 32).



Sebagai penutup, dalam sebuah karya ilmiah yang ditulis Dr. Akiko Sugara dari Jurusan Ilmu Kesehatan Universitas Tokyo tentang HADO dalam makanan membuktikan efek buruk daging babi pada orang yang memakannya.



Bersandar pada Dr. Masaru Emoto dan Dr. Akiko Sugara kita dapat memahami betapa luar biasa yang diberikan Allah kepada manusia, meski terkadang otak kita tidak sampai kepadanya. Pertanyaanya, lalu nikmat yang mana selain kita senantiasa bersyukur kepadaNya?Wallahu'alam bishshawwab

Kontributor : Akhmad A. Setiabudi Akhmad.Setiabudi@snsgroup.co.id



-----------

Mengapa... ??

Mengapa seseorang yahudi diperbolehkan menyimpan janggut untuk mengamalkan kepercayaannya...
tetapi bila seorang muslim menyimpan jenggot dianggap ekstrim dan Terorist??

Mengapa seorang rahib boleh berkerudung keseluruhan tubuhnya karena memperhambakan dirinya kepada Tuhannya........
tetapi bila seorang muslimah melakukannya dia ditekan???

Mengapa bila wanita 'barat' menjadi ibu rumah tangga, dia dihormati karena dikatakan berkorban untuk keluarganya...........
tetapi bila wanita Islam berbuat begitu dikata 'dia harus dibebaskan!'

Mengapa anak-anak gadis yang sekuler dibiarkan berpakaian menuruti kesukaannya karena itu adalah hak dan kebebasan..
tetapi bila seorang muslimah memakai hijab tidak boleh menjejakkan kakinya ke sekolah???????/

Mengapa bila seorang anak-anak meminati sesuatu 'bidang' dikatakan dia mempunyai bakat......
tapi bila seorang anak-anak tertarik kepada Islam dia dikatakan tidak berguna???

Mengapa bila seorang kristian atan Yahudi membunuh, agamanya tidak dikaitkan......
tetapi baru saja seorang muslim didakwa melakukan pembunuhan..maka nama Islam turut diadili..

Mengapa bila seseorang berkorban diri untuk melihat orang lain hidup dia amat disanjungi...
tetapi bila seorang 'warga palestina' melakukannya untuk menyelamatkan diri, keluarga, rumah tangga dan mesjidnya....dia dikenali sebagai seorang pengacau???

Mengapa bila seorang non muslim mengendarai mobil mewah dengan sedikit ugal-ugalan, terkadang tidak pernah dipertikaikan...
tetapi...bila seorang muslim melakukan kesalahan, maka orang berkata itu karena agamanya Islam....

Mengapa kita terlalu percaya kepada surat kabar...
tetapi selalu persoalkan apa yang terkandung di dalm Al Quranul Karim?????????


Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id



-----------

Mengapa... ??

Mengapa seseorang yahudi diperbolehkan menyimpan janggut untuk mengamalkan kepercayaannya...
tetapi bila seorang muslim menyimpan jenggot dianggap ekstrim dan Terorist??

Mengapa seorang rahib boleh berkerudung keseluruhan tubuhnya karena memperhambakan dirinya kepada Tuhannya........
tetapi bila seorang muslimah melakukannya dia ditekan???

Mengapa bila wanita 'barat' menjadi ibu rumah tangga, dia dihormati karena dikatakan berkorban untuk keluarganya...........
tetapi bila wanita Islam berbuat begitu dikata 'dia harus dibebaskan!'

Mengapa anak-anak gadis yang sekuler dibiarkan berpakaian menuruti kesukaannya karena itu adalah hak dan kebebasan..
tetapi bila seorang muslimah memakai hijab tidak boleh menjejakkan kakinya ke sekolah???????/

Mengapa bila seorang anak-anak meminati sesuatu 'bidang' dikatakan dia mempunyai bakat......
tapi bila seorang anak-anak tertarik kepada Islam dia dikatakan tidak berguna???

Mengapa bila seorang kristian atan Yahudi membunuh, agamanya tidak dikaitkan......
tetapi baru saja seorang muslim didakwa melakukan pembunuhan..maka nama Islam turut diadili..

Mengapa bila seseorang berkorban diri untuk melihat orang lain hidup dia amat disanjungi...
tetapi bila seorang 'warga palestina' melakukannya untuk menyelamatkan diri, keluarga, rumah tangga dan mesjidnya....dia dikenali sebagai seorang pengacau???

Mengapa bila seorang non muslim mengendarai mobil mewah dengan sedikit ugal-ugalan, terkadang tidak pernah dipertikaikan...
tetapi...bila seorang muslim melakukan kesalahan, maka orang berkata itu karena agamanya Islam....

Mengapa kita terlalu percaya kepada surat kabar...
tetapi selalu persoalkan apa yang terkandung di dalm Al Quranul Karim?????????


Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id



-----------
Jeruk Busuk Rasa Manis

Suatu hari, ketika saya sedang menjenguk salah satu saudara yang tengah dirawat di rumah sakit, terdengar suara makian keras dari pasien sebelah, "Bawa jeruk kok busuk, mau ngeracunin saya? biar saya cepat mati?"



Suara marah itu berasal dari lelaki tua yang kedatangan salah satu keluarganya dengan membawa jeruk. Boleh jadi benar, bahwa beberapa jeruk dalam jinjingan itu busuk atau masam. Meski tidak semua jeruk yang dibawanya itu busuk dan sangat kebetulan yang terambil pertama oleh si pasien yang busuk. Dan tanpa bertanya lagi, marahlah ia kepada si pembawa jeruk.



Sebenarnya, boleh dibilang wajar jika seorang pasien marah lantaran kondisinya labil dan kesehatannya terganggu. Ketika ia marah karena jeruk yang dibawa salah satu keluarganya itu busuk, mungkin itu hanya pemicu dari segunung emosi yang terpendam selama berhari-hari di rumah sakit. Penat, bosan, jenuh, mual, pusing, panas, dan berbagai perasaan yang menderanya selama berhari-hari, belum lagi ditambah dengan bisingnya rumah sakit, perawat yang kadang tak ramah, keluarga yang mulai uring-uringan karena kepala keluarganya sekian hari tak bekerja, semuanya membuat dadanya bergemuruh. Lalu datanglah salah satu saudaranya dengan setangkai ketulusan berjinjing jeruk. Namun karena jeruk yang dibawanya itu tak bagus, marahlah ia.



Wajar. Sekali lagi wajar. Tetapi tidak dengan peristiwa lain yang hampir mirip terjadi di acara keluarga besar belum lama ini. Seorang keluarga yang tengah diberi ujian Allah menjalani kehidupannya dalam ekonomi menengah ke bawah, berupaya untuk tetap berpartisipasi dalam acara keluarga besar tersebut. Tiba-tiba, "Kalau nggak mampu beli jeruk yang bagus, mending nggak usah beli. Jeruk asam gini siapa yang mau makan?" suara itu terdengar di tengah-tengah keluarga dan membuat malu keluarga yang baru datang itu.



Pupuslah senyum keluarga itu, rusaklah acara kangen-kangenan keluarga oleh kalimat tersebut. Si empunya suara mungkin hanya melihat dari jeruk masam itu, tapi ia tak mampu melihat apa yang sudah dilakukan satu keluarga itu untuk bisa membawa sekantong jeruk yang boleh jadi harganya tak seberapa.



Harga sekantong jeruk mungkin tak lebih dari sepuluh ribu rupiah. Tapi tahukah seberapa besar pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk membelinya?

Rumahnya sangat jauh dari rumah tempat acara keluarga, dan sedikitnya tiga kali tukar angkutan umum. Sepuluh ribu itu seharusnya bisa untuk makan satu hari satu keluarga. Boleh jadi mereka akan menggadaikan satu hari mereka tanpa lauk pauk di rumah. Atau jangan-jangan pagi hari sebelum berangkat, tak satu pun dari anggota keluarga itu sempat menyantap sarapan karena uangnya dipakai untuk membeli jeruk. Yang lebih parah, mungkin juga mereka rela berjalan kaki dari jarak yang sangat jauh dan memilih tak menumpang satu dari tiga angkutan umum yang seharusnya. "Ongkos bisnya kita belikan jeruk saja ya, buat bawaan. Nggak enak kalau nggak bawa apa-apa," kata si Ayah kepada keluarganya.



Kalimat sang Ayah itu, hanya bisa dijawab dengan tegukan ludah kering si kecil yang sudah tak sanggup menahan lelah dan panas berjalan beberapa ratus meter. Tak tega, Ayah yang bijak itu pun menggendong gadis kecil yang hampir pingsan itu. Ia tetap memaksakan hati untuk tega demi bisa membeli harga dari di depan keluarga besarnya walau hanya dengan sekantong jeruk. Menahan tangisnya saat mendengar lenguhan nafas seluruh anggota keluarganya sambil berkali-kali membungkuk, jongkok, atau bahkan singgah sesaat untuk mengumpulkan tenaga. Itu dilakukannya demi mendapatkan sambutan hangat keluarga besar karena menjinjing sesuatu.



Setibanya di tempat acara, sebuah rumah besar milik salah satu keluarga jauh yang sukses, menebar senyum di depan seluruh keluarga yang sudah hadir sambil bangga bisa membawa sejinjing jeruk, lupa sudah lelah satu setengah jam berjalan kaki, tak ingat lagi terik yang memanggang tenggorokan, bertukar dengan sejumput rindu berjumpa keluarga. Namun, terasa sakit telinga, layaknya dibakar dua matahari siang. Lebih panas dari sengatan yang belum lama memanggang kulit, ketika kalimat itu terdengar, "Jeruk asam begini kok dibawa..."



Duh. Jika semua tahu pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk bisa menjinjing sekantong jeruk tadi, pastilah semua jeruk asam itu akan terasa manis. Jauh lebih manis dari buah apa pun yang dibawa keluarga lain yang tak punya masalah keuangan. Yang bisa datang dengan kendaraan pribadi atau naik taksi dengan ongkos yang cukup untuk membeli seperti jeruk manis dan segar.



Mampukah kita melihat sedalam itu? Sungguh, manisnya akan terasa lebih lama, meski jeruknya sudah dimakan berhari-hari yang lalu.


Kontributor: Awal Moedzakir Awaludin@snsgroup.co.id



-----------
Jeruk Busuk Rasa Manis

Suatu hari, ketika saya sedang menjenguk salah satu saudara yang tengah dirawat di rumah sakit, terdengar suara makian keras dari pasien sebelah, "Bawa jeruk kok busuk, mau ngeracunin saya? biar saya cepat mati?"



Suara marah itu berasal dari lelaki tua yang kedatangan salah satu keluarganya dengan membawa jeruk. Boleh jadi benar, bahwa beberapa jeruk dalam jinjingan itu busuk atau masam. Meski tidak semua jeruk yang dibawanya itu busuk dan sangat kebetulan yang terambil pertama oleh si pasien yang busuk. Dan tanpa bertanya lagi, marahlah ia kepada si pembawa jeruk.



Sebenarnya, boleh dibilang wajar jika seorang pasien marah lantaran kondisinya labil dan kesehatannya terganggu. Ketika ia marah karena jeruk yang dibawa salah satu keluarganya itu busuk, mungkin itu hanya pemicu dari segunung emosi yang terpendam selama berhari-hari di rumah sakit. Penat, bosan, jenuh, mual, pusing, panas, dan berbagai perasaan yang menderanya selama berhari-hari, belum lagi ditambah dengan bisingnya rumah sakit, perawat yang kadang tak ramah, keluarga yang mulai uring-uringan karena kepala keluarganya sekian hari tak bekerja, semuanya membuat dadanya bergemuruh. Lalu datanglah salah satu saudaranya dengan setangkai ketulusan berjinjing jeruk. Namun karena jeruk yang dibawanya itu tak bagus, marahlah ia.



Wajar. Sekali lagi wajar. Tetapi tidak dengan peristiwa lain yang hampir mirip terjadi di acara keluarga besar belum lama ini. Seorang keluarga yang tengah diberi ujian Allah menjalani kehidupannya dalam ekonomi menengah ke bawah, berupaya untuk tetap berpartisipasi dalam acara keluarga besar tersebut. Tiba-tiba, "Kalau nggak mampu beli jeruk yang bagus, mending nggak usah beli. Jeruk asam gini siapa yang mau makan?" suara itu terdengar di tengah-tengah keluarga dan membuat malu keluarga yang baru datang itu.



Pupuslah senyum keluarga itu, rusaklah acara kangen-kangenan keluarga oleh kalimat tersebut. Si empunya suara mungkin hanya melihat dari jeruk masam itu, tapi ia tak mampu melihat apa yang sudah dilakukan satu keluarga itu untuk bisa membawa sekantong jeruk yang boleh jadi harganya tak seberapa.



Harga sekantong jeruk mungkin tak lebih dari sepuluh ribu rupiah. Tapi tahukah seberapa besar pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk membelinya?

Rumahnya sangat jauh dari rumah tempat acara keluarga, dan sedikitnya tiga kali tukar angkutan umum. Sepuluh ribu itu seharusnya bisa untuk makan satu hari satu keluarga. Boleh jadi mereka akan menggadaikan satu hari mereka tanpa lauk pauk di rumah. Atau jangan-jangan pagi hari sebelum berangkat, tak satu pun dari anggota keluarga itu sempat menyantap sarapan karena uangnya dipakai untuk membeli jeruk. Yang lebih parah, mungkin juga mereka rela berjalan kaki dari jarak yang sangat jauh dan memilih tak menumpang satu dari tiga angkutan umum yang seharusnya. "Ongkos bisnya kita belikan jeruk saja ya, buat bawaan. Nggak enak kalau nggak bawa apa-apa," kata si Ayah kepada keluarganya.



Kalimat sang Ayah itu, hanya bisa dijawab dengan tegukan ludah kering si kecil yang sudah tak sanggup menahan lelah dan panas berjalan beberapa ratus meter. Tak tega, Ayah yang bijak itu pun menggendong gadis kecil yang hampir pingsan itu. Ia tetap memaksakan hati untuk tega demi bisa membeli harga dari di depan keluarga besarnya walau hanya dengan sekantong jeruk. Menahan tangisnya saat mendengar lenguhan nafas seluruh anggota keluarganya sambil berkali-kali membungkuk, jongkok, atau bahkan singgah sesaat untuk mengumpulkan tenaga. Itu dilakukannya demi mendapatkan sambutan hangat keluarga besar karena menjinjing sesuatu.



Setibanya di tempat acara, sebuah rumah besar milik salah satu keluarga jauh yang sukses, menebar senyum di depan seluruh keluarga yang sudah hadir sambil bangga bisa membawa sejinjing jeruk, lupa sudah lelah satu setengah jam berjalan kaki, tak ingat lagi terik yang memanggang tenggorokan, bertukar dengan sejumput rindu berjumpa keluarga. Namun, terasa sakit telinga, layaknya dibakar dua matahari siang. Lebih panas dari sengatan yang belum lama memanggang kulit, ketika kalimat itu terdengar, "Jeruk asam begini kok dibawa..."



Duh. Jika semua tahu pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk bisa menjinjing sekantong jeruk tadi, pastilah semua jeruk asam itu akan terasa manis. Jauh lebih manis dari buah apa pun yang dibawa keluarga lain yang tak punya masalah keuangan. Yang bisa datang dengan kendaraan pribadi atau naik taksi dengan ongkos yang cukup untuk membeli seperti jeruk manis dan segar.



Mampukah kita melihat sedalam itu? Sungguh, manisnya akan terasa lebih lama, meski jeruknya sudah dimakan berhari-hari yang lalu.


Kontributor: Awal Moedzakir Awaludin@snsgroup.co.id



-----------

Jeruk Busuk Rasa Manis

Suatu hari, ketika saya sedang menjenguk salah satu saudara yang tengah dirawat di rumah sakit, terdengar suara makian keras dari pasien sebelah, "Bawa jeruk kok busuk, mau ngeracunin saya? biar saya cepat mati?"



Suara marah itu berasal dari lelaki tua yang kedatangan salah satu keluarganya dengan membawa jeruk. Boleh jadi benar, bahwa beberapa jeruk dalam jinjingan itu busuk atau masam. Meski tidak semua jeruk yang dibawanya itu busuk dan sangat kebetulan yang terambil pertama oleh si pasien yang busuk. Dan tanpa bertanya lagi, marahlah ia kepada si pembawa jeruk.



Sebenarnya, boleh dibilang wajar jika seorang pasien marah lantaran kondisinya labil dan kesehatannya terganggu. Ketika ia marah karena jeruk yang dibawa salah satu keluarganya itu busuk, mungkin itu hanya pemicu dari segunung emosi yang terpendam selama berhari-hari di rumah sakit. Penat, bosan, jenuh, mual, pusing, panas, dan berbagai perasaan yang menderanya selama berhari-hari, belum lagi ditambah dengan bisingnya rumah sakit, perawat yang kadang tak ramah, keluarga yang mulai uring-uringan karena kepala keluarganya sekian hari tak bekerja, semuanya membuat dadanya bergemuruh. Lalu datanglah salah satu saudaranya dengan setangkai ketulusan berjinjing jeruk. Namun karena jeruk yang dibawanya itu tak bagus, marahlah ia.



Wajar. Sekali lagi wajar. Tetapi tidak dengan peristiwa lain yang hampir mirip terjadi di acara keluarga besar belum lama ini. Seorang keluarga yang tengah diberi ujian Allah menjalani kehidupannya dalam ekonomi menengah ke bawah, berupaya untuk tetap berpartisipasi dalam acara keluarga besar tersebut. Tiba-tiba, "Kalau nggak mampu beli jeruk yang bagus, mending nggak usah beli. Jeruk asam gini siapa yang mau makan?" suara itu terdengar di tengah-tengah keluarga dan membuat malu keluarga yang baru datang itu.



Pupuslah senyum keluarga itu, rusaklah acara kangen-kangenan keluarga oleh kalimat tersebut. Si empunya suara mungkin hanya melihat dari jeruk masam itu, tapi ia tak mampu melihat apa yang sudah dilakukan satu keluarga itu untuk bisa membawa sekantong jeruk yang boleh jadi harganya tak seberapa.



Harga sekantong jeruk mungkin tak lebih dari sepuluh ribu rupiah. Tapi tahukah seberapa besar pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk membelinya?

Rumahnya sangat jauh dari rumah tempat acara keluarga, dan sedikitnya tiga kali tukar angkutan umum. Sepuluh ribu itu seharusnya bisa untuk makan satu hari satu keluarga. Boleh jadi mereka akan menggadaikan satu hari mereka tanpa lauk pauk di rumah. Atau jangan-jangan pagi hari sebelum berangkat, tak satu pun dari anggota keluarga itu sempat menyantap sarapan karena uangnya dipakai untuk membeli jeruk. Yang lebih parah, mungkin juga mereka rela berjalan kaki dari jarak yang sangat jauh dan memilih tak menumpang satu dari tiga angkutan umum yang seharusnya. "Ongkos bisnya kita belikan jeruk saja ya, buat bawaan. Nggak enak kalau nggak bawa apa-apa," kata si Ayah kepada keluarganya.



Kalimat sang Ayah itu, hanya bisa dijawab dengan tegukan ludah kering si kecil yang sudah tak sanggup menahan lelah dan panas berjalan beberapa ratus meter. Tak tega, Ayah yang bijak itu pun menggendong gadis kecil yang hampir pingsan itu. Ia tetap memaksakan hati untuk tega demi bisa membeli harga dari di depan keluarga besarnya walau hanya dengan sekantong jeruk. Menahan tangisnya saat mendengar lenguhan nafas seluruh anggota keluarganya sambil berkali-kali membungkuk, jongkok, atau bahkan singgah sesaat untuk mengumpulkan tenaga. Itu dilakukannya demi mendapatkan sambutan hangat keluarga besar karena menjinjing sesuatu.



Setibanya di tempat acara, sebuah rumah besar milik salah satu keluarga jauh yang sukses, menebar senyum di depan seluruh keluarga yang sudah hadir sambil bangga bisa membawa sejinjing jeruk, lupa sudah lelah satu setengah jam berjalan kaki, tak ingat lagi terik yang memanggang tenggorokan, bertukar dengan sejumput rindu berjumpa keluarga. Namun, terasa sakit telinga, layaknya dibakar dua matahari siang. Lebih panas dari sengatan yang belum lama memanggang kulit, ketika kalimat itu terdengar, "Jeruk asam begini kok dibawa..."



Duh. Jika semua tahu pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk bisa menjinjing sekantong jeruk tadi, pastilah semua jeruk asam itu akan terasa manis. Jauh lebih manis dari buah apa pun yang dibawa keluarga lain yang tak punya masalah keuangan. Yang bisa datang dengan kendaraan pribadi atau naik taksi dengan ongkos yang cukup untuk membeli seperti jeruk manis dan segar.



Mampukah kita melihat sedalam itu? Sungguh, manisnya akan terasa lebih lama, meski jeruknya sudah dimakan berhari-hari yang lalu.


Kontributor: Awal Moedzakir Awaludin@snsgroup.co.id



-----------
Oleh-oleh Dari Alam Kubur




Diambil dari Buku “Beo Berceloteh : Tuhan Seperti Aku” karangan A.H. Dabana





Dalam kisah ini kuberi nama diriku sebagai ‘Aku’. Cerita bermula pada suatu malam, aku pulang agak larut dari silaturahmi di rumah kawan. Malam terasa agak aneh, bulu kuduk keseringan bergidik. Perlahan-lahan ada orang yang menghadang di tengah jalan. Kelihatannya sih orang baik-baik. Tetapi ketika berhadapan langsung, ternyata ia seorang pria yang cukup simpatik. Anehnya, setiap melihat matanya, bulu kuduk selalu berdiri. Mungkinkah siluman hantu, atau malakalamaut yang menyamar jadi manusia.



Peristiwa ini agak aneh. Rasa-rasanya, kejadian seperti ini sudah kualami sebanyak 3 kali sebelumnya. Ini yang keempat. Orang-orang angker meski wajahnya ramah menawan, diajak berbicarapun mereka enggan menjawab.

Keempat orang-orang ini wajahnya berbeda, tetapi sama simpatiknya. Yang anehnya lagi aku tidak pernah bisa menceritakan peristiwa ini kepada orang lain, sehingga hanya aku saja yang mengetahuinya.

Jika kuhitung-hitung, kedatangan keempat orang tersebut beraturan lamanya. Kira-kira 40 hari muncul sekali. Ini adalah malam yang pertama setelah 40 hari telah berlalu.



Kira-kira, 40 hari berikutnya mungkin ia akan datang lagi menemuiku, demikian dalam benakku.

Setelah malam itu, hidupku terasa hampa tanpa tujuan lagi. Kadang-kadang aku merasa tidak berpikir dalam bertindak, berangkat dari rumah ke tempat kerja seperti ditiup angin saja. Benar-benar seperti kekosongan pikiran. Shalat yang kukerjakan mirip seperti orang yang dibimbing, yang searti dengan kata bukan kemauan sendiri, meski masih ada memori yang mengingatkan tibanya waktu shalat.

Gejala sakit apa ini? Demikian dalam benakku.



Tujuh hari menjelang hari 40 yang kunanti itu, banyak sekali tamu yang datang berkunjung ke rumahku. Mereka layaknya orang yang khidmat penuh kedukaan, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang menegurku, hanya aku tahu dalam hati bahwa mereka adalah tamu untukku.

Ketika tiba hari yang ke 40, pagi hari terasa seperti lebih terang tidak biasanya. Rombongan tamu-tamu yang menungguku sejak seminggu lalu masih ada di ruang tamu. . Tiba-tiba ada ketukan pintu yang samar, tapi kenapa aku sendiri yang mendengarnya.

Lalu aku terbangun, tetapi kiranya orang yang mengetuk pintu rumah tadi sudah berada di pintu kamar. Seketika melihat wajahnya, seketika itu pula badanku gemetar tak kuasa digerakkan sedikitpun. Dalam hati ingin rasanya lari menjauh, Karena yang datang ini adalah pembunuh. Semua orang kelak pasti mengenalnya. Ketika ia tahu aku meronta, ia perlahan mendekati dan berkata, “Kau sudah masanya tinggal di bumi ini. Izinkan aku mengantarmu pulang. Bolehkah?”

Aku tidak dapat berkata apa-apa. Tetapi di benakku masih ada sesuatu yang mengganjal, yaitu tiga orang anakku yang masih kecil-kecil.. Tiba-tiba, orang itu berkata lagi agak keras, “Lupakan itu, tinggalkan saja.” Ketika ia selesai mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba aku mengerti sesuatu yang entah siapa yang membisikkan. Bahwa “Itu hanya akan membuatmu sakit bila roh dicabut.”

Lalu akupun menurut, dan mencoba melupakannya. Sesaat kemudian orang tersebut sudah berada di atas kepala sekitar ubun-ubun. Kurasa dia inilah yang dinamakan Malakalamaut. Tiba-tiba tubuhku seperti ditarik, diperas, seperti dibuat memendek dari ujung kaki ke atas. Saat itu seluruh tubuh seperti disayat dengan silet tajam. Semakin kucoba menahan tarikan itu agar jangan terlepas, semakin sakit rasanya. Jika kutahan, orang itu membentak, akhirnya tiada daya kecuali pasrah merelakan.



Sesaat kemudian, aku melihat diriku terkulai di ranjang seperti tertidur pulas. Terlihat anak-anak dan istriku sedang mengerumuni dan menangisi diriku yang sedang tertidur pulas. Bila kuperhatikan, aku seperti tidak percaya bahwa yang tertidur itu adalah jasadku sendiri.

Beberapa waktu kemudian, terlihat rombongan orang mengantar mayat itu ke kuburan. Perlahan mayat itu dibenamkan ke dalam tanah dan diurug rapat-rapat kemudian diberi nisan. Jelas sekali di nisan itu tertera namaku. Saat itu aku baru yakin seyakin-yakinnya, bahwa aku sudah mati kini.

Selama mengikuti rombongan pengantar mayat itu aku ditemani oleh dua ‘orang’. Entah siapa mereka. Ketika rombongan itu sudah pulang semuanya, kini giliranku disuruh masuk ke dalam kuburan itu. Sesaat kemudian, tiba-tiba yang terlihat hanyalah ruangan kuburan yang tidak sempit tetapi tidak pula terlalu luas.



Pertanyaan dalam kubur mulai dilontarkan, persis seperti dengan cerita guruku waktu di dunia dulu.. Tapi kali ini yang menanyai diriku tidak terlampau seram, cara bertanyanya juga biasa-biasa saja. Kupikir wajar, sebab dulu waktu di dunia aku ini tidak banyak bertingkah, cukup rajin shalat, puasa bila tiba masanya dan banyak lagi perbuatan baik yang aku lakukan. Aku merasa perlakuan Malaikat Munkar Nakir ini seperti tahu persis kelakuanku waktu di dunia dulu.



Setelah pertanyaan itu selesai, pintu-pintu dalam kubur mulai terkuak. Sepertinya bukan tempat penantian yang menyiksa, hanya saja terdapat keterbatasan bergerak atau berbuat sesuatu. Ketika hal itu kutanyakan pada petugas yang ada dalam kubur, mereka menjawab,”Meski anda dulunya taat beribadah tetapi anda kurang ikhlas dan terkesan riya’. Makanya anda diperlakukan seperti itu di tempat ini. Coba kalau anda beribadah semata ikhlas karena Allah, tempat anda seperti itu”, sambil penjaga itu menunjuk ke belakang. Ketika aku menoleh, ternyata di sana ada seorang pria yang duduk di atas kursi mirip singgasana raja sedang dikipas oleh sejumlah bidadari. Mereka itu adalah istri-istrinya dan dia seperti pengantin baru selamanya. “ Orang itu beruntung, kamipun tidak berani menegurnya. Dia orang mulia waktu di dunia dulu.”

“Dan anda masih beruntung, tidak seperti itu”, sambil penjaga itu menunjuk ke bawah. Aku menoleh ke bawah, di sana terlihat ada beberapa orang yang dirantai kaki dan tangannya dan senantiasa dijaga oleh seekor ular ‘galak’

“Beberapa waktu lagi anda masih menjalani pemeriksaan yang lebih teliti berkaitan dengan amalan perbuatan anda. Akan dilihat bagaimana hasil perhitngan nantinya.”



Tiba-tiba datang panggilan dari suatu sudut ruang yang memerintahkan agar aku digiring ke suatu tempat untuk rekaman garis besar perbuatanku. Di situlah aku baru tercengang hebat, ternyata lebih banyak pahalaku yang hampir sebagian besar berbau riya’. Sesaat aku tertegun, tiba-tiba satu bentakan keras terdengar dari belakang, “Hei ke sini kamu, kamu ternyata riya!”



Saking kagetnya mendengar bentakan itu, sehingga aku iba-tiba terbangun dari tidur yang teramat menyeramkan itu.



Begitu menyadari bahwa kejadian itu adalah mimpi semata, serta merta “Alhamdulillah” gumamku. Ternyata aku masih diberi kesempatan hidup. Aku berpikir, mimpi ini begitu nyata, apakah mungkin sebuah pengembalian yang direkayasa. Oh…demikian panjang perjalanan sesaat ini, sampai membuatku merasa lelah. Dalam hatiku berkata, “Seandainya boleh hidup tak perlu tidur lagi, aku akan beribadah kepada Allah dengan ikhlas tanpa sekelumit riya’ sedikitpun.”


Kontributor: Susiana Budiastuti Susiana.Budiastuti@snsgroup.co.id



-----------

Oleh-oleh Dari Alam Kubur

Diambil dari Buku “Beo Berceloteh : Tuhan Seperti Aku” karangan A.H. Dabana





Dalam kisah ini kuberi nama diriku sebagai ‘Aku’. Cerita bermula pada suatu malam, aku pulang agak larut dari silaturahmi di rumah kawan. Malam terasa agak aneh, bulu kuduk keseringan bergidik. Perlahan-lahan ada orang yang menghadang di tengah jalan. Kelihatannya sih orang baik-baik. Tetapi ketika berhadapan langsung, ternyata ia seorang pria yang cukup simpatik. Anehnya, setiap melihat matanya, bulu kuduk selalu berdiri. Mungkinkah siluman hantu, atau malakalamaut yang menyamar jadi manusia.



Peristiwa ini agak aneh. Rasa-rasanya, kejadian seperti ini sudah kualami sebanyak 3 kali sebelumnya. Ini yang keempat. Orang-orang angker meski wajahnya ramah menawan, diajak berbicarapun mereka enggan menjawab.

Keempat orang-orang ini wajahnya berbeda, tetapi sama simpatiknya. Yang anehnya lagi aku tidak pernah bisa menceritakan peristiwa ini kepada orang lain, sehingga hanya aku saja yang mengetahuinya.

Jika kuhitung-hitung, kedatangan keempat orang tersebut beraturan lamanya. Kira-kira 40 hari muncul sekali. Ini adalah malam yang pertama setelah 40 hari telah berlalu.



Kira-kira, 40 hari berikutnya mungkin ia akan datang lagi menemuiku, demikian dalam benakku.

Setelah malam itu, hidupku terasa hampa tanpa tujuan lagi. Kadang-kadang aku merasa tidak berpikir dalam bertindak, berangkat dari rumah ke tempat kerja seperti ditiup angin saja. Benar-benar seperti kekosongan pikiran. Shalat yang kukerjakan mirip seperti orang yang dibimbing, yang searti dengan kata bukan kemauan sendiri, meski masih ada memori yang mengingatkan tibanya waktu shalat.

Gejala sakit apa ini? Demikian dalam benakku.



Tujuh hari menjelang hari 40 yang kunanti itu, banyak sekali tamu yang datang berkunjung ke rumahku. Mereka layaknya orang yang khidmat penuh kedukaan, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang menegurku, hanya aku tahu dalam hati bahwa mereka adalah tamu untukku.

Ketika tiba hari yang ke 40, pagi hari terasa seperti lebih terang tidak biasanya. Rombongan tamu-tamu yang menungguku sejak seminggu lalu masih ada di ruang tamu. . Tiba-tiba ada ketukan pintu yang samar, tapi kenapa aku sendiri yang mendengarnya.

Lalu aku terbangun, tetapi kiranya orang yang mengetuk pintu rumah tadi sudah berada di pintu kamar. Seketika melihat wajahnya, seketika itu pula badanku gemetar tak kuasa digerakkan sedikitpun. Dalam hati ingin rasanya lari menjauh, Karena yang datang ini adalah pembunuh. Semua orang kelak pasti mengenalnya. Ketika ia tahu aku meronta, ia perlahan mendekati dan berkata, “Kau sudah masanya tinggal di bumi ini. Izinkan aku mengantarmu pulang. Bolehkah?”

Aku tidak dapat berkata apa-apa. Tetapi di benakku masih ada sesuatu yang mengganjal, yaitu tiga orang anakku yang masih kecil-kecil.. Tiba-tiba, orang itu berkata lagi agak keras, “Lupakan itu, tinggalkan saja.” Ketika ia selesai mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba aku mengerti sesuatu yang entah siapa yang membisikkan. Bahwa “Itu hanya akan membuatmu sakit bila roh dicabut.”

Lalu akupun menurut, dan mencoba melupakannya. Sesaat kemudian orang tersebut sudah berada di atas kepala sekitar ubun-ubun. Kurasa dia inilah yang dinamakan Malakalamaut. Tiba-tiba tubuhku seperti ditarik, diperas, seperti dibuat memendek dari ujung kaki ke atas. Saat itu seluruh tubuh seperti disayat dengan silet tajam. Semakin kucoba menahan tarikan itu agar jangan terlepas, semakin sakit rasanya. Jika kutahan, orang itu membentak, akhirnya tiada daya kecuali pasrah merelakan.



Sesaat kemudian, aku melihat diriku terkulai di ranjang seperti tertidur pulas. Terlihat anak-anak dan istriku sedang mengerumuni dan menangisi diriku yang sedang tertidur pulas. Bila kuperhatikan, aku seperti tidak percaya bahwa yang tertidur itu adalah jasadku sendiri.

Beberapa waktu kemudian, terlihat rombongan orang mengantar mayat itu ke kuburan. Perlahan mayat itu dibenamkan ke dalam tanah dan diurug rapat-rapat kemudian diberi nisan. Jelas sekali di nisan itu tertera namaku. Saat itu aku baru yakin seyakin-yakinnya, bahwa aku sudah mati kini.

Selama mengikuti rombongan pengantar mayat itu aku ditemani oleh dua ‘orang’. Entah siapa mereka. Ketika rombongan itu sudah pulang semuanya, kini giliranku disuruh masuk ke dalam kuburan itu. Sesaat kemudian, tiba-tiba yang terlihat hanyalah ruangan kuburan yang tidak sempit tetapi tidak pula terlalu luas.



Pertanyaan dalam kubur mulai dilontarkan, persis seperti dengan cerita guruku waktu di dunia dulu.. Tapi kali ini yang menanyai diriku tidak terlampau seram, cara bertanyanya juga biasa-biasa saja. Kupikir wajar, sebab dulu waktu di dunia aku ini tidak banyak bertingkah, cukup rajin shalat, puasa bila tiba masanya dan banyak lagi perbuatan baik yang aku lakukan. Aku merasa perlakuan Malaikat Munkar Nakir ini seperti tahu persis kelakuanku waktu di dunia dulu.



Setelah pertanyaan itu selesai, pintu-pintu dalam kubur mulai terkuak. Sepertinya bukan tempat penantian yang menyiksa, hanya saja terdapat keterbatasan bergerak atau berbuat sesuatu. Ketika hal itu kutanyakan pada petugas yang ada dalam kubur, mereka menjawab,”Meski anda dulunya taat beribadah tetapi anda kurang ikhlas dan terkesan riya’. Makanya anda diperlakukan seperti itu di tempat ini. Coba kalau anda beribadah semata ikhlas karena Allah, tempat anda seperti itu”, sambil penjaga itu menunjuk ke belakang. Ketika aku menoleh, ternyata di sana ada seorang pria yang duduk di atas kursi mirip singgasana raja sedang dikipas oleh sejumlah bidadari. Mereka itu adalah istri-istrinya dan dia seperti pengantin baru selamanya. “ Orang itu beruntung, kamipun tidak berani menegurnya. Dia orang mulia waktu di dunia dulu.”

“Dan anda masih beruntung, tidak seperti itu”, sambil penjaga itu menunjuk ke bawah. Aku menoleh ke bawah, di sana terlihat ada beberapa orang yang dirantai kaki dan tangannya dan senantiasa dijaga oleh seekor ular ‘galak’

“Beberapa waktu lagi anda masih menjalani pemeriksaan yang lebih teliti berkaitan dengan amalan perbuatan anda. Akan dilihat bagaimana hasil perhitngan nantinya.”



Tiba-tiba datang panggilan dari suatu sudut ruang yang memerintahkan agar aku digiring ke suatu tempat untuk rekaman garis besar perbuatanku. Di situlah aku baru tercengang hebat, ternyata lebih banyak pahalaku yang hampir sebagian besar berbau riya’. Sesaat aku tertegun, tiba-tiba satu bentakan keras terdengar dari belakang, “Hei ke sini kamu, kamu ternyata riya!”



Saking kagetnya mendengar bentakan itu, sehingga aku iba-tiba terbangun dari tidur yang teramat menyeramkan itu.



Begitu menyadari bahwa kejadian itu adalah mimpi semata, serta merta “Alhamdulillah” gumamku. Ternyata aku masih diberi kesempatan hidup. Aku berpikir, mimpi ini begitu nyata, apakah mungkin sebuah pengembalian yang direkayasa. Oh…demikian panjang perjalanan sesaat ini, sampai membuatku merasa lelah. Dalam hatiku berkata, “Seandainya boleh hidup tak perlu tidur lagi, aku akan beribadah kepada Allah dengan ikhlas tanpa sekelumit riya’ sedikitpun.”


Kontributor: Susiana Budiastuti Susiana.Budiastuti@snsgroup.co.id



-----------
Oleh-oleh Dari Alam Kubur




Diambil dari Buku “Beo Berceloteh : Tuhan Seperti Aku” karangan A.H. Dabana





Dalam kisah ini kuberi nama diriku sebagai ‘Aku’. Cerita bermula pada suatu malam, aku pulang agak larut dari silaturahmi di rumah kawan. Malam terasa agak aneh, bulu kuduk keseringan bergidik. Perlahan-lahan ada orang yang menghadang di tengah jalan. Kelihatannya sih orang baik-baik. Tetapi ketika berhadapan langsung, ternyata ia seorang pria yang cukup simpatik. Anehnya, setiap melihat matanya, bulu kuduk selalu berdiri. Mungkinkah siluman hantu, atau malakalamaut yang menyamar jadi manusia.



Peristiwa ini agak aneh. Rasa-rasanya, kejadian seperti ini sudah kualami sebanyak 3 kali sebelumnya. Ini yang keempat. Orang-orang angker meski wajahnya ramah menawan, diajak berbicarapun mereka enggan menjawab.

Keempat orang-orang ini wajahnya berbeda, tetapi sama simpatiknya. Yang anehnya lagi aku tidak pernah bisa menceritakan peristiwa ini kepada orang lain, sehingga hanya aku saja yang mengetahuinya.

Jika kuhitung-hitung, kedatangan keempat orang tersebut beraturan lamanya. Kira-kira 40 hari muncul sekali. Ini adalah malam yang pertama setelah 40 hari telah berlalu.



Kira-kira, 40 hari berikutnya mungkin ia akan datang lagi menemuiku, demikian dalam benakku.

Setelah malam itu, hidupku terasa hampa tanpa tujuan lagi. Kadang-kadang aku merasa tidak berpikir dalam bertindak, berangkat dari rumah ke tempat kerja seperti ditiup angin saja. Benar-benar seperti kekosongan pikiran. Shalat yang kukerjakan mirip seperti orang yang dibimbing, yang searti dengan kata bukan kemauan sendiri, meski masih ada memori yang mengingatkan tibanya waktu shalat.

Gejala sakit apa ini? Demikian dalam benakku.



Tujuh hari menjelang hari 40 yang kunanti itu, banyak sekali tamu yang datang berkunjung ke rumahku. Mereka layaknya orang yang khidmat penuh kedukaan, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang menegurku, hanya aku tahu dalam hati bahwa mereka adalah tamu untukku.

Ketika tiba hari yang ke 40, pagi hari terasa seperti lebih terang tidak biasanya. Rombongan tamu-tamu yang menungguku sejak seminggu lalu masih ada di ruang tamu. . Tiba-tiba ada ketukan pintu yang samar, tapi kenapa aku sendiri yang mendengarnya.

Lalu aku terbangun, tetapi kiranya orang yang mengetuk pintu rumah tadi sudah berada di pintu kamar. Seketika melihat wajahnya, seketika itu pula badanku gemetar tak kuasa digerakkan sedikitpun. Dalam hati ingin rasanya lari menjauh, Karena yang datang ini adalah pembunuh. Semua orang kelak pasti mengenalnya. Ketika ia tahu aku meronta, ia perlahan mendekati dan berkata, “Kau sudah masanya tinggal di bumi ini. Izinkan aku mengantarmu pulang. Bolehkah?”

Aku tidak dapat berkata apa-apa. Tetapi di benakku masih ada sesuatu yang mengganjal, yaitu tiga orang anakku yang masih kecil-kecil.. Tiba-tiba, orang itu berkata lagi agak keras, “Lupakan itu, tinggalkan saja.” Ketika ia selesai mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba aku mengerti sesuatu yang entah siapa yang membisikkan. Bahwa “Itu hanya akan membuatmu sakit bila roh dicabut.”

Lalu akupun menurut, dan mencoba melupakannya. Sesaat kemudian orang tersebut sudah berada di atas kepala sekitar ubun-ubun. Kurasa dia inilah yang dinamakan Malakalamaut. Tiba-tiba tubuhku seperti ditarik, diperas, seperti dibuat memendek dari ujung kaki ke atas. Saat itu seluruh tubuh seperti disayat dengan silet tajam. Semakin kucoba menahan tarikan itu agar jangan terlepas, semakin sakit rasanya. Jika kutahan, orang itu membentak, akhirnya tiada daya kecuali pasrah merelakan.



Sesaat kemudian, aku melihat diriku terkulai di ranjang seperti tertidur pulas. Terlihat anak-anak dan istriku sedang mengerumuni dan menangisi diriku yang sedang tertidur pulas. Bila kuperhatikan, aku seperti tidak percaya bahwa yang tertidur itu adalah jasadku sendiri.

Beberapa waktu kemudian, terlihat rombongan orang mengantar mayat itu ke kuburan. Perlahan mayat itu dibenamkan ke dalam tanah dan diurug rapat-rapat kemudian diberi nisan. Jelas sekali di nisan itu tertera namaku. Saat itu aku baru yakin seyakin-yakinnya, bahwa aku sudah mati kini.

Selama mengikuti rombongan pengantar mayat itu aku ditemani oleh dua ‘orang’. Entah siapa mereka. Ketika rombongan itu sudah pulang semuanya, kini giliranku disuruh masuk ke dalam kuburan itu. Sesaat kemudian, tiba-tiba yang terlihat hanyalah ruangan kuburan yang tidak sempit tetapi tidak pula terlalu luas.



Pertanyaan dalam kubur mulai dilontarkan, persis seperti dengan cerita guruku waktu di dunia dulu.. Tapi kali ini yang menanyai diriku tidak terlampau seram, cara bertanyanya juga biasa-biasa saja. Kupikir wajar, sebab dulu waktu di dunia aku ini tidak banyak bertingkah, cukup rajin shalat, puasa bila tiba masanya dan banyak lagi perbuatan baik yang aku lakukan. Aku merasa perlakuan Malaikat Munkar Nakir ini seperti tahu persis kelakuanku waktu di dunia dulu.



Setelah pertanyaan itu selesai, pintu-pintu dalam kubur mulai terkuak. Sepertinya bukan tempat penantian yang menyiksa, hanya saja terdapat keterbatasan bergerak atau berbuat sesuatu. Ketika hal itu kutanyakan pada petugas yang ada dalam kubur, mereka menjawab,”Meski anda dulunya taat beribadah tetapi anda kurang ikhlas dan terkesan riya’. Makanya anda diperlakukan seperti itu di tempat ini. Coba kalau anda beribadah semata ikhlas karena Allah, tempat anda seperti itu”, sambil penjaga itu menunjuk ke belakang. Ketika aku menoleh, ternyata di sana ada seorang pria yang duduk di atas kursi mirip singgasana raja sedang dikipas oleh sejumlah bidadari. Mereka itu adalah istri-istrinya dan dia seperti pengantin baru selamanya. “ Orang itu beruntung, kamipun tidak berani menegurnya. Dia orang mulia waktu di dunia dulu.”

“Dan anda masih beruntung, tidak seperti itu”, sambil penjaga itu menunjuk ke bawah. Aku menoleh ke bawah, di sana terlihat ada beberapa orang yang dirantai kaki dan tangannya dan senantiasa dijaga oleh seekor ular ‘galak’

“Beberapa waktu lagi anda masih menjalani pemeriksaan yang lebih teliti berkaitan dengan amalan perbuatan anda. Akan dilihat bagaimana hasil perhitngan nantinya.”



Tiba-tiba datang panggilan dari suatu sudut ruang yang memerintahkan agar aku digiring ke suatu tempat untuk rekaman garis besar perbuatanku. Di situlah aku baru tercengang hebat, ternyata lebih banyak pahalaku yang hampir sebagian besar berbau riya’. Sesaat aku tertegun, tiba-tiba satu bentakan keras terdengar dari belakang, “Hei ke sini kamu, kamu ternyata riya!”



Saking kagetnya mendengar bentakan itu, sehingga aku iba-tiba terbangun dari tidur yang teramat menyeramkan itu.



Begitu menyadari bahwa kejadian itu adalah mimpi semata, serta merta “Alhamdulillah” gumamku. Ternyata aku masih diberi kesempatan hidup. Aku berpikir, mimpi ini begitu nyata, apakah mungkin sebuah pengembalian yang direkayasa. Oh…demikian panjang perjalanan sesaat ini, sampai membuatku merasa lelah. Dalam hatiku berkata, “Seandainya boleh hidup tak perlu tidur lagi, aku akan beribadah kepada Allah dengan ikhlas tanpa sekelumit riya’ sedikitpun.”


Kontributor: Susiana Budiastuti Susiana.Budiastuti@snsgroup.co.id



-----------