Senin, 04 Juni 2012

pertanyaan dari seorang nasrani

Dari Seorang Nasrani : Mengapa Umat Islam Mengangap Injil Dipalsukan ?


Pertanyaan
Salam hormat, Bapak Ustad yang terhormat, saya sangat tidak setuju kalau bapak mengatakan bahwa injil telah diubah oleh orang Kristen, mengapa?.

1). Injil itu juga Firman Allah, sedangkan kita mengakui bahwa firman Allah itu adalah kekal, bagaimanakah sesuatu yang kekal dapat dirubah, apalagi yang merubahnya adalah hanya sekelompok manusia biasa yang besarnya hanya 'setitik debu' dihadapan Allah. dengan mengatakan bahwa Injil telah dirubah, sama saja anda telah menghina dan merendahkan Allah yang juga telah menurunkan Quran setelah Injil (menurut ajaran agama anda). Karena kalau Allah dapat menjaga Planet dan seluruh tata surya yang sedemikian kompleks itu dari tabarakan dan selalu harmonis, tak sanggupkah Ia menjaga Firmannya sendiri dari tangan manusia yang 'tak seberapa nilainya'.

2). Anda berani mengatakan sesuatu itu palsu tentu anda pernah melihat yang asli. Kalau begitu tolong anda tunjukkan Injil yang asli beserta bukti-buktinya. Sanggupkah anda mempertanggung jawabkan kelak kepada Allah perkataan anda yang menyatakan bahwa Injil itu palsu.l Bagaimana kalau ternyata kalau benar , berati anda telah menyesatkan banyak orang. Jadi menurut saya sebelum, anda bicara kebih baik bertanya kangsung dan berdoa kepada Allah siapakah dia sebenarnya!, daripada capek belajar agama dari sumber yang bekum tentu juga benar. Bukankah lebih baik bertanya langsung kepada sumber Firman itu sendiri yaitu Allah. Bukankah Allah sendiri berjanji akan ,menjawab bila manusia memohon dan berdoa kepadanya, tak perduli agama apapun dia sebab tidak ada manusia ciptaan setan, semuanya adalah ciptaan Allah. Karena Allah sendiri yang mengatakan bahwa Ia Maha Tahu, Maha Mendengar dan Maha Baik, masakan Allah yang baik tidak menjawab doa ciptaanNya. Terimakasih dan harap dijawab.

Oalan
Jln. Pegangsaan Timur, Jakarta



Jawaban:

Assalamu `alaa man ittaba`al huda
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba’d.
Salam sejahtera bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk …

1. Tidak Ada Komitmen Untuk Menjaga Keaslian Kitab Suci Masa Lalu

Kehendak Allah SWT adalah bahwa tidak ada satu pun kitab suci yang dijamin akan terus terjaga keabadian dan kesuciannya sepanjang zaman. Tidak ada jaminan bahwa kitab suci itu akan terus ada sepanjang zaman. Dan tidak ada nabi pun yang hidup terus menerus di tengah umatnya sepanjang zaman. Nabi dan kitab suci itu datang silih berganti, sesuai dengan masa hidup umat terkait. Kalau Allah SWT mau, tentu bisa saja. Masalahnya, Allah SWT tidak mau melakukannya, jadi kita tidak bisa paksa tuhan untuk melakukannya. Dan itulah kenyataannya selama ini.

Setiap kali suatu umat sudah menyimpang dari ajaran agama yang asli, maka Allah SWT akan mengirim lagi nabi baru dan kitab suci baru kepada mereka. Dan begitulah berlangsung sejak Adam hingga masa sebelum Muhammad SAW.

Namun di bagian akhir dari periode sejarah manusia, Allah SWT berkehendak untuk menghentikan pengiriman nabi dan kitab suci kepada manusia. Untuk itu, Allah SWT menurunkan sebuah kitab suci terakhir yang sifat utamanya adalah terjamin tidak hilang dari muka bumi dan tidak bisa dipalsukan. Dan kitab suci itu mudah dihafal dan memang kenyataannya memang dihafal oleh jutaan manusia sepanjang 15 abad sejak diturunkannya oleh beragam ras manusia. Rasanya, belum pernah ada satu kitab suci pun yang bisa dihafal luar kepala oleh jutaan manusia dalam kurun waktu yang lama.

Al-Quran itu dijamin keasliannya sepanjang zaman. Dan jaminan itu secara eksplisit disebutkan dengan tegas di dalam ayat-ayatnya serta disepakati oleh seluruh umat Islam sedunia. Adakah satu ayat saja di dalam injil yang menjamin hal itu ?

Di negeri Islam, anak usia 10 tahun bisa menghafal luar kepada 6.600-an ayat itu secara terbolak balik. Cukup dibacakan ujung ayatnya, dia dengan lancar bisa meneruskannya dan tidak berhenti kecualidiminta berhenti.

Pernahkan para uskup bahkan paus sekalipun menghafal injil dalam bahasa aslinya luar kepala ? Bahkan separuhnya saja ? Atau 1/3-nya ?

2. Membuktikan Kepalsuan Injil

Mudah saja untuk membuktikan kepalsuan Injil yang di tangan manusia saat ini.

1) Ada ribuan versi injil sepanjang 20 abad ini dan satu sama lain bukan sekedar berbeda, tetapi bertentangan secara ekstrim. Dengan logika sederhana, tentu injil-injil yang ribuan itu palsu semua kecuali satu saja yang asli. Sebab ketika menurunkan Injil 20 abad yang lalu, Allah tentu tidak menurunkannya dengan ribuan versi, bukan ?

2) Al-Quran telah menegaskan bahwa para rahib dan pendeta nasrani telah melakukan pemutar-balikan kitab suci injil oleh tangan yang tidak bertanggung-jawab. Sehingga kepalsuan injil itu bagian dari aqidah dalam Islam.

3) Silahkan rujuk sejarah penulisan injil dengan hati nurani, bukan sekedar semangat membela diri. Fakta sejarah telah menjelaskan bagaimana injil itu ditulis ulang beberapa abad setelah hilangnya generasi yang pernah hidup bersama nabi Isa. Bandingkan dengan sejarah otentik penulisan Al-Quran yang bahkan ditulis langsung di depan Muhammad SAW.

Sangat sulit diterima sikap bersikeras bahwa tidak ada pemalsuan dalam proses penulisan injil yang sudah jauh terlewat dari masa diturunkannya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab


Konsultasi & FAQ Oleh : Redaksi 24 Oct 2004 - 6:26 am

ini yang terakhir

akhirnya setelah mengcopi paste dari cerita, artikel sampe2 blog orang lain ,selesai sudah tugas yg harus saya emban . terima kasih untuk EMBUN HATI karena sangat bnyak membantu saya dalam pengerjaan blog saya ini. By: MOHAMAD ALANURI (siswa SMKN 36 JAKARTA LULUSAN tahun 2012 kelas TKR 1) Wassalammmm........

kisah biarawati masuk islam

Hj. Irene Handono Allah selalu memberi petunjuk kepada siapa saja yang mencari kebenaran, dimana pun hamba-Nya berada, di biara sekali pun. Itulah yang terjadi pada Irena Handono yang mendapat hidayah justru saat mencari kelemahan Islam. Ketika membaca surat Al Ikhlas hatinya tunduk akan keesaan Allah swt. Ia mengakui bahwa tak ada yang paling berkuasa dan patut disembah di jagad raya ini selain Sang Khalik. Berikut penuturannya kepada Siwi WulAndari dari Majalah Hidayah: Mendapat hidayah di Biara Aku dibesarkan dalam keluarga yang rilegius. Ayah dan ibuku merupakan pemeluk Katholik yang taat. Sejak bayi aku sudah dibabtis, dan sekolah seperti anak-anak lain. Aku juga mengikuti kursus agama secara privat. Ketika remaja aku aktif di organisasi gereja. Sejak masa kanak-kanak, aku sudah termotivasi untuk masuk biara. Bagi orang Katholik, hidup membiara adalah hidup yang paling mulia, karena pengabdian total seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan. Semakin aku besar, keinginan itu sedemikian kuatnya, sehingga menjadi biarawati adalah tujuan satu-satunya dalam hidupku. Kehidupanku nyaris sempurna, aku terlahir dari keluarga yang kaya raya, kalau diukur dari materi. Rumahku luasnya 1000 meter persegi. Bayangkan, betapa besarnya. Kami berasal dari etnis Tionghoa. Ayaku adalah seorang pengusaha terkenal di Surabaya, beliau merupakan salah satu donatur terbesar gereja di Indonesia. Aku anak kelima dan perempuan satu-satunya dari lima bersaudara. Aku amat bersyukur karena dianugrahi banyak kelebihan. Selain materi, kecerdasanku cukup lumayan. Prestasi akademikku selalu memuaskan. Aku pernah terpilih sebagai ketua termuda pada salah satu organisasi gereja. Ketika remaja aku layaknya remaja pada umumnya, punya banyak teman, aku dicintai oleh mereka, bahkan aku menjadi faforit bagi kawan-kawanku. Intinya, masa mudaku kuhabiskan dengan penuh kesan, bermakna, dan indah. Namun demikian aku tidak larut dalam semaraknya pergaulan muda-mudi, walalupun semua fasilitas untuk hura-hura bahkan foya-foya ada. Keinginan untuk menjadi biarawati tetap kuat. Ketika aku lulus SMU, aku memutuskan untuk mengikuti panggilan Tuhan itu. Tentu saja orang tuaku terkejut. Berat bagi mereka untuk membiarkan anak gadisnya hidup terpisah dengan mereka. Sebagai pemeluk Katholik yang taat, mereka akhirnya mengikhlaskannya. Sebaliknya dengan kakak-kakaku, mereka justru bangga punya adik yang masuk biarawati. Tidak ada kesulitan ketika aku melangkah ke biara, justru kemudahan yang kurasakan. Dari banyak biarawati, hanya ada dua orang biara yang diberi tugas ganda. Yaitu kuliah di biara dan kuliah di Instituit Filsafat Teologia, seperti seminari yang merupakan pendidikan akhir pastur. Salah satu dari biarawati yang diberi keistimewaan itu adalah saya. Dalam usia 19 tahun Aku harus menekuni dua pendidikan sekaligus, yakni pendidikan di biara, dan di seminari, dimana aku mengambil Fakultas Comparative Religion, Jurusan Islamologi. Di tempat inilah untuk pertama kali aku mengenal Islam. Di awal kuliah, dosen memberi pengantar bahwa agama yang terbaik adalah agama kami sedangkan agama lain itu tidak baik. Beliau mengatakan, Islam itu jelek. Di Indonesia yang melarat itu siapa?, Yang bodoh siapa? Yang kumuh siapa? Yang tinggal di bantaran sungai siapa? Yang kehilangan sandal setiap hari jumat siapa? Yang berselisih paham tidak bisa bersatu itu siapa? Yang jadi teroris siapa? Semua menunjuk pada Islam. Jadi Islam itu jelek. Aku mengatakan kesimpulan itu perlu diuji, kita lihat negara-negara lain, Philiphina, Meksiko, Itali, Irlandia, negara-negara yang mayoritas kristiani itu tak kalah amburadulnya. Aku juga mencontohkan negara-negara penjajah seperti terbentuknya negara Amerika dan Australia, sampai terbentuknya negara Yahudi Israel itu, mereka dari dulu tidak punya wilayah, lalu merampok negara Palestina. Jadi tidak terbukti kalau Islam itu symbol keburukan. Aku jadi tertarik mempelajari masalah ini. Solusinya, aku minta ijin kepada pastur untuk mempelajari Islam dari sumbernya sendiri, yaitu al-Qur'an dan Hadits. Usulan itu diterima, tapi dengan catatan, aku harus mencari kelemahan Islam. Kebenaran surat Al Ikhlas Ketika pertama kali memegang kitab suci al-Qur'an, aku bingung. Kitab ini, mana yang depan, mana yang belakang, mana atas mana bawah. Kemudian aku amati bentuk hurufnya, aku semakin bingung. Bentuknya panjang-panjang, bulat-bulat, akhirnya aku ambil jalan pintas, aku harus mempelajari dari terjemah. Ketika aku pelajari dari terjemahan, karena aku tak mengerti bahwa membaca al-Quran dimulai dari kiri, aku justru terbalik dengan membukanya dari kanan. Yang pertama kali aku pandang, adalah surat Al Ihlas. Aku membacanya, bagus surat al-Ikhlas ini, pujiku. Suara hatiku membenarkan bahwa Allah itu Ahad, Allah itu satu, Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak sesuatu pun yang menyamai Dia. "Ini 'kok bagus, dan bisa diterima!" pujiku lagi. Pagi harinya, saat kuliah teologia, dosen saya mengatakan, bahwa Tuhan itu satu tapi pribadinya tiga, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Putra dan Tuhan Roh Kudus. Tiga Tuhan dalam satu, satu Tuhan dalam tiga, ini yang dinamakan trinitas, atau tritunggal. Malamnya, ada yang mendorong diriku untuk mengaji lagi surat al-Ihklas. "Allahhu ahad, ini yang benar," putusku pada akhirnya. Maka hari berikutnya terjadi dialog antara saya dan dosen-dosen saya. Aku katakana, "Pastur (Pastur), saya belum paham hakekat Tuhan." "Yang mana yang Anda belum paham?" tanya Pastur. Dia maju ke papan tulis sambil menggambar segitiga sama sisi, AB=BC=CA. Aku dijelaskan, segitiganya satu, sisinya tiga, berarti tuhan itu satu tapi pribadinya tiga. Tuhan Bapak sama kuasanya dengana Tuhan Putra sama dengan kuasanya Tuhan Roh Kudus. Demikian Pastur menjelaskan. "Kalau demikian, suatu saat nanti kalau dunia ini sudah moderen, iptek semakin canggih, Tuhan kalau hanya punya tiga pribadi, tidak akan mampu untuk mengelola dunia ini. Harus ada penambahnya menjadi empat pribadi," tanyaku lebih mendalam. Dosen menjawab, "Tidak bisa!" Aku jawab bisa saja, kemudian aku maju ke papan tulis. Saya gambar bujur sangkar. Kalau dosen saya mengatakan Tuhan itu tiga dengan gambar segitiga sama sisi, sekarang saya gambar bujur sangkar. Dengan demikian, bisa saja saya simpulkan kalau tuhan itu pribadinya empat. Pastur bilang, tidak boleh. Mengapa tidak boleh? Tanya saya semakin tak mengerti. "Ini dogma, yaitu aturan yang dibuat oleh para pemimpin gereja!" tegas Pastur. Aku katakana, kalau aku belum paham dengan dogma itu bagaimana? "Ya terima saja, telan saja. Kalau Anda ragu-ragu, hukumnya dosa!" tegas Pastur mengakhiri. Walau pun dijawab demikian, malam hari ada kekuatan yang mendorong saya untuk kembali mempelajari surat al-Ikhlas. Ini terus berkelanjutan, sampai akhirnya aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang membuat mimbar, membuat kursi, meja?" Dia tidak mau jawab. "Coba Anda jawab!" Pastur balik bertanya. Dia mulai curiga. Aku jawab, itu semua yang buat tukang kayu. "Lalu kenapa?" tanya Pastur lagi. "Menurut saya, semua barang itu walaupun dibuat setahun lalu, sampai seratus tahun kemudian tetap kayu, tetap meja, tetap kursi. Tidak ada satu pun yang membuat mereka berubah jadi tukang kayu," saya mencoba menjelaskan. "Apa maksud Anda?" Tanya Pastur penasaran. Aku kemudian memaparkan, bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan seluas isinya termasuk manusia. Dan manusia yang diciptakan seratus tahun lalu sampai seratus tahun kemudian, sampai kiamat tetap saja manusia, manusia tidak mampu mengubah dirinya menjadi Tuhan, dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia. Malamnya, kembali kukaji surat al-Ikhlas. Hari berikutnya, aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang melantik RW?" Saya ditertawakan. Mereka pikir, ini 'kok ada suster yang tidak tahu siapa yang melantik RW?. "Sebetulnya saya tahu," ucapku. "Kalau Anda tahu, mengapa Anda Tanya? Coba jelaskan!" tantang mereka. "Menurut saya, yang melantik RW itu pasti eselon di atasnya, lurah atau kepala desa. Kalau sampai ada RW dilantik RT jelas pelantikan itu tidak syah." "Apa maksud Anda?" Mereka semakin tak mengerti. Saya mencoba menguraikan, "Menurut pendapat saya, Tuhan itu menciptakan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Manusia itu hakekatnya sebagai hamba Tuhan. Maka kalau ada manusia melantik sesama manusia untuk menjadi Tuhan, jelas pelantikan itu tidak syah." Keluar dari Biara Malam berikutnya, saya kembali mengkaji surat al-Ikhlas. Kembali terjadi dialog-dialog, sampai akhirnya saya bertanya mengenai sejarah gereja. Menurut semua literratur yang saya pelajari, dan kuliah yang saya terima, Yesus untuk pertama kali disebut dengan sebutan Tuhan, dia dilantik menjadi Tuhan pada tahun 325 Masehi. Jadi, sebelum itu ia belum menjadi Tuhan, dan yang melantiknya sebagai Tuhan adalah Kaisar Constantien kaisar romawi. Pelantikannya terjadi dalam sebuah conseni (konferensi atau muktamar) di kota Nizea. Untuk pertama kali Yesus berpredikat sebagai Tuhan. Maka silahkan umat kristen di seluruh dunia ini, silahkan mencari cukup satu ayat saja dalam injil, baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes, mana ada satu kalimat Yesus yang mengatakan 'Aku Tuhanmu'? Tidak pernah ada. Mereka kaget sekali dan mengaggap saya sebagai biarawati yang kritis. Dan sampai pada pertemua berikutnya, dalam al-Quran yang saya pelajari, ternyata saya tidak mampu menemukan kelemahan al-Qur'an. Bahkan, saya yakin tidak ada manusia yang mampu. Kebiasaan mengkaji al-Qur'an tetap saya teruskan, sampai saya berkesimpulan bahwa agama yang hak itu cuma satu, Islam. Subhanaallah. Saya mengambil keputusan besar, keluar dari biara. Itu melalui proses berbagai pertimbangan dan perenungan yang dalam, termasuk melalui surat dan ayat. Bahkan, saya sendiri mengenal sosok Maryam yang sesungguhnya dari al-Qur'an surat Maryam. Padahal, dalam doktrin Katholik, Maryam menjadi tempat yang sangat istimewa. Nyaris tidak ada doa tanpa melalui perantaranya. Anehnya, tidak ada Injil Maryam. Jadi saya keluar dengan keyakinan bahwa Islam agama Allah. Tapi masih panjang, tidak hari itu saya bersyahadat. Enam tahun kemudian aku baru mengucapkan dua kalimah syahadat. Selama enam tahun, saya bergelut untuk mencari. Saya diterpa dengan berbagai macam persoalan, baik yang sedih, senang, suka dan duka. Sedih, karena saya harus meninggalkan keluarga saya. Reaksi dari orang tua tentu bingung bercampur sedih. Sekeluarnya dari biara, aku melanjutkan kuliah ke Universitas Atmajaya. Kemudian aku menikah dengan orang Katholik. Harapanku dengan menikah adalah, aku tidak lagi terusik oleh pencarian agama. Aku berpikir, kalau sudah menikah, ya selesai! Ternyata diskusi itu tetap berjalan, apalagi suamiku adalah aktifis mahasiswa. Begitu pun dengan diriku, kami kerap kali berdiskusi. Setiap kali kami diskusi, selalu berakhir dengan pertengkaran, karena kalau aku mulai bicara tentang Islam, dia menyudutkan. Padahal, aku tidak suka sesuatu dihujat tanpa alasan. Ketika dia menyudutkan, aku akan membelanya, maka jurang pemisah itu semakin membesar, sampai pada klimaksnya. Aku berkesimpulan kehidupan rumah tangga seperti ini, tidak bisa berlanjut, dan tidak mungkin bertahan lama. Aku mulai belajar melalui ustadz. Aku mulai mencari ustadz, karena sebelumnya aku hanya belajar Islam dari buku semua. Alhamdulillah Allah mempertemuka saya dengan ustadz yang bagus, diantaranya adalah Kyai Haji Misbah (alm.). Beliau ketua MUI Jawa Timur periode yang lalu. Aku beberapa kali berkonsultasi dan mengemukakan niat untuk masuk Islam. Tiga kali ia menjawab dengan jawaban yang sama, "Masuk Islam itu gampang, tapi apakah Anda sudah siap dengan konsekwensinya?" "Siap!" jawabku. "Apakah Anda tahu konsekwensinya?" tanya beliau. "Pernikahan saya!" tegasku. Aku menyadari keinginanku masuk Islam semakin kuat. "Kenapa dengan dengan perkawinan Anda, mana yang Anda pilih?" Tanya beliau lagi. "Islam" jawabku tegas. Akhirnya rahmat Allah datang kepadaku. Aku kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat di depan beliau. Waktu itu tahun 1983, usiaku 26 tahun. Setelah resmi memeluk Islam, aku mengurus perceraianku, karena suamiku tetap pada agamanya. Pernikahanku telah berlangsung selama lima tahun, dan telah dikaruniai tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Alhamdulillah, saat mereka telah menjadi muslim dan muslimah. Shalat pertama kali Setelah aku mengucapkan syahadat, aku tahu persis posisiku sebagai seorang muslimah harus bagaimana. Satu hari sebelum ramadhan tahun dimana aku berikrar, aku langsung melaksanakan shalat. Pada saat itulah, salah seorang kakak mencari saya. Rumah cukup besar. Banyak kamar terdapat didalamnya. Kakakku berteriak mencariku. Ia kemudian membuka kamarku. Ia terkejut, 'kok ada perempuan shalat? Ia piker ada orang lain yang sedang shalat. Akhirnya ia menutup pintu. Hari berikutnya, kakakku yang lain kembali mencariku. Ia menyaksikan bahwa yang sedang shalat itu aku. Selesai shalat, aku tidak mau lagi menyembunyikan agama baruku yang selama ini kututupi. Kakakku terkejut luar biasa. Ia tidak menyangka adiknya sendiri yang sedang shalat. Ia tidak bisa bicara, hanya wajahnya seketika merah dan pucat. Sejak saat itulah terjadi keretakan diantara kami. Agama baruku yang kupilih tak dapat diterima. Akhirnya aku meninggalkan rumah. Aku mengontrak sebuah rumah sederhana di Kota Surabaya. Sebagai anak perempuan satu-satunya, tentu ibuku tak mau kehilangan. Beliau tetap datang menjenguk sesekali. Enam tahun kemudian ibu meninggal dunia. Setelah ibu saya meninggal, tidak ada kontak lagi dengan ayah atau anggota keluarga yang lain sampai sekarang. Aku bukannya tak mau berdakwah kepada keluargaku, khususnya ibuku. Walaupun ibu tidak senang, ketegangan-ketegangan akhirnya terjadi terus. Islam, baginya identik dengan hal-hal negatif yang saya contohkan di atas. Pendapat ibu sudah terpola, apalagi usia ibu sudah lanjut. Tahun 1992 aku menunaikan rukun Islam yang kelima. Alhamdulillah aku diberikan rejeki sehingga bisa menunaikan ibadah haji. Selama masuk Islam sampai pergi haji, aku selalu menggerutu kepada Allah, "kalau Engkau, ya Allah, menakdirkanku menjadi seorang yang mukminah, mengapa Engkau tidak menakdirkan saya menjadi anak orang Islam, punya bapak Islam, dan ibu orang Islam, sama seperti saudara-saudaraku muslim yang kebanyakan itu. Dengan begitu, saya tidak perlu banyak penderitan. Mengapa jalan hidup saya harus berliku-liku seperti ini?" ungkapku sedikit kesal. Di Masjidil-Haram, aku bersungkur mohon ampun, dilanjutkan dengan sujud syukur. Alhamdulillah aku mendapat petunjuk dengan perjalan hidupku seperti ini. Aku merasakan nikmat iman dan nikmat Islam. Padahal, orang Islam yang sudah Islam tujuh turunan belum tentu mengerti nikmat iman dan Islam. Islam adalah agama hidayah, agama hak. Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia itu oleh Allah diberi akal, budi, diberi emosi, rasio. Agama Islam adalh agama untuk orang yang berakal, semakin dalam daya analisis kita, insya Allah, Allah akan memberi. Firman Allah, "Apakah sama orang yang tahu dan tidak tahu?" Sepulang haji, hatiku semakin terbuka dengan Islam, atas kehendak-Nya pula aku kemudian diberi kemudahan dalam belajar agama tauhid ini. Alhamdulillah tidak banyak kesulitan bagiku untuk belajar membaca kitab-kitab. Allah memberi kekuatan kepadaku untuk bicara dan berdakwah. Aku begitu lancar dan banyak diundang untuk berceramah. Tak hanya di Surabaya, aku kerap kali diundang berdakwah di Jakarta. Begitu banyak yang Allah karuniakan kepadaku, termasuk jodoh, melalui pertemuan yang Islami, aku dilamar seorang ulama. Beliau adalah Masruchin Yusufi, duda lima anak yang isterinya telah meninggal dunia. Kini kami berdua sama-sama aktif berdakwah sampai ke pelosok desa. Terjun di bidang dakwah tantangannya luar biasa. Alhamdulillah, dalam diri ini terus menekankan bahwa hidupku, matiku hanya karena Allah Journey to Islam Oleh : Redaksi 05 Nov 2003 - 2:49 pm

Raja Pop Michael Jackson "Masuk Islam"

Michael Jackson Sangkal Semua Tuduhan
Raja bintang pop, Michael Jackson dikabarkan masuk Islam dan berbagung menjadi anggota jama’ah Nation of Islam pimpinan Louis Farrakhan hari Kamis kemarin, kutip the New York Post

Mengutip sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya, media itu menyebutkan bahwa Michael Jackson (45), raja pop yang kini sedang berhadapan dengan pengadilan di Amerika Serikat, sejak Rabu (17/12), kemarin, telah resmi masuk organisasi Islam cukup berpengaruh di ASThe Nation of Islam (NOI) yang dipimpin Muslim kulit hitam terkenal Louis Farrakhan,

"Raja Pop itu mengubah dirinya menjadi Jacko X," kata tabloid tersebut.

New York Post mengatakan masuknya Jackson ke kelompok Louis Farrakhan berkat dorongan anggota-anggota tingkat tinggi NOI. Di kalangan NOI masuknya Jacko ke agama Islam sudah diketahui seara luas.

NOI, yang dipimpin Farrakhan, selama ini dianggap kontroversial karena deklarasi para pemimpinnya yang menyatakan diri anti-Yahudi dan anti-homoseksual, tidak bersedia mengomentari laporan media tersebut.

Fox News Rabu kemarin melaporkan, kakak laki-laki Jakson, Jermaine Jackson, telah membawa kepala staf Farrakhan, Loenard Muhammad, ke dalam lingkungan dalam Jackson sebagai "bodyguard."

Jermaine yang salah satu anggota penyanyi The Jackson Five di tahun 1970-an itu sudah memeluk agama Islam sejak tahun 1989, menurut Fox.

Jackson kini berada dalam tahanan luar atas uang jaminan 3 juta dolar yang dibayarkannya kepada pengadilan atas kasus sangkaan pelecehan seksual terhadap anak-anak berusia di bawah 14 tahun.

Jackson dan para pengacaranya telah dengan keras membantah tuduhan tersebut, dan mengatakan hal itu sebagai "suatu kebohongan besar." Jackson akan secara resmi dikenakan tuduhan tersebut hari Jum'at ini sekitar pukul 13.00 waktu setempat di Santa Barbara, dekat kompleks tempat tinggalnya yang disebut Neverland Ranch.

Bulan lalu Jackson diborgol saat digiring polisi ke tahanan Santa Barbara, selain pula dipermalukan karena polisi mengambil foto-fotonya seperti yang biasa dilakukan terhadap para penjahat. Selain itu, juga seperti yang dilakukan terhadap para pelaku tindak kriminalitas lainnya, Jackson harus mmembiarkan polisi mengambil sidik jarinya

Pada tahun 1993, Jackson juga pernah didakwa dengan pencabulan anak, yang diajukan oleh seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, Jordan Chandler. Namun dakwaan itu alhirnya dicabut karena tak terbukti.

Stasiun FOX melaporkan, Jermaine dan Muhammad "menyampaikan kepada Michael bahwa dirinya merupakan korban dari rasisme dan hanya The Nation of Islam (NOI) yang dapat menyelamatkannya." (afp/cha/Hidayatullah)



Michael Jackson Sangkal Semua Tuduhan

Los Angelos- Penyanyi pop Michael Jackson menyangkal semua tuduhan tindak seksual terhadap anak-anak yang disampaikan kepadanya hari Kamis (Jumat WIB), kata pengacaranya.

"Saya bisa katakan kepada anda sekarang, berdasarkan tuduhan yang disampaikan, Michael Jackson sama sekali tidak bersalah atas segala tuduhan tersebut," kata Mark Geragos, pengacara Jackson, kepada wartawan.

Sebelumnya, kejaksaan di wilayah tempat Jackson bermukim mengumumkan penyanyi yang merajai musik pop pada tahun 1980-an itu dituduh telah melakukan tindak seksual terhadap anak-anak. Tuduhan itu bila terbukti di pengadilan akan bisa membuat Jackson mendekam di penjara selama 24 tahun.

Tuduhan terhadap Jackson seluruhnya terdiri atas tujuh kasus tindak seksual terhadap anak-anak dan dua kasus lainnya mengenai memberikan minuman keras kepada seorang anak-anak. Dalam tuduhan yang disampaikan terhadap Jackson itu, korban yang dikatakan masih berusia di bawah 14 tahun itu diberi identitas "John Doe."

Jackson dituduh telah sengaja memberi anak itu minuman keras agar bisa diperdayai secara seksual. Sehari sebelum tuduhan secara resmi disampaikan, Jackson diberitakan telah masuk kelompok The Nation of Islam (NOI) yang dipimpin pendakwah Muslim kulit hitam terkenal Louis Farrakhan.

Dengan mengutip sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya, The New York Post (18/12) mengungkapkan Jackson (45) resmi menjadi anggota NOI sejak Rabu malam (17/12). "Raja Pop itu mengubah dirinya menjadi Jacko X," kata tabloid tersebut.

New York Post mengatakan masuknya Jackson ke kelompok Loius Farrakhan berkat dorongan anggota-anggota tingkat tinggi NOI. Di kalangan NOI masuknya Jacko ke agama Islam sudah diketahui luas.

Meski demikian, organisasi yang dipimpin Farrakhan itu, yang kontroversial karena deklarasi para pemimpinnya yang menyatakan diri anti-Yahudi dan anti-homoseksual, tidak bersedia mengomentari laporan media tersebut.

Fox News hari Rabu melaporkan kakak laki-laki Jakson, Jermaine Jackson, membawa kepala staf Farrakhan, Loenard Muhammad, ke dalam lingkungan dalam Jackson sebagai "bodyguard."

Jermaine yang salah satu anggota penyanyi The Jackson Five di tahun 1970-an itu sudah memeluk agama Islam sejak tahun 1989, menurut Fox. Masih menurut Fox, Jermaine dan Muhammad "menyampaikan kepada Michael bahwa dirinya merupakan korban dari rasisme dan hanya The Nationa of Islam yang dapat menyelamatkannya."

Jackson kini berada dalam tahanan luar atas uang jaminan 3,0 juta dolar yang dibayarkannya kepada pengadilan atas kasus sangkaan pelecehan seksual terhadap anak-anak berusia di bawah 14 tahun.

Jackson dan para pengacaranya telah dengan keras membantah tuduhan tersebut, dan mengatakan hal itu sebagai "suatu kebohongan besar." Jackson akan secara resmi dikenakan tuduhan tersebut hari Kamis sekitar pukul 13.00 (Jumat waktu Indonesia) di Santa Barbara, dekat kompleks tempat tinggalnya yang disebut Neverland Ranch.

Bulan lalu Jackson diborgol saat digiring polisi ke tahanan Santa Barbara, selain pula dipermalukan karena polisi mengambil foto-fotonya seperti yang biasa dilakukan terhadap para penjahat. ant/afp/abi/RioL

Journey to Islam Oleh : Redaksi 19 Dec 2003 - 9:09 am

Pencuri

aku benci pencuri, tapi aku ini rajin mencuri, kemarin kucuri hak pejalan kaki, ketika motorku lewat trotoar (ketika mobilku nerobos zebracross padahal ada yg mo nyebrang...) kemarin kupersulit orang lewat, karena kuparkir mobilku sembarangan, aku berdalih mengejar waktu buka, dan ku buka ayat ayatNya: aha, kutemukan alasan pembenar, bahwa Tuhan menyuruh hambaNya menyegerakan berbuka, maka wajarlah kalau ku ambil hak orang lain itu bukan mencuri lain hari, aku menyerobot antrian, sambil berdiri antri, ku baca buletin khutbah jum'at, tentang faedah puasa untuk mendisiplinkan diri, kucuri lagi hak orang lain, kemarin lagi, kucuri waktu kerjaku, kerjaku tak selesai, dan kuminta lembur, kusebut diriku adil mungkin Tuhan tertawa, ketika kuucapkan permohonan, agar Kau tunjukkan jalan yang benar, karena sesungguhnya aku tak benar benar ingin, menjalani apa yang Kau tunjukkan, aku membutuhkan ayat ayatNya, agar aku merasa lebih baik, karena aku seolah-olah telah ada di jalanNya, kucuri makna dari ayat, agar sesuai dengan kebutuhanku, dan tidak bertabrakan dengan nafsuku, dan kusebut itu ikhtiar, dan ikhtiar, meski keliru patut mendapat pahala.. inikah masa, ketika perjuangan dan pengkhianatan hanya beda segaris tipis, ketika haq dan batal hanya beda di persepsi, ketika nurani menjadi budak akal bulus, seraya berusaha meyakinkan nurani, akan kebenaran yang dipaksakan ? -------------- Kontributor: Dian Perlito Dian.Perlito@snsgroup.co.id ------------

Kisah nyata

Coba anda baca dan renungkan




Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al baqarah : 155)




Tak pernah aku bayangkan, sesuatu yang menjadi bagian takdir, rencana Ilahi, didudukkan di pundakku sebagai sebuah kesalahan. Dan, dalam kesedihan kehilangan, aku mendapatkan bencana lain, dicap sebagai "pembunuh". Sesuatu yang tak pernah, tak akan pernah, terlintas dalam pikiranku. Tapi aku tak lagi bisa menolak... Bukankah rencana manusia memang hanya sekrup kecil dari rencana Tuhan.

Aku Risma (30), menikah, guru di sekolah swasta. Suamiku Farhan (31), bekerja di perusahaan kontraktor. Kemampuannya dalam desain interior dan gambar membuat kariernya cepat melesat. Ini berdampak langsung pada kemampuan finansial kami. Karena itu, jika semula kami berencana tak memiliki momongan saat menikah 6 tahun lalu, tapi di tahun kedua, rencana itu kami batalkan. Di tahun ketiga pernikahan, aku telah memberinya kado mungil yang luar biasa, seorang bayi perempuan yang cantik. Bayi itu kami namakan Farhis, gabungan namanya dan namaku. Dan, jadilah hari-hari kamu bergembira dengan bayi kami yang tumbuh subur, cantik. Tak ada hari libur yang tidak kami habiskan bersama. Tak ada gerak sedikit pun dari Farhis yang tidak kami ketahui. Farhan apalagi, setelah ada anakku, barangkali aku jadi wanita kedua di hatinya. Kasihnya melimpah luar biasa. Dan aku senang, aku bangga. Farhis usia setahun, kami sudah memiliki rumah, dan kutinggalkan rumah ayah-ibu di pedurungan. Kami tempti rumah tipe 45 di perumahan Semarang Atas. Mobil pun segera dibeli Farhan, meski dengan cara kredit. Alasannya, ia selalu tak tega membawa Farhis jalan-jalan dan kepanasan.
Aku pun setuju. Apalagi, kalau sudah menyangkut urusan Farhis, tak ada yang dapat membantah Farhan. Ia bahkan sudah menabung untuk keperluan anakku, mulai rencana sekolah, sampai urusan-urusan yang menurutku masih akan berpuluh tahun lagi akan kami hadapi. Tapi semua aku setujui saja, karena aku tahu, barangkali itulah wujud kasih sayangnya. Oh ya, Farhan anak tunggal, sehingga kehadiran Farhis membuat dia segara mendapatkan kesempatan punya "adik". Mertuaku pun sayang luar biasa pada cucunya ini.

Namun, rencana manusia memang hanya sekrup kecil dari rencana Tuhan. Di balik kegembiraan kami, tersimpan duka yang luar biasa besar, yang tengah menanti. Tepatnya setahun lalu. Usia Farhis sudah 2,5 tahun. Ia sedang nakal-nakalnya, dan sedang menggemaskan. Farhan jangan ditanyakan lagi besarnya cintanya pada anak kami ini. Dan, tak ada liburan yang tidak kami habiskan bertiga. Tapi, hari itu, bencana memang tengah dipersiapkan untuk kami. Kini aku dapat sadari hal itu.

Minggu, dan kami dapat undangan pernikahan di Demak. Kenalanku semasa kuliah menikah. Dan aku sudah menjanjikan akan datang. Farhan pun yang kebetulan kenal, juga sudah memberi lampu hijau. "Sekalian, membawa Fehis jalan-jalan," katanya. Kembali, soal Farhis dia tak lupa. Tapi, malam Minggu itu, Farhan panas. Flu dan demam menyerangnya. Ketika pagi, meski dia sudah agak mendingan, tetap saja tubuhnya terasa lemah. Aku pun tak tega mengajaknya pergi. Maka, kuberanikan diri untuk pergi sendiri. Farhan menolak. Dia meminta aku menunggu sampai jam 10 siang, menunggu kondisi tubuhnya lebih baik. Aku setuju.

Nyatanya, Farhan tetap saja lemah. Untuk menyetir, jelas dia tidak mampu. Dia pun usul untuk membatalkan memenuhi undangan itu. Tapi aku menolak. Setelah "berdebat" sedikit, dengan agak berat, dia mengizinkan aku pergi. Sendiri. Aku protes lagi. Aku ingin Farhis ikut, karena nanti siapa yang akan mengurus dia. Lagi pula, dengan tubuh ayahnya yang masih lemah, aku tak ingin merepotkan suamiku. Belum lagi kalau Farhis nanti buang air atau menangis, kasihan Farhan. Kami berdebat lagi, dan aku kembali "menang". Dengan sebal, Farhan mengizinkan. Dia pun ikut mengantar kami sampai gerbang, sebelum aku pergi dengan Farhis di samping kiriku.

Dan rencana Tuhan terjadi. Aku tak ingat pasti bagaimana ceritanya. Cuma, sewaktu dekat Sayung, perbatasan Demak-Semarang, ketika aku bermaksud memotong sebuah truk yang jalan terlalu lambat, ternyata ada bus yang tiba-tiba juga memotong dari arah berlawanan. Posisi mobilku yang sudah separoh jalan memotong membuat aku panik. Untuk melalui nyaris tak akan dapat, untuk mengerem, aku juga tak yakin. Dan dalam kepanikan sepersekian detik itulah, aku nekat menambah kecepatan, bermaksud memotong truk itu. Berhasil, itulah yang kukira, tapi nyatanya tidak. Bus itu yang juga melaju kencang, menyentuh sisi kanan mobilku, meski tidak keras, benturan itu menimbulkan goncangan yang cukup kuat,
dan aku tak tahu pasti, cuma tiba-tiba aku merasa seperti mendapat sorongan keras dari belakang, dan mobilku tanpa terhindarkan melesat meninggalkan badan jelan, melesak ke sisi trotoar, dan berhenti ketika menabrak pohon. Selebihnya, gelap. Aku pingsan.



Ketika sadar, aku di rumah sakit. Di sisiku hanya ada mertua, dan orang tuaku. Farhan tak ada. Dan ketika aku tanyakan, semua hanya diam. Mertua perempuanku yang menangis, merangung dan memeluki diriku. Ayahku hanya diam, juga mertua lelakiku. Tapi aku tahu, mereka juga menangis. "Ada apa? Kenapa? di mana Farhan? Farhis, anakku? Gimana dia?" begitu pertanyaanku meluncur, dan tak ada jawaban. Tapi aku telah tahu sesuatu, aku telah merasa, dan benarlah. Ya, Allah.... Anakku...

Dari ayah, aku tahu, Farhis telah tiada. Aku pingsan lagi. Ketika sadar, aku hanya meronta-ronta, menjerit-jerit, dan hanya ayah yang ada untuk menenangkanku. Mertua dan Farhan mengurus pemakanan anakku, yang tak dapat kuhadiri, karena aku tak bisa bergerak. Rusukku retak, dan kakiku patah, juga memar yang parah di kepala dan pinggulku. Aku hanya bisa menangis, menangis. Dari cerita ayah kemudian, aku ternyata pingsan berkali-kali.

Kenapa Farhis meninggal, padahal benturan itu tidak keras, juga tabrakan dengan pohon itu pun perlahan, selalu itu yang jadi pertanyaanku. Tapi, kata ayah, anakku terlontar karena tak memakai sabuk pengaman. Dan, meski dokter telah berusaha, pendarahan di kepalanya membuat nyawanya tak tertolong. (Dulu, aku meraung saat mendengar cerita ini...)


Kini sudah setahun hal itu berlalu. Rasa kehilanganku belum juga sembuh. Masih terbayang semua tentang anakku, jelas, sangat jelas. Tapi, sakit karena kehilangan itu tak cukup, aku juga kehilangan Farhan. Begitu aku sembuh dan boleh pulang 3 minggu kemudian, aku tahu, sudah ada yang salah dengan suamiku. Dari dia yang tak menjemput, dan tak menungguiku di rumah sakit, aku tahu, Farhan menyalahkanku atas kejadian itu. Tapi, begitu sampai rumah, aku tahu lebih parah lagi, ternyata Farhan bahkan mengganggap aku sebagai "pembunuh" Farhis. Dia pernah marah dan membentak-bentakku, "Kenapa tidak kamu saja yang mati?! Kenapa harus Farhis, kenapa bukan kamu??" Ya Tuhan... aku menangis saat dia mengatakan itu. Aku kehilangan suamiku, aku telah kehilangan anak, suami, dan juga kebahagiaanku.


Aku telah minta maaf ke Farhan. Aku katakan, "Jika memang boleh memilih, aku akan bersedia menggantikan nyawa anakku. Aku yang akan ikhlas mati, bukan anakku. Tapi ini takdir. Tolong jangan salahkan aku, tolong... Aku pun kehilangan anakku, bukan Mas saja, kita punya kesedihan yang sama..." Tapi nihil, aku tak pernah di dengar. Farhan hanya berucap, "Seandainya kamu tak pergi ke undangan itu... seandainya kamu patuh pada suamimu,..." Ohh.. untuk urusan takdir, dapatkah kita bicara "seandainya..."

Kini telah setahun, dan hubunganku kian kacau dengan Farhan. Ia jadi pemamun, dan kusut. Aku sering menemukan dia menangis. Dan aku tahu, lebih daripada menyalahkan aku, dia pun menyalahkan dirinya sendiri. Hubungan kami beku. Nyaris tanpa komunikasi. Hanya kehadiran mertua yang membuat kami bisa membuat rumah ini serasa hidup lagi. Selebihnya, aku telah sungguh-sungguh kehilagnan anakku, suami, dan kepercayaannya. Aku tak tahu lagi, entah bagaimana cara bisa menjalani hidup ini....


Kontributor : Ary Suyatmoko Ary.Suyatmoko@snsgroup.co.id



------------



Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. Al Anfaal : 28)

--------------

Lucu Yaa ????!

Seorang teman baik mengingatkan saya tentang kehidupan dengan tulisan berikut ini..... Lucu Ya, 45 menit terlalu lama untuk berdzikir, Tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan sepak bola Lucu Ya, Uang Rp. 20.000,-an begitu besar bila dibawa ke kotak amal masjid, Tapi begitu kecil bila dibawa ke supermarket Lucu Ya, Betapa lamanya 2 jam berada di masjid, Tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati film di bioskop Lucu Ya, Susahnya merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdo'a atau shalat, Tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila bertemu teman Lucu Ya, Betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan sepak bola favorit kita, Tapi betapa bosannya bila imam shalat kelamaan bacaannya Lucu Ya, Susah banget baca Al Qur'an 1 Juz saja sehari, Tapi novel best seller 100 halamanpun habis dilalap sehari Lucu Ya, Orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau konser, Tapi berebut cari shaf paling belakang bila jum'atan agar bisa cepat keluar Lucu Ya, Kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelunya agar bisa disisipkan di agenda kita, Tapi untuk acara lain jadwal kita gampang diubah seketika Lucu Ya, Kita bisa ngirim ribuan jokes lewat e-mail, Tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berfikir 2 kali Lucu Ya, Semua orang pengennya masuk surga tanpa harus beriman, berfikir, berbicara atau melakukan apa - apa. Tapi rasanya engga' lucu kalo sehabis baca ini, kok kita engga' tersentuh... Kontributor : Rio Wardhanu Rio.Wardhanu@snsgroup.co.id ------------ Wallahu a'lam bishowab --------------

kisah Si Pemetik Pucuk Daun Singkong

Usianya baru 12 tahun, duduk di bangku kelas 6 Madrasah Ibtida’iyah –setingkat Sekolah Dasar-, namun posturnya yang tinggi membuat orang mengira ia siswa kelas 3 SMP. Januar Rizky, atau biasa dipanggil Kiki, tak kenal lelah mengumpulkan ikat demi ikat daun singkong yang berhasil dikumpulkannya setiap pulang sekolah. Kulit hitam dan merah dirambutnya adalah bukti kerasnya hidup yang dijalani bocah dari keluarga tak mampu ini. Namun, semua dilakukannya demi satu cita-cita, “Saya ingin membahagiakan ibu,” ujarnya malu-malu. Setiap hari sepulang sekolah, Kiki dijemput bosnya dengan sepeda motor dan diajak ke ladang singkong. Bersama belasan anak sebayanya yang lain, Kiki berpacu dengan waktu memetik pucuk daun singkong yang oleh bosnya nanti dijual ke pasar. Jika Anda biasa makan lalap daun singkong di rumah makan Padang, boleh jadi itu adalah hasil petikan tangan Kiki. Untuk satu ikat kecil daun singkong yang dipetiknya, Kiki mendapat upah Rp. 20,-, jumlah yang teramat kecil untuk simbah-peluhnya. Namun dasar Kiki adalah pekerja keras yang tak kenal lelah, sejak siang hingga senja tak kurang 150 ikat berhasil dikumpulkannya. Kiki pun tersenyum puas menghitung uang hasil jerih payahnya. Menjelang maghrib ia bersegera pulang. “1.500 buat ibu, buat masak. Sisanya saya simpan buat bayar sekolah dan uang jajan Rini,” ujar Kiki yang teramat sayang terhadap Rini, adiknya yang baru kelas 3 sekolah dasar. Tak heran, setiap bulannya, orangtuanya tak perlu repot mengeluarkan uang bayaran sekolah, karena Kiki sudah bisa membayar sendiri uang sekolahnya. Untungnya, ada ada BOS (Bantuan Operasional Sekolah), sehingga biaya sekolah lebih murah. Bahkan untuk membeli buku pelajaran pun, Kiki tak mau meminta. Kiki sadar, orangtuanya bukan orang yang mampu, sehingga ia tak mau merepotkan. Sudah satu pekan ini Kiki tak mau bersekolah. Pasalnya, ia malu setiap hari harus ditegur guru dan kepala sekolahnya lantaran ia tak bersepatu. Setiap hari, Kiki hanya bersandal jepit ke sekolahnya. Selama ini, teguran dari gurunya ia simpan dalam hati. Tak ingin ia mengadukan perihal tersebut kepada Ayahnya. Ayah Kiki, hanya seorang pembuat miniatur menara dari bambu. Penghasilannya tak tentu, tergantung pesanan. Pesanan pun baru bisa dipenuhi sang Ayah jika ada modal untuk membeli bahan baku. Sementara ibunya, hanya seorang ibu rumah tangga yang menderita stroke, butuh biaya besar untuk mengobati penyakitnya. Alhasil, Kiki pun tahu diri untuk menuntut dibelikan sepatu. Tak hanya Kiki, Rini sang adik pun sekolah tanpa sepatu. Bukan cuma soal sepatu, baju seragam Kiki pun bukan hasil beli di toko, melainkan pemberian dari teman-temannya atau kakak kelasnya yang sudah lulus. Wajarlah bila seragam Kiki terlihat lebih jelek dari siswa lainnya, maklum bukan barang baru. Pernah satu hari Kiki harus mendobeli celana seragamnya dengan celana mainnya, karena celana seragam pemberian dari temannya lebih besar dari ukuran tubuhnya. Usahanya untuk tetap berseragam malah mendapat teguran dari seorang guru, karena celana mainnya yang lebih panjang itu menyembul dari celana hijau seragamnya. Lucu? Tentu tidak, ini menyedihkan buat Kiki. Menjelang ujian bulan April 2006 nanti, Kiki semakin resah. Kepala sekolah sudah mengancam tak mengizinkan Kiki mengikuti ujian jika Kiki tetap bersandal ke dalam kelas. Kiki pun mengeluhkan hal ini kepada Ayahnya. Namun apa daya, sang Ayah pun hanya bisa pasrah dan mengucap janji, “Insya Allah”. Pucuk daun singkong yang setiap hari dipetiknya semakin lama semakin habis. Ladang yang biasa menjadi tempatnya mencucurkan peluh itu, hanya menyisakan batang-batang singkong tak berdaun. Kiki dan teman-temannya pun diboyong pindah ke ladang lainnya yang lebih jauh. Hingga tak jarang, Kiki harus pulang selepas Isya. Bila tak ada lagi ladang singkong yang harus dipetik pucuknya, Kiki pun beralih profesi sebagai pemanjat pohon pepaya. Rupanya, bisnis si bos bukan hanya menjual daun singkong, tetapi juga menjual pepaya di pasar. Kiki dan seorang temannya lah yang diandalkan sebagai pemanjat. Meski jarang, tetapi hasil memetik buah pepaya ini lebih besar, yakni Rp. 5.000,- perhari. Kiki harus membayar mahal untuk kegiatannya sehari-hari itu, baik memetik pucuk daun singkong maupun pepaya. Bukan hanya warna kulitnya yang makin legam tersengat matahari, tapi prestasi di sekolahnya pun menurun. Dulu sebelum ia menjalani semua ini, ia masih mampu bersaing dengan teman-temannya dan meraih peringkat dua atau tiga di kelas. Kini, peringkatnya jauh menurun. Anak sekecil itu terlalu lelah membanting tulang untuk tigaribu rupiah perhari. Esok, semoga Kiki mau bersekolah lagi. Ada sedikit rezeki untuk membeli sepatu baru buat Kiki. Senyum ceria si pemetik pucuk daun itulah yang dinanti di hari depan, bukan karena ia berhasil mengumpulkan seribu ikat daun singkong perhari. Melainkan senyum atas prestasi tertinggi yang diraihnya di sekolah Kontributor: Awaludin Awaludin@snsgroup.co.id ------------ Bayu Gawtama

Makna Wudhu

Pernahkah terpikir mengapa kita mengambil wudhu sedemikian rupa? Pernahkah terpikir segala hikmah yang kita peroleh dalam menghayati Islam? Pernahkah terpikir mengapa Allah lahirkan kita sebagai umat Islam? Bersyukurlah dan bertaubat selalu. Berikut ini adalah hikmah yang dapat kita peroleh dari wudhu seperti yang diuraikan Imam Al-Ghazali dalam bukunya "Ihya Ulumuddin". Mudah-mudahan Allah subhanahu wata'ala selalu mencucurkan rahmat-Nya. Banyak di antara kita yang tidak sadar akan hakikat bahwa setiap yang dituntut dalam Islam mempunyai hikmah tersendiri. 1. Ketika berkumur, berniatlah dengan, "Ya Allah ampunilah dosa mulut dan lidahku ini. Penjelasan: Sehari-hari kita bercakap-cakap mengenai benda-benda yang tak berfaidah. 2. Ketika membasuh muka, berniatlah dengan, "Ya Allah, putihkanlah mukaku di akhirat kelak, Janganlah Kau hitamkan mukaku ini". Penjelasan: Muka para ahli surga putih berseri-seri. 3. Ketika membasuh tangan kanan, berniatlah dengan, "Ya Allah, berikanlah hisab-hisabku di tangan kananku ini" Penjelasan: Hisab-hisab ahli surga diberikan di tangan kanannya. 4. Ketika membasuh tangan kiri, berniatlah dengan, "Ya Allah, janganlah kauberikan hisab-hisabku di tangan kiriku ini". Penjelasan: Hisab-hisab ahli neraka diberikan di tangan kirinya 5. Ketika membasuh kepala, berniatlah dengan, "Ya Allah, lindungilah aku dari terik matahari di Padang Ma'syar dengan Arasy-Mu" Penjelasan: Panas di Padang Masyar seperti matahari sejengkal di atas kepala. 6. Ketika membasuh telinga, berniatlah dengan, "Ya Allah,ampunilah dosa telingaku ini" Penjelasan: Sehari-hari kita mendengar orang mengumpat, memfitnah, dan mendengar lagu-lagu berunsur maksiat. 7. Ketika membasuh kaki kanan, berniatlah dengan, "Ya Allah, permudahlah aku melintasi titian Siratul Mustaqqim". Penjelasan : Ahli surga melintasi titian dengan mudah sekalii. 8. Ketika membasuh kaki kiri, berniatlah dengan, "Ya Allah,bawalah aku pergi ke masjid-masjid, surau-surau, dan bukan tempat-tempat maksiat" Penjelasan : Qadha' dan qadar kita berada di tangan Allah. Pernahkah terpikir mengapa kita mengambil wudhu sedemikian rupa? Pernahkah terpikir segala hikmah yang kita peroleh dalam menghayati Islam? Pernahkah terpikir mengapa Allah lahirkan kita sebagai umat Islam? Bersyukurlah dan bertaubat selalu. Kontributor: Enang Suherman Enang.Suherman@snsgroup.co.id ------------ -------------- Jika rekans memiliki artikel atau apapun yang ingin dirasakan manfaatnya, silahkan kirimkan artikel tersebut ke redaksi jedaonline. alangkah baiknya jika artikel tersebut belum pernah dipublish via outlook.

2 Ekor Singa

Suatu sore di tengah telaga, terlihat dua orang yang sedang memancing. Tampaknya, ada ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu mereka disana. Dengan perahu kecil, keduanya sibuk mengatur joran dan umpan. Air telaga bergoyang perlahan, membentuk riak-riak air. Gelombangnya mengalun menuju tepian, menyentuh sayap-sayap angsa yang sedang berjalan beriringan. Suasana begitu tenang, hingga terdengar sebuah percakapan. "Ayah." "Hmm..ya.." Sang ayah menjawab pelan. Matanya tetap tertuju pada ujung kailnya yang terjulur. "Beberapa malam ini," ucap sang anak, "aku bermimpi aneh. Dalam mimpiku, ada dua ekor singa yang tampak sedang berkelahi dalam hatiku. Gigi-gigi mereka, terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk mencakar dan menggeram, seperti saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan." Anak muda ini terdiam sesaat. Lalu, mulai melanjutkan cerita, "singa yang pertama, terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Badannya pun kokoh dan bulunya teratur. Walaupun suaranya keras, tapi terdengar menenangkan buatku." Ayah mulai menolehkan kepala, dan meletakkan pancingnya di pinggir haluan. "Tapi, Ayah, singa yang satu lagi tampak menakutkan buatku. Geraknya tak beraturan, sibuk menerjang kesana-kemari. Punggungnya pun kotor, dan bulu yang koyak. Suaranya parau dan menyakitkan. "Aku bingung, apakah maksud dari mimpi ini. Apakah singa-singa itu adalah gambaran dari sifat-sifat baik dan buruk yang aku punya? Lalu, singa yang mana yang akan memenangkan pertarungan itu, karena sepertinya mereka sama-sama kuat? Melihat anaknya yang baru beranjak dewasa itu bingung, sang Ayah mulai angkat bicara. Dipegangnya punggung pemuda gagah di depannya. Sambil tersenyum, ayah berkata, "pemenangnya adalah, yang paling sering kamu beri makan." Ayah kembali tersenyum, dan mengambil pancingnya. Lalu, dengan satu hentakan kuat, di lontarkannya ujung kail itu ke tengah telaga. Tercipta kembali pusaran-pusaran air yang tampak membesar. Gelombang riak itu kembali menerpa sayap-sayap angsa putih di tepian telaga. *** Teman, begitulah. Setiap diri kita, punya dua ekor "singa" yang selalu bersaing. Keduanya, memang selalu saling menjatuhkan. Mereka berusaha untuk menjadi pemimpin bagi yang lainnya. Pertarungan diantara mereka, tak pernah tuntas, karena bisa jadi sering terjadi pergantian pemenang bagi keduanya. Kalah-menang, dalam persaingan macam ini, layaknya mata koin yang selalu berganti-ganti. Dan kita sering dibuat bingung, sebab kedua kekuatan baik-buruk ini terlihat sama kuatnya. Tapi, siapakah pemenangnya saat ini dalam diri Anda? Singa yang kokoh, dengan bulu-bulu yang teratur, dan gerakan yang mantap serta pasti, ataukah singa yang sibuk menerjang kesana kemari, dengan bulu-bulu yang koyak, dan seringai yang menakutkan? Lalu, singa macam apa yang kini sedang menguasai Anda, "singa" yang optimis, pantang menyerah, tekun, sabar, damai, rendah hati, dan toleran, ataukah "singa" yang pesimis, tertekan, mudah menyerah, sombong dan penuh dengki? Saya percaya, kita sendirilah yang menentukan kemenangan bagi kedua singa-singa itu. Jika kita sering memberi "makan" pada singa yang damai tadi, maka imbalan kebaikanlah yang akan kita dapatkan. Jika kita terbiasa untuk memupuk optimis dan pantang menyerah, maka "singa" keberhasilan lah yang akan kita peroleh. Namun sebaliknya, jika setiap saat kita memendam marah, menebar prasangka dan dengki, bersikap tak sabar dan mudah menyerah, maka, akan jelaslah "singa" macam apa yang jadi pemenangnya. Teman, biarkan "singa-singa" penuh semangat hadir dalam jiwa Anda. Rawatlah singa-singa itu dengan keluhuran budi, dan kebersihan nurani. Susunlah bulu-bulu kedamaiannya, cermati terus rahang persahabatannya. Perkuat punggung optimisnya, dan pertajam selalu kuku-kuku kesabaran miliknya. Biarkan singa ini yang jadi pemenang. Namun, jangan biarkan "singa-singa" pemarah menguasai pikiran Anda. Jangan pernah berikan kesempatan bagi kedengkian itu untuk membesar, dan menjadi penghalang keberhasilan. Jangan biarkan rasa pesimis, jiwa yang gundah, tak sabar dan rendah diri menjadi pemimpin bagi Anda. Kontributor: Awal Moedzakir Awaludin@snsgroup.co.id ------------

Sepuluh Menit Penuh Arti

Sepuluh menit begitu berarti? Ya, waktu yang sebentar itu bisa membuat saya tenang menjalani dua puluh tiga jam lima puluh menit selanjutnya, atau sebaliknya, sepuluh menit akan menjadikan sepanjang hidup saya dihantui perasaan bersalah dan penuh penyesalan. Karena sepuluh menit yang saya maksud adalah kesempatan untuk mengajak kedua putri saya berputar-putar sekeliling rumah setiap pagi sebelum ke kantor. Mengajak anak-anak berputar dengan motor setiap pagi sudah menjadi rutinitas harian. Saya tak pernah menawarinya, justru awalnya merekalah yang meminta. Jadilah berputar selama kurang lebih sepuluh menit itu sebuah "kewajiban" tak tertulis namun tersepakati antara saya dan anak-anak, bahwa jangan pernah ada satu hari pun terlewati tanpa rutinitas tersebut. Kecuali jika saya sedang keluar kota. Pernah satu pagi saya tergesa ke kantor sehingga mengabaikan keinginan anak-anak untuk berputar-putar seperti pagi-pagi sebelumnya. Namun karena saya merasa harus datang lebih awal ke kantor lantaran khawatir terlambat, saya tak menggubris tangisan kedua anak saya. Motor pun menderu berpacu mengejar waktu, beberapa menit kemudian saya pun tiba di kantor. Saya memang tak terlambat untuk mengikuti rapat pagi itu, tetapi begitu rapat dimulai ada yang begitu berat menggelayuti perasaan yang membuat saya tak konsentrasi berada di ruang rapat. Terbayanglah wajah-wajah mungil di rumah yang masih menangis terabaikan, tersisihkan oleh kepentingan saya untuk segera tiba di kantor. Padahal mereka sudah mandi pagi-pagi mendahului saya, berdandan rapi lengkap dengan jilbab tercantik pilihan mereka sendiri, demi satu keinginan; berputar keliling komplek rumah dengan motor. "Iqna pakai jilbab ini lho, kalau kena angin kan bisa terbang-terbang..." seru si kecil bersemangat. "Teteh boleh pakai sepatu nggak bi?" sebuah tanya yang terjawab oleh deru mesin yang bergegas ke kantor. Pagi itu, dua pasang mata menatap sedih motor saya yang melaju kencang. Suara tangis mereka hilang sudah ditelan angin pagi. Nampaknya, rayuan sang bunda pun tak membuat mereka bergeming. "Hampir setengah jam anak-anak tetap berdiri di depan rumah, berharap abi kembali lagi," ujar isteri saya sesaat setelah saya pulang. Saya merasa bersalah, menyesal, marah pada diri sendiri. Anak-anak hanya butuh waktu sepuluh menit di pagi hari sebelum melepaskan keridhaan mereka melepas kepergian saya ke kantor dengan masing-masing tiga kecupan; pipi kanan, pipi kiri dan bibir. Tetapi pagi itu, jangankan kecupan, bahkan lambaian tangan saya pun tak dihiraukan. Menangis pun tak berarti, saya harus minta maaf kepada mereka. Semoga permintaan maaf saya bisa diterima agar penyesalan saya tak berketerusan. Tetapi sungguh, yang paling membuat saya takut hingga detik ini bukan soal mereka tak mau memaafkan, melainkan kekhawatiran saya bahwa pagi itu kedua hati gadis kecil itu telah saya patahkan dengan sengaja, telah saya lukai tanpa merasa bersalah. Saya telah dengan sengaja memupuskan harapan mereka. Jika benar terjadi demikian, sebuah harga mahal harus saya tebus; mereka kecewa akan saya, setidaknya pagi itu. Kontributor: Awal Moedzakir Awaludin@snsgroup.co.id ------------

Kebaikan Seorang Teman

Bukalah kedua matamu pada alam semesta ini maka kamu akan melihat indahnya keindahan. Bukalah hatimu untuk melihat rahasia-rahasia keindahan ini maka kamu akan melihat kehidupan ini berbunga-bunga. Selamilah kehidupan dalam sanubarimu maka kehidupan tersebut akan menjadi milikmu seluruhnya. Satukan hatimu padaku maka aku akan menyatukan akalku padamu. Berikan tanganmu kepadaku maka sungguh aku berharap dapat memberimu kehidupan damai lagi bahagia dengan seizin Allaah. Bukalah dadamu, aku akan memenuhinya dengan kehangatan dan cinta. Bersamalah denganku supaya aku menjadi milikmu dan sebagaimana yang kamu cintai. Berikan kepadaku air mata yang akan menghidupkan hatimu dan menghibur jiwamu. Sebab air mata kita adalah tinta untuk berpikir. Ungkapan-ungkapan kita teguh di atas prinsip dan tangisan kita senantiasa berada di atas manhaj. Bila kita menuntun hati kita dengan cinta kepada selain yang layak dicintai, maka kita kehilangan milik kita yang paling kita banggakan. Bila kita sedang mencari-cari tempat keberadaan cinta itu, sedangkan kita menyangka keberadaannya, sesungguhnya kita perlu untuk mencintai tapi tidak berlebih-lebihan, menyenangi tapi tidak berlebihan dan rindu tapi dengan pembatasan. Hati adalah perbendaharaan yang hanya bisa dibaca oleh pemiliknya, dan ketenangan batin adalah cahaya yang bersinar dalam kegelapan, mata air yang memancar di tengah gurun pasir, dan perbendaharaan yang berada dalam rumah yang ditinggalkan pemiliknya. Berapa banyak waktu yang hilang demi cinta? berapa banyak pikiran yang terkuras demi cinta? kita tenggelamkan hari kita dalam huruf-huruf cinta! pecinta hidup di antara ingat dan lupa, pecinta tidak tahu antara tersambung dan terhalang. Cinta membahagiakan dalam nama dan menyengsarakan dalam tulisan, indah dalam gambar dan buram dalam hakikat. Cinta adalah mahkota tapi dari besi, harta benda tapi dari tanah, dan tambang tapi dari fatamorgana. Cinta apapun yang diklaim maka itu terbatas. Sebab hubungan antar manusia pada umumnya dibangun atas dasar kepentingan, meskipun keindahan itu bermacam-macam dan keanekaragaman itu indah. Setiap hati memiliki tabiat cinta yang mengalirkan manisnya kesenangan. Seandainya manusia bisa melihat hati orang-orang yang keras hatinya, niscaya mereka akan menemukan di dalamnya cinta dan kasih sayang yang memancar, akan tetapi cinta dan kasih tersebut tumpah di tanah yang buruk. Aku akan membawa panji putih untuk hati yang bersih, agar bisa mengarahkan cinta tersebut kepada cinta yang sebenarnya dan abadi… cinta yang menjadikan orang menjadi kaya, cinta yang tidak hancur… Dan itu semua dapat diperoleh dengan kebaikan seorang teman. Teman yang setia dan tersenyum ketika menyapa, tanpa dengki dan iri hati. Karena pertemanan adalah karena Allah, cinta karena Allah dan berjuang dalam kehidupan dengan dilandasi formasi agama dan naungan indahnya Islam di atas Al Quran dan As Sunnah Dari Abu Dzar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah engkau memandang rendah bentuk apapun dari kebaikan, walaupun engkau hanya bertemu dengan saudaramu dengan muka manis." Riwayat Muslim. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menurutpi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya." Riwayat Muslim Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa menunjukkan (seseorang) kepada kebaikannya, ia memperoleh pahala seperti pahal orang yang melakukannya." Riwayat Muslim Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa meminta perlindugan kepadamu dengan nama Allah, lindungilah dia; barangsiapa meminta sesuatu kepadamu dengan nama Allah, berilah dia; barangsiapa berbuat baik kepadamu, balaslah dia, jika engkau tidak mampu, berdoalah untuknya." Riwayat Baihaqi Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id ------------ --------------

LOWONGAN

Kesempatan ini akan diberikan kepada Semua orang tanpa pengecualian. Anda hanya perlu membaca dan mengerti. LOWONGAN UNTUK POSISI : a. Anggota Syurga Dari Awal. b. Anggota Neraka Dari Awal. c. Anggota Neraka temporer Kemudian ditransfer ke Syurga. I. EMPAT KEUNTUNGAN LUMAYAN (untuk posisi a ): a. Nikmat kubur. b. Perlindungan di Padang Mahsyar. c. Keselamatan Meniti Sirath-al mustaqim. d. Syurga yang kekal abadi. WAKTU WAWANCARA/INTERVIEW Kapan saja secara adhoc mulai dari saat membaca iklan ini. LOKASI WAWANCARA/INTERVIEW: Dalam kubur (alam barzakh). SYARAT: - Tidak diperlukan ijazah - Tidak diperlukan pangkat atau sertifikat. - Tidak perlu bawa harta (yang banyak) - Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau seksi Hanya diperlukan bawa dokumen asli Iman dan Amal. Yang melakukan interview; Mungkar dan Nangkir. INI NIH BOCORAN PERTANYAAN INTERVIEW (6 Soal) 1. Siapa Tuhanmu ? 2. Apa Agamamu ? 3. Siapa Nabimu? 4. Apa Kitabmu? 5. Dimana Kiblatmu ? 6. Siapa Saudaramu? CARA MELAMAR: Tak perlu kemana-mana dan bersusah payah, Anda hanya menunggu jemputan yang berkaliber untuk menjemput anda. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (mungkin sebentar lagi), namanya Izrail. TIPS UNTUK BERHASIL DALAM WAWANCARA TERTUTUP INI: Hadist Hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal, yang bermaksud; Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam: "Sesungguhnya! bila jenazah seseorang diletakkan didalam kubur, sesungguhnya jenazah itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka meninggalkan tempat itu. Jika mayat itu seorang muslim, maka sholat yang dilakukannya ketika beliau masih hidup akan diletakkan di kepalanya, puasanya diletakkan di sebelah kanannya, zakatnya diletakkan di sebelah kirinya dan amalan kebajikan sedekah, silaturrohim, masalah kebajikan dan ihsan diletakkan diujung kedua kakinya. Ia akan didatangi malaikat dari bagian kepala, maka sholat itu berkata kepada malaikat: dari bagianku tidak ada jalan masuk. Kemudian malaikat berpindah ke sebelah kanan, maka puasa berkata kepadanya: dari bagianku tidak ada jalan masuk. Kemudian malaikat berpindah ke sebelah kiri, maka zakat berkata kepadanya: dari bagianku tidak ada jalan masuk. Kemudian dia didatangi dari arah ujung kakinya dan berkatalah amal kebajikan: di bahagianku tidak ada jalan masuk. Maka malaikat berkata kepadanya: Duduklah kamu! Kepadanya (mayat) diperlihatkan matahari yang sudah mulai terbenam, lalu malaikat bertanya kepada mayat itu: Apakah pandangan kamu tentang seorang laki-laki (Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam) yang kamu dahulu sentiasa berbicara tentang dia, dan bagaimana kesaksian kamu kepadanya? Maka mayat itu berkata: Tinggalkan aku sebentar, aku hendak sembahyang. Malaikat berkata: sesungguhnya engkau akan mengerjakan sholat (boleh saja) tetapi jawab dahulu apa yang kami tanyakan ini. Apakah pandangan kamu tentang seorang laki-laki (Muhammad Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam) yang dahulu kamu selalu berbicara tentang dia; dan bagaimana kesaksian kamu kepadanya? Maka berkata mayat itu: Laki-laki itu Nabi Muhammad Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad itu ialah utusan Allah yang membawa kebenaran dari Allah. Maka malaikat berkata kepada mayat itu; Demikianlah kamu dihidupkan dan begitu juga kamu dimatikan dan dengan demikian juga kamu dibangkitkan semula di akhirat, Insya Allah. Kemudian dibukakan baginya satu pintu disyurga, maka dikatakan kepadanya itulah tempat kamu dan itulah janji Allah pada kamu dan kamu akan berada di dalamnya. Maka bertambah gembiralah mayat itu. Kemudian dilapangkan kuburnya seluas 70 hasta dan disinari cahaya baginya. Wah..Nampaknya pertahanan kita perlu kuat nich...dari semua penjuru (kepala, kanan, kiri dan ujung kaki). II. Untuk posisi (b) Tidak diperlukan belajar, gak usah berpikir, hiduplah sesuka anda...Wallahu- a'lam. III. Untuk posisi (c) Hanya diperlukan ibadah ala kadarnya (asal ucapin kalimat Tauhid), dan hidup sesuka anda... Wallahu-a'lam... Kontributor: Joko Purwanto Joko.Purwanto@snsgroup.co.id ------------

kisah tentang Kematian

Ada sebuah kisah, bahwa seorang saleh zaman dulu, pernah meletakkan batu nisan di depan pintu rumahnya. Tujuannya tak ada lain hanyalah agar setiap saat ia bisa mengingat kematian. Itu tentu wajar -wajar saja, sebab datangnya ajal adalah sebuah kepastian, dan tak ada satu mahlukpun yang mengetahuinya. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang ajalnya. Dan Allah maha mengtahui apa yang kamu kerjakan. (QS 63:11) Dan dalam perjlanan hidup saya, saya tidak harus meletakkan batu nisan di depan pintu rumah saya. Kalau berpikir ke belakang sana, sudah sangat sering sebenarnya saya diingatkan tentang hal tersebut. Hal-hal yang seharusnya saya lebih waspada dan cepat-cepat berbuat amal kebaikan. Sebelum kematian menjemput saya. Ketika saya berumur sepuluh tahun, adik yang sangat saya sayangi, adik yang selalu saya gendong ke sana ke mari kalau ibu saya memasak atau ke kebun, dipanggil oleh Allah Subhanahu wata'ala. Masuk SMP, kembali Allah mengingatkan saya, dengan meninggalnya bapak saya, yang baru berusia 40-an. Umur yang masih sangat produktif, dan saya masih sangat membutuhkan pendidikan darinya. Setelah meninggalnya bapak saya, saya jadi sering sekali pergi ke kuburan untuk menziarahi makamnya. Atau saya sangat sering pergi ke tempat tersebut, karena saya sering ikut menggali kubur kalau saudara atau tetangga saya meninggal. Dewasa sedikit, saya lebih sering masuk ke liang lahat, untuk menghadapkan wajah sang mayat ke kiblat, sebelum ditimbun dengan tanah. Saya sering sekali melihat wajah-wajah terakhir orang yang mau menghadap-Nya. Atau saya sering sekali diajak oleh mudin, orang yang mengurusi tentang kematian di kampung untuk menjadi asistennya. Saya membantu mempersiapkan kain kafan, ikut memandikan jika mayatnya laki-laki dan sekaligus ikut membantu membungkusnya. Sebelum saya berangkat merantau ke Brunei, saya banyak dihubungi tokoh-tokoh masyarkat desa saya, agar saya jangan merantau lagi. Mereka menginginkan saya agar jadi Kaur Kesra, Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat. Yaitu suatu struktur organisasi desa yang mengurusi tentang kesejahteraan rakyat, pernikahan dan sekaligus tentang urusan kematian. Tapi saya menolak dengan sopan. Saya merasa masih terlalu muda untuk mengurusi hal kemasyarakatan, dan lebih menghormati senior saya, tentu yang ilmu agamanya lebih dari saya. Dan hari-hari ini, alhamdulillah, Allah masih sayang kepada saya, bahwa di perantauan inipun Allah memberikan pekerjaan dengan sesuatu yang berhubungan dengan kematian. Setiap hari, kalau saya membuat mie putih ala Cina, saya harus mencuci kain putih sepanjang lima meter. Kain yang selalu mengingatkan saya kepada pembungkus mayat. Dan Kalau saya membuat tahu, juga saya selalu berhadapan dengan kain putih untuk menyaring susu kedele. Dan tentu saja ini juga mengingatkan saya kepada benda yang akan dibawa jika kelak kita meninggal dunia. Saya meraba diri saya, dengan mengingat perbuatan selama hidup saya ini. Saya mencoba bercermin dengan para salafus shalih, sudah sejauh manakah jejak mereka yang saya laksanakan. Dan sudah sejauh mana kelayakan saya jika menghadap-Nya. Otak saya terus bergerilya. Walaupun otak saya tidak secerdas seperti para penerima beasiswa, apalagi deretan ilmuwan fisika dan para penerima hadiah Nobel, seperti Newton misalnya, tapi mudah-muahan Allah memasukan saya kepada deretan orang-orang cerdas menurut kacamata khatamul ambiya, Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam. Yang selalu mengingat akan datangnya kematian. Itulah yang tak henti-hentinya saya mohonkan pada-Nya. Semoga Bermanfaat Buat Kita Yang masih Hidup Kontributor: Dewa Inskari Dewa.Putra@snsgroup.co.id ------------

Anak Autis Yang Disayang Allah

Maaf tulisannya agak panjang.... nulisnya berurai air mata, tapi rasanya ada agak plong setelah bisa cerita panjang lebar kepada rekan rekan semua. Saya berharap ada hikmah yang bisa diambil dari meninggalnya Alif.

--------------------

Alif berumur 8 tahun 9 bln ketika meninggal, kelas 3 Michael Jordan  di SD Lazuardi-Cinere. Alif mempunyai daya tahan tubuh yang bagus (tinggi 137 cm dengan berat 41.5kg), sehingga waktu awal Desember'05 adik2nya kena campak dan flu, Alif sehat sehat saja.

Pada tgl 9 November'05 Alif disunat di dr Ariono (ngikut jejakIkhsannya Bu Ita). Alif sendiri yang ngotot minta disunat setelah Lebaran, dan  minta gitara sebagai hadiahnya. Perkembangan Alif sangat membanggakan, baik edukasi, sosialisasi, komunikasi, dan perilaku.

Sewaktu acara Isra Mi'raj di Lazuardi, Alif mengikuti lomba pidato dan berhasil menjadi juara 1. Pada saat pengumuman pemenang, Alif diminta tampil lagi berpidato di depan seluruh murid & guru SD & SMP Lazuardi.Adiknya Alif (Ifi) yg juga bersekolah di Lazuardi (kls 2), cerita ke saya "Bunda, kakak Alif hebat deh, pidatonya bagus..gayanya juga keren", Alif menimpali "pidatoku kayak Bung Karno Bun...".

Alif juga hobby musik, les drum di Purwacaraka, dan setelah sunat dibelikan gitar krn diapun minat belajar gitar. Gurunya bilang : "kalau game tebak lagu, pasti diborong Alif, dari mulai lagu Peterpan, Jamrud, Gigi, Koes Plus, lagu2 baru di MTV, sampai lagu Oma Irama.....Alif pasti tau".

Alif juga pencinta bola, ikut ekskul bola di sekolah, dan tidak pernah absen nonton pertandingan bola. Alif rajin sholat, jika Ayah tidak ada di rumah maka Alif yang jadi imam sholat untuk Bunda & adik2nya.

Setiap Subuh, dia membangunkanku untuk sholat. Dia nyalakan lampu kamar, matikan AC dan buka pintu, supaya aku tidak berlama lama di bawah selimut.

Ketika dia melakukan kesalahan, dan Bundanya cemberut, dia pasti langsung memelukku Ibun..(panggilan sayangnya untuk Bunda)", dan kalau aku diam saja dia akan bilang " Ibun cantik, sayangku...cintaku...maafin aku dong Bun".

Biasanya saya luluh juga dan memeluk dia,menggelitik lehernya, sampai dia tertawa kegelian.

HARI HARI TERAKHIR ALIF

Semuanya terus berjalan seperti biasanya, tapi bedanya setelah disunat Alif sangat manja sama Bundanya, maunya dipeluk2, duduk dipangkuan, sambil cium2 dan bilang "I love you Ibun..."

Hari Kamis (15/12/05) ada acara ke Sea World dengan teman2 & guru2 Lazuardi, disana Alif ikut game dan terlihat happy banget (saya lihat di foto2nya, gaya Alif sangat ceria). Kamis sore itu, setelah saya pulang kerja, Alif bilang :"Bun, aku pusing, malam ini gak usah belajar ya...".

Seminggu menjelang EHB tgl 19/12/05, saya sudah menyiapkan soal-soal latihan yang harus dikerjakan anak2 setiap sore, dan malamnya kita review bersama-sama. Saya pegang lehernya, sedikit hangat, dan saya jawab "Ya udah, kakak (panggilan kami untuknya) istirahat aja, biar nanti sehat waktu EHB".

Dan seperti malam2 sebelumnya, Alif kemudian mengajak saya tidur. Dia selalu menunggu saya, katanya : "kalau gak dipeluk Bunda, aku gak bisa tidur". Menurut mbaknya, Alif sudah dikasih Panadol Syrup.

Besoknya, jumat (16/12/05) dia tanya :"aku sekolah gak Bun?" Aku pegang kening dan lehernya, sudah tidak hangat. Aku jawab :"Rasanya gimana Kak?

Kalau sudah enakan bisa sekolah, tapi kalau masih pusing istirahat saja di rumah, biar nanti fit untuk EHB". Dan akhirnya diputuskan hari itu Alif belajar di rumah saja, karena katanya masih pusing. Dan sayapun pergi ke kantor seperti biasa. Siang saya sempet tlp ke rumah, katanya Alif males makan tapi akhirnya mau juga makan beberapa suap, dan Alif sempat muntah setelah makan. Saya tanya :"apanya yang sakit Kak?" dia jawab :"perutku sakit Bun.." Aku pikir masuk angin atau kecapek’an kali sehabis dari Sea World. Malam itu sepulang dari kantor, saya liat Alif habis sholat Maghrib bersama Ayah & Adik2nya, terus tiduran di kamar bawah dan bilang "malam ini aku mau tidur di kamar bawah saja dengan Ayah". Bunda : "tumben Kak gak mau tidur dengan Bunda. Ayah kan masih mandi, Bunda peluk dulu deh sampai kakak tidur".  Alif :"Aku mau istirahat aja sendirian, Bunda jaga adik2 aja". Saya tetap saja peluk Alif.

Sampai 3x Alif mengatakan kalimat yang sama "Aku mau istirahat  sendirian, Bunda  jaga adik2 aja". Sama sekali saya tidak menagkap firasat apa2.

Akhirnya setelah menemani dia baca do'a sebelum tidur, saya cium dia dan membisikan "selamat malam sayang, mimpi indah ya...I love you" Alif menjawab "I love you.." . Ini memang sudah menjadi acara rutin sebelum tidur.

Sabtu (17/12/05) pagi, ketika saya keluar kamar, Alif sedang duduk nonton TV. Bunda : "mau sarapan Kak? Bunda suapin ya".  Alif :"aku makan sendiri aja, tapi gak mau nasi, mpek2 aja (tanpa kuah cuka tentunya)".  Mpek2 lenjer memang kesukaan Alif. Dia ngajak jalan ke Pondok Indah Mall, tapi katanya mau ke dokter dulu biar cepet sembuh. Akupun siap2 untuk mengantar dia ke dokter, lagi2 dia bilang : "aku mau ke dokter sama Ayah, Bunda pergi dengan adik2 aja, nanti kita ketemu di Mall".

Pagi itu saya bawa adik2nya ke kantorku (ada acara sebentar), dan setelah itu bisa nyusul Alif & Ayah di PIM . Kita setuju mau jalan ke PIM 2, mengingat Alif sedang kurang nafsu makan, dan hobbynya makan Hoka Hoka Bento paket special 1 tanpa mayonaise dan tanpa   udang gulung tepung (biasanya kalau makan ini, Alif jadi semangat makan dan habis 2 porsi). Alif terus dibawa ke dokter di Hermina Depok, menurut dokter hanya gejala flu dan dikasih parasetamol untuk mengurangi pusingnya.

Siang itu Alif hanya makan sedikit, dan tidak lama kemudian muntah. Sempat pesan hot tea di Regal Cafe, Alif terus tiduran di kursi. Jam 4 sore pulang ke rumah. Dia minta dibelikan bakso, tetapi baru habis 2 bakso, dia muntah lagi. Dikasih Vometa syrup agar dia tidak mual.

Akhirnya tiduran sambil nonton bola di TV, masih berceloteh  mengomentari permainan bola. Sejak jam 20.30 sesekali dia bilang dadanya sakit dan bilang "aku gak bisa muntah lagi Bun". Kita berpikir mungkin karena perutnya kosong dan dia mual, jadi dadanya terasa ketarik. Kemudian dia sempat buang air besar 2x di toilet, seperti biasa dia sudah bisa membersihkannya sendiri.

Kita khawatir dehidrasi, jadi sering kita kasih minum air putih dan pocari sweat, namun Alif muntah. Tapi kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan, dia masih jalan bolak balik kamar mandi - tempat tidur. Ketika saya peluk2, dia bilang : "Bun, adik Rafi mau susu tuh...bikinin dong".

Ketika terlihat agak lemes, kita putuskan bawa ke rumah sakit terdekat(Hermina), karena takut keburu dehidrasi. Waktu diajak ke rumah sakit, Alif mengangkat tangannya :"Gendong aku Ayah...". Sebelum digendong, sempat saya kasih minum dulu, sekitar 1/4 gelas dia habiskan. Alif  diantar ayahnya ke rumah sakit sambil di gendong, saya nungguin adik2nya di rumah (Ifi 7 th dan Rafi 5 th) karena mereka tidak mau ditinggal. Menurut ayahnya, sekitar 10 menit dari rumah, tiba2 nafas Alif terdengar seperti orang yang sedang mendengkur dan mulut Alif mengeluarkan  busa.

Setelah dipegang, dadanya berhenti berdetak. Ayah dengan panik terus nyupir ke Hermina Depok sambil satu tangan pegang2 dada Alif, sekitar 10 menit kemudian sampai RS langsung digendong ke UGD. Dokter sempat  melakukan upaya, namun menurut dokter Alif sudah meninggal ketika sampai di RS. Menurut dokter UGD, Alif kemungkinan kena serangan jantung karena kuku jari tangan&kakinya, serta bibirnya biru. Saya sempat tanya apakah ada kemungkinan keracunan, karena dia sempat muntah. Tapi untuk mengetahui penyebab meninggalnya Alif, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (otopsi). Saya gak tega kalau badan Alif harus ditusuk2 jarum dan disayat pisau bedah.

Akhirnya saya & suami pasrah dan membawa Alif pulang ke rumah. Kami menolak menggunakan ambulans, saya gendong dia di kursi belakang, dan suami saya nyupir. Saya ingin, untuk terakhir kalinya, menemani & memeluknya tidur di rumah. Wajah Alif seperti sedang tidur, tenang sekali, dan bibirnya tersenyum. Malam itu, masih dengan baju tidur, bantal, dan selimutnya, Alif saya peluk sampai pagi. Ketika dimandikan paginya, saya lihat di bahu kiri dan punggungnya terlihat biru lebam.

Walaupun dari setelah Subuh Alif sudah selesai dimandikan, namun saya masih menunggu teman2 & guru sekolahnya Alif datang. Alhamdulillah,  sahabat2 & guru2nya banyak yang datang, dan jam 10.00 hari Minggu 18/12/05) Alif disemayamkan di Pemakaman Umum Kalimulya II Depok.

Banyak yang mengantarkan Alif ke tempat peristirahatan terakhirnya (Satpam kompleks sempat menghitung iring2an mobil yang mengantar sebanyak 102 mobil). Alif-ku tersayang telah pergi dengan damai, ditemani dengan  seluruh orang2 yang mencintainya. Selamat jalan sayang....Bunda sangat bangga sama Kakak yang dengan tenang dan berani menghadapi maut dengan senyuman. Bunda yakin, Allah pasti membukakan pintu surga untuk Kakak.....

HASIL RENUNGAN SETELAH ALIF TIADA

Hanya 1 kata yang bisa saya ucapkan pada Alif dan kepada Allah penciptanya, yaitu "TERIMA KASIH". Terima kasih atas waktu 8 tahun 9 bulan yang telah diberikan  oleh-NYA. Dan selama itu, Alif sudah memberikan rasa yang TER untuk Bunda.

Rasa bahagia yang TERamat sangat, ketika Alif lahir (karena saya  mengalami keguguran 2x dan harus terapi hormon untuk mendapatkan Alif, serta bed rest total sepanjang kehamilan).

Rasa kagum yang TERamat sangat, ketika melihat Alif tumbuh dengan sehat dan lucu, setiap orang pasti akan mencubit pipinya yang menggemaskan  dan Alif akan tertawa senang.

Rasa kecewa, bingung, yang TERamat sangat ketika dokter memvonis Alif autis. Rasa lelah yang TERamat sangat, dalam masa2 pencarian dokter, terapis,sekolah (ternyata lebih gampang mencari kerja dibanding mencari sekolah yang tepat untuk Alif), membuat target, evaluasi progress kemajuan, membuat menu, dsb.

Rasa syukur yang TERamat sangat ketika kemudian jerih payah dan kerja keras dalam penanganan Alif mulai membuahkan hasil dalam perkembangan  perilaku, komunikasi, sosialisasi, dan edukasi. Rasa bangga yang TERamat sangat ketika Alif 2 x mendapatkan Student  of the Month di kelasnya, tampil di pentas pentas sekolah (menyanyi, bermain pianika), punya talenta musik yang luar biasa, juara 1 pidato, punya banyak sahabat, rajin sholat, ramah & perhatian sama semua orang . Teman, guru, satpam, orang tua murid yg rajin menunggu di sekolah, saudara, tetangga, penjaga warung dekat sekolah, sopir2, tukang mpek2, semua akan dia sapa kalau ketemu.

Rasa sedih yang TERamat dalam, ketika Alif harus pergi meninggalkan Bunda dengan tiba2. Rasa menyesal yang TERamat sangat tidak bisa memberikan penanganan yang terbaik di saat2 akhirnya. Sayapun menjadi jauh lebih sabar setelah memiliki Alif yang special. Banyak hal yang telah Alif ajarkan kepada saya.. Terima kasih ya Kak......

APA KATA DOKTER ?

Dokter USG RS Hermina : Alif kemungkinan kena serangan jantung akut. 

Dokter ahli jantung anak Harapan Kita : kemungkinan Alif dehidrasi sehingga kekurangan elektrolit , sehingga jantungnya berhenti mendadak.

Dokter ahli bedah jantung RS Gleneagles : kemungkinan Alif pernah kena virus Kawasaki (Alif memang pernah panas tinggi ketika berumur 2 th dan 6 th) yang menyebabkan pembengkakan koroner, sehingga kurang sedikitcairan  saja, bisa menyebabkan jantungnya berhenti seketika.

Dokter anak di MMC : kemungkinan Alif kekurangan kalium, yang mempercepat berkurangnya elektrolit sehingga jantungnya berhenti mendadak.  

Sabtu  (24/12/05) jadwal Alif ke dr Melly Budiman, saya & suami datang untuk memberi tahu dr Melly dan mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bimbingan dr Melly kepada Alif selama ini.

Dr Melly terkejut, sambil berderai air mata dia bilang : "Alif tidak mungkin punya penyakit jantung, saya tau kondisi Alif ", beliau sangat menyayangkan karena anak penyandang autis yang perkembangannya bagus seperti Alif,  jumlahnya kurang dari 10%, beliau juga ingat ketika terakhir  ketemu, Alif cerita dengan bangga telah jadi juara 1 pidato. Anak Autis juara pidato, dengan penghayatan, mimik, gerak tubuh, dan artikulasi yang bagus, disaksikan lebih dari 800 orang, menurut dr Melly waktu itu ..."Very Amazing"..

Beberapa tanda tanya yg tersisa :

Alif Dehidrasi ? Saya pernah kena dehidrasi, kulit sampai keriput dan tidak sanggup berdiri karena pusing sekali. Malam itu Alif masih bisa jalan kesana kemari dan kulitnya segar seperti biasa, matanyapun seperti biasa  (tidak cekung / sayu). Alif kekurangan Kalium ? Bukankah hasil test rambut menyatakan Alif harus mengurangi Kalium sehingga kita terpaksa stop pisang kesukaannya.

Alif punya masalah jantung ? Bukankah tgl 9 November dokter Ariono  & dokter anestesi melakukan pemeriksaan awal sehingga mereka berani melakukan bius total pada Alif, dan memang Alhamdulillah berhasil dengan baik. By the way, saya percaya semua pihak (termasuk para dokter2 tsb) sudah memberikan the best effort & knowledgenya untuk Alif. Mungkin Alif lebih memilih cara seperti ini, dibandingkan kalau sebelumnya diketahui ada kelainan jantung, dia akan dioperasi, merasakan sakit yang berkepanjangan, kegiatannya dibatasi, dsb...dsb...

UJIAN BERIKUTNYA

Teka teki penyebab meninggalnya Alif, mendorong saya untuk membawa adik2nya untuk check jantung ke Harapan Kita pada hari Kamis (22/12/05).  

Hasilnya ?

Ternyata Ifi (adiknya Alif yg berumur 7 th 2 bl), sekat serambi jantungnya bocor sebesar 9.8mm, yang dalam istilah kedokteran disebut ASD sekundum.

Tersengat petir yang ke 2 membuat saya limbung, namun saya berusaha tetap tersenyum di depan anak2, terutama Ifi. Saya lakukan cross check ke dr ahli jantung di RS Gleneagles pada hari Jumat (23/12/05), hasilnya sama.

Ternyata ini maksud Alif memberikan teka teki penyebab meninggalnya, agar Bunda memeriksakan adik Ifi dan adik Rafi ke dr. Alif ingin mengatakan bahwa adik Ifi mempunyai masalah di jantungnya. Seperti pesan terakhirnya : "aku mau istirahat sendirian, Bunda jaga adik2 aja".

Aduh Kakak....terima kasih...., Kakak sangat baik sekali, di saat akhirpun masih memikirkan adik2. Barangkali, selama 2 hari terakhir Alif seperti sengaja menjauh dari Bunda, juga mungkin ada maksudnya. Saat ini, saya sedang mencari informasi sebanyak mungkin tentang case Ifi, hari Rabu besok janjian ketemu dengan dr Sukman (RSCM) yang katanya sudah pengalaman menangani kebocoran jantung dengan teknologi ASO yang tanpa bedah. Dari beberapa informasi, symptom2 ASD biasanya tidak terlihat, namun jika gejala2nya sudah muncul biasanya sudah terlambat.

Mohon doanya dari rekan rekan Putera Kembara, agar saya & keluarga berhasil melewati cobaan ini. Dan jika ada yang mempunyai informasi apapun terkait dengan ASD, mohon kiranya dapat di share ke Japri saya. 

Maaf tulisannya agak panjang.... nulisnya berurai air mata, tapi rasanya ada agak plong setelah bisa cerita panjang lebar kepada rekan rekan semua. Saya berharap ada hikmah yang bisa diambil dari meninggalnya Alif. Yang pasti, bersyukurlah kita semua telah dianugerahi anak special, yang telah mengajarkan banyak hal agar kita menjadi lebih baik. Barangkali kalau Allah tidak menitipkan Alif pada saya selama 8 tahun 9 bulan, saya tetap emosional, egois, tidak sabaran, tidak sering ber"komunikasi" kepada Allah, tidak ber emphaty pada kekurangan orang lain, dll. 

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan mohon doanya.



Nicke (Bundanya Alif)

Kontributor : Dwi Yoga Dwi.Yoga@snsgroup.co.id



------------

Hanya Ada 2 Pilihan

Pada sebuah jamuan makan malam pengadaan dana untuk sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak yang bersekolah disana menghantarkan satu pidato yang tidak mungkin dilupakan oleh mereka yang menghadiri acara itu. Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah tersebut mengangkat satu topik: 'Ketika tidak mengalami gangguan dari sebab-sebab eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini berjalan secara sempurna / alami. Namun tidak demikian halnya dengan anakku, Shay. Dia tidak dapat mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Nah, bagaimanakah proses alami ini berlangsung dalam diri anakku? ' Para peserta terdiam menghadapi pertanyaan itu. Ayah tersebut melanjutkan: "Saya percaya bahwa, untuk seorang anak seperti Shay, yang mana dia mengalami gangguan mental dan fisik sedari lahir, satu-satunya kesempatan untuk dia mengenali alam ini berasal dari bagaimana orang-orang sekitarnya memperlakukan dia". Kemudian ayah tersebut menceritakan kisah berikut: Shay dan aku sedang berjalan-jalan di sebuah taman ketika beberapa orang anak sedang bermain baseball. Shay bertanya padaku,"Apakah kau piker mereka akan membiarkanku ikut bermain?" Aku tahu bahwa kebanyakan anak-anak itu tidak akan membiarkan orang-orang seperti Shay ikut dalam tim mereka, namun aku juga tahu bahwa bila saja Shay mendapat kesempatan untuk bermain dalam tim itu, hal itu akan memberinya semacam perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima oleh orang-orang lain, diluar kondisi fisiknya yang cacat. Aku mendekati salah satu anak laki-laki itu dan bertanya apakah Shay dapat ikut dalam tim mereka, dengan tidak berharap banyak. Anak itu melihat sekelilingnya dan berkata, "kami telah kalah 6 putaran dan sekaran sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat ikut dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk memasukkan dia bertanding pada babak kesembilan nanti' Shay berjuang untuk mendekat ke dalam tim itu dan mengenakan seragam tim dengan senyum lebar, dan aku menahan air mata di mataku dan kehangatan dalam hatiku. Anak-anak tim tersebut melihat kebahagiaan seorang ayah yang gembira karena anaknya diterima bermain dalam satu tim. Pada akhir putaran kedelapan, tim Shay mencetak beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada putaran kesembilan, Shay mengenakan sarungnya dan bermain di sayap kanan. Walaupun tidak ada bola yang mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena turut serta dalam permainan tersebut dan berada dalam lapangan itu. Seringai lebar terpampang di wajahnya ketika aku melambai padanya dari kerumunan. Pada akhir putaran kesembilan, tim Shay mencetak beberapa skor lagi. Dan dengan dua angka out, kemungkinan untuk mencetak kemenangan ada di depan mata dan Shay yang terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya. Pada kondisi yg spt ini, apakah mungkin mereka akan mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan Shay menjadi kunci kemenangan mereka? Yang mengejutkan adalah mereka memberikan kesempatan itu pada Shay. Semua yang hadir tahu bahwa satu pukulan adalah mustahil karena Shay bahkan tidak tahu bagaimana caranya memegang pemukul dengan benar, apalagi berhubungan dengan bola itu. Yang terjadi adalah, ketika Shay melangkah maju kedalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Shay telah mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk satu momen penting dalam hidup Shay, mengambil beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu perlahan sehingga Shay paling tidak bisa mengadakan kontak dengan bola itu. Lemparan pertama meleset; Shay mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput. Pitcher tsb kembali mengambil beberapa langkah kedepan, dan melempar bola itu perlahan kearah Shay. Ketika bola itu datang, Shay mengayun kearah bola itu dan mengenai bola itu dengan satu pukulan perlahan kembali kearah pitcher. Permainan seharusnya berakhir saat itu juga, pitcher tsb bisa saja dengan mudah melempar bola ke baseman pertama, Shay akan keluar, dan permainan akan berakhir. Sebaliknya, pitcher tsb melempar bola melewati baseman pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim. Penonton bersorak dan kedua tim mulai berteriak, "Shay, lari ke base satu! Lari ke base satu!". Tidak pernah dalam hidup Shay sebelumnya ia berlari sejauh itu, tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Shay tertegun dan membelalakkan matanya. Semua orang berteriak, "Lari ke base dua, lari ke base dua!" Sambil menahan napasnya, Shay berlari dengan canggung ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan bersemangat dalam perjuangannya menuju base dua. Pada saat Shay menuju base dua, seorang pemain sayap kanan memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan anak terkecil dalam timnya, dan dia saat itu mempunyai kesempatan menjadi pahlawan kemenangan tim untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah melempar bola itu ke penjaga base dua. Namun pemain ini memahami maksud baik dari sang pitcher, sehingga diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu tinggi ke atas jauh melewati jangkauan penjaga base ketiga. Shay berlari menuju base ketiga. Semua yang hadir berteriak, "Shay, Shay, Shay, teruskan perjuanganmu Shay" Shay mencapai base ketiga saat seorang pemain lawan berlari ke araƱilla dan memberitahu Shay arah selanjutnya yang mesti ditempuh. Pada saat Shay menyelesaikan base ketiga, para pemain dari kedua tim dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, "Shay, larilah ke home, lari ke home!". Shay berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan dielu-elukan bak seorang hero yang memenangkan grand slam. Dia telah memenangkan game untuk timnya. Hari itu, kenang ayah tersebut dengan air mata yang berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan kedalam dunia. Shay tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut dan meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa hidupnya dia tidak pernah melupakan momen dimana dia telah menjadi seorang hero, bagaimana dia telah membuat ayahnya bahagia, dan bagaimana dia telah membuat ibunya menitikkan air mata bahagia akan sang pahlawan kecilnya. ----------------Kontributor : Dwi Yoga Dwi.Yoga@snsgroup.co.id ------------ Seorang bijak pernah berkata, sebuah masyarakat akan dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang paling tidak beruntung diantara mereka. Kita semua mempunyai banyak pilihan dalam hidup setiap harinya untuk dapat memahami "kejadian alami dalam hidup". Begitu banyak hubungan antar 2 manusia yang kelihatan remeh, sebenarnya telah meninggalkan 2 pilihan bagi kita: Apakah kita telah meninggalkan cinta dan kemanusiaan atau, Apakah kita telah melewatkan kesempatan untuk berbagi kasih dengan mereka yang kurang beruntung, yang menyebabkan hidup ini menjadi dingin?

Senangkan Orang Tua Semasa Hidup!

Usia ayah telah mencapai 70 tahun, namun tubuhnya masih kuat. Dia mampu mengendarai sepeda ke pasar yang jauhnya lebih kurang 2 kilometer untuk belanja keperluan sehari-hari. Sejak meninggalnya ibu pada 6 tahun lalu, ayah sendirian di kampung. Oleh karena itu kami kakak-beradik 5 orang bergiliran menjenguknya. Kami semua sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari kampung halaman di Teluk Intan. Sebagai anak sulung, saya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Setiap kali saya menjenguknya, setiap kali itulah istri saya mengajaknya tinggal bersama kami di Kuala Lumpur. "Nggak usah. lain kali saja.!"jawab ayah. Jawaban itu yang selalu diberikan kepada kami saat mengajaknya pindah. Kadang-kadang ayah mengalah dan mau menginap bersama kami, namun 2 hari kemudian dia minta diantar balik. Ada-ada saja alasannya. Suatu hari Januari lalu, ayah mau ikut saya ke Kuala Lumpur. Kebetulan sekolah masih libur, maka anak-anak saya sering bermain dan bersenda-gurau dengan kakek mereka. Memasuki hari ketiga, ia mulai minta pulang. Seperti biasa, ada-ada saja alasan yang diberikannya. "Saya sibuk, ayah. tak boleh ambil cuti. Tunggulah sebentar lagi. akhir minggu ini saya akan antar ayah," balas saya. Anak-anak saya ikut membujuk kakek mereka. "Biarlah ayah pulang sendiri jika kamu sibuk. Tolong belikan tiket bus saja yah." katanya yang membuat saya bertambah kesal. Memang ayah pernah berkali-kali pulang naik bus sendirian. "Nggak usah saja yah." bujuk saya saat makan malam. Ayah diam dan lalu masuk ke kamar bersama cucu-cucunya. Esok paginya saat saya hendak berangkat ke kantor, ayah sekali lagi minta saya untuk membelikannya tiket bus. "Ayah ini benar-benar nggak mau mengerti yah. saya sedang sibuk, sibuuukkkk!!!" balas saya terus keluar menghidupkan mobil. Saya tinggalkan ayah terdiam di muka pintu. Sedih hati saya melihat mukanya. Di dalam mobil, istri saya lalu berkata, "Mengapa bersikap kasar kepada ayah? Bicaralah baik-baik! Kasihan khan dia.!" Saya terus membisu. Sebelum istri saya turun setibanya di kantor, dia berpesan agar saya penuhi permintaan ayah. "Jangan lupa, Pa.. belikan tiket buat ayah," katanya singkat. Di kantor saya termenung cukup lama. Lalu saya meminta ijin untuk keluar kantor membeli tiket bus buat ayah. Pk. 11.00 pagi saya tiba di rumah dan minta ayah untuk bersiap. "Bus berangkat pk. 14.00," kata saya singkat. Saya memang saat itu bersikap agak kasar karena didorong rasa marah akibat sikap keras kepala ayah. Ayah tanpa banyak bicara lalu segera berbenah. Dia masukkan baju-bajunya kedalam tas dan kami berangkat. Selama dalam perjalanan, kami tak berbicara sepatah kata pun. Saat itu ayah tahu bahwa saya sedang marah. Ia pun enggan menyapa saya.! Setibanya di stasiun, saya lalu mengantarnya ke bus. Setelah itu saya Pamit dan terus turun dari bus. Ayah tidak mau melihat saya, matanya memandang keluar jendela. Setelah bus berangkat, saya lalu kembali ke mobil. Saat melewati halaman stasiun, saya melihat tumpukan kue pisang di atas meja dagangan dekat stasiun. Langkah saya lalu terhenti dan teringat ayah yang sangat menyukai kue itu. Setiap kali ia pulang ke kampung, ia selalu minta dibelikan kue itu. Tapi hari itu ayah tidak minta apa pun. Saya lalu segera pulang. Tiba di rumah, perasaan menjadi tak menentu. Ingat pekerjaan di kantor, ingat ayah yang sedang dalam perjalanan, ingat Istri yang berada di kantornya. Malam itu sekali lagi saya mempertahankan ego saya saat istri meminta saya menelpon ayah di kampung seperti yang biasa saya lakukan setiap kali ayah pulang dengan bus. Malam berikutnya, istri bertanya lagi apakah ayah sudah saya hubungi. "Nggak mungkin belum tiba," jawab saya sambil meninggikan suara. Dini hari itu, saya menerima telepon dari rumah sakit Teluk Intan. "Ayah sudah tiada." kata sepupu saya disana. "Beliau meninggal 5 menit yang lalu setelah mengalami sesak nafas saat Maghrib tadi." Ia lalu meminta saya agar segera pulang. Saya lalu jatuh terduduk di lantai dengan gagang telepon masih di tangan. Istri lalu segera datang dan bertanya, "Ada apa, bang?" Saya hanya menggeleng-geleng dan setelah agak lama baru bisa berkata, "Ayah sudah tiada!!" Setibanya di kampung, saya tak henti-hentinya menangis. Barulah saat Itu saya sadar betapa berharganya seorang ayah dalam hidup ini. Kue pisang, kata-kata saya kepada ayah, sikapnya sewaktu di rumah, kata-kata istri mengenai ayah silih berganti menyerbu pikiran. Hanya Tuhan yang tahu betapa luluhnya hati saya jika teringat hal itu. Saya sangat merasa kehilangan ayah yang pernah menjadi tempat saya mencurahkan perasaan, seorang teman yang sangat pengertian dan ayah yang sangat mengerti akan anak-anaknya. Mengapa saya tidak dapat merasakan perasaan seorang tua yang merindukan belaian kasih sayang anak-anaknya sebelum meninggalkannya buat selama-lamanya. Sekarang 5 tahun telah berlalu. Setiap kali pulang ke kampung, hati saya bagai terobek-robek saat memandang nisan di atas pusara ayah. Saya tidak dapat menahan air mata jika teringat semua peristiwa pada saat-saat akhir saya bersamanya. Saya merasa sangat bersalah dan tidak dapat memaafkan diri ini. Benar kata orang, kalau hendak berbakti sebaiknya sewaktu ayah dan ibu masih hidup. Jika sudah tiada, menangis airmata darah sekalipun tidak berarti lagi. Kontributor : Dwi Yoga Dwi.Yoga@snsgroup.co.id ------------

Anak Kecil dan Neraka

Ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, ketika dia berjalan-jalan, terpandang seorang anak kecil sedang mengambil wudhu' sambil menangis. orang tua itupun berkata, "Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?" Maka berkata anak kecil itu, "Wahai bapak, saya telah membaca ayat al-Qur'an yang berbunyi, "Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum" yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu." Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka." Berkata orang tua itu, "Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalm api neraka." Berkata anak kecil itu, "Wahai bapak, engkau adalah orang yang berakal, tidakkah bapak lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa." Berkata orang tua itu, sambil menangis, "Sesungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?" Kontributor : Dwi Yoga Dwi.Yoga@snsgroup.co.id ------------

Andaikata Rasulullah Menjadi Tamu Kita

Bayangkan apabila Rasulullah dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah sudi menginap beberapa hari di rumah kita. Beliau tentu tersenyum........ Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat Video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam. Beliau tentu tetap tersenyum........ Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa. Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita meletakkannya di ruang tamu. Beliau tentu tersenyum....... Bagaimana bila kemudian Rasulullah bersedia menginap di rumah kita? Barangkali kita teringat bahwa kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Shalawat kepada Rasulullah SAW. Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mempelajarinya. Beliau tentu tersenyum........ Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Indonesian Idols atau AFI. Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang shalat. Atau barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah. Beliau tentu tersenyum........ Belum lagi koleksi buku-buku kita. Belum lagi koleksi kaset kita. Belum lagi koleksi karaoke kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita? Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun adzan berbunyi. Beliau tentu tersenyum........ Barangkali kita menjadi malu karena pada saat Maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV. Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan shalat sunnah. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al-Qur'an. Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita. Beliau tentu tersenyum....... Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita. Betapa senyum beliau masih ada di situ........ Bayangkan apabila Rasulullah tiba-tiba muncul di depan rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita? Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu. Maafkan kami ya Rasulullah......... Masihkah beliau tersenyum? Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........ Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........ Pikiran yang terbuka dan mulut yang tertutup merupakan suatu kombinasi kebahagiaan. Jangan jadikan Penghalang sebagai hambatan, tetapi jadikan sebagai pendorong aktifitas. Siapa yang mendiamkan saja kejahatan merajalela, dia itu membantu kejahatan! Sehalus-halusnya musibah adalah ketika kedekatan kita denganNya perlahan-lahan terenggut dan itu biasanya ditandai dengan menurunnya kualitas ibadah Kontributor : Joko Purwanto Joko.Purwanto@snsgroup.co.id ------------