Menurut science modern sekitar 150 juta km.
Bolehkah kita meragukan hasil itu...??
Boleh saja, selama kita mampu memberikan alternatif perhitungan dengan menggunakan metode ilmiah dan bisa dilakukan oleh banyak orang.
---
Berdasarkan pemikiran di atas, selama hampir 1 bulan saya mencoba untuk mencari metode yang tepat untuk menghitungnya dengan harapan hasil yang didapatkan bisa mendekati jarak yang sebenarnya.
Panduan ini merupakan metode yang saya susun sendiri dan bisa saya pertanggungjawabkan.
Hasilnya BUKAN merupakan suatu fakta yang pasti benar, tetapi membutuhkan penelitian lebih lanjut. Oleh karenanya metode ini saya sharing disini dengan harapan pembaca juga melakukan percobaan yang sama. Dengan banyaknya hasil data percobaan, maka dapat dibuat sebuah hipotesa yang bisa mendekati kenyataan sesungguhnya.
Pontianak merupakan kota yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Sebagai kota yang dilewati oleh garis khatulistiwa, ada kejadian unik yang terjadi hanya 2 kali dalam setahun yaitu titik kulminasi. Pada saat titik kulminasi ini maka posisi matahari akan tepat berada di atas benda sehingga "menghilangkan" semua bayangan benda tersebut.
Berdasarkan fakta tidak adanya bayangan ini, jika diasumsikan ditarik garis lurus dari lokasi titik kulminasi menuju matahari, kemudian di tarik garis mendatar terhadap garis lurus, maka akan di dapatkan sudut sebesar 90 derajat (sudut siku-siku).
Ini asumsi awalnya...

Bagaimana metode percobaannya...?
1). Kita harus tau dulu tempat dan waktu kapan kulminasi terjadi. Silakan googling untuk lokasi dan waktunya.
2). Tentukan beberapa titik lain, bebas dimanapun (untuk selanjutnya saya sebut titik percobaan). Namun jaraknya harus cukup jauh dari area kulminasi. Ukur jaraknya (bisa menggunakan google map).
3). Pada titik percobaan dirikan tongkat sepanjang 2 meter (ukuran sebenarnya bebas hanya untuk memudahkan perhitungan).
4). Ukur panjang bayangan yang muncul TEPAT pada saat terjadinya kulminasi (dalam satuan terkecil, centimeter / milimeter).
5). Lakukan perhitungan matematis dengan menggunakan trigonometri.
6). Silakan bandingkan hasilnya dengan menggunakan beberapa titik percobaan berbeda.
---
Percobaan ini BUKAN untuk mencari jarak yang sebenarnya. Hanya untuk mencari jarak yang mendekati. Oleh karena itu banyak faktor yang diabaikan. Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya selisih perhitungan (error) :
1. Lengkung bumi (menurut aturan GE). Untuk meminimalkan ini cari titik percobaan yang jaraknya hanya terpisah 1-2 zona waktu saja. Jika memungkinkan dalam 1 zona waktu.
2. Jarak antara 2 titik (titik kulminasi dan titik percobaan). Karena keterbatasan peralatan (hanya menggunakan google map).
3. Waktu
---
Berikut hasil percobaan saya :
1. Titik kulminasi (Tugu Khatulistiwa Pontianak)
2. Titik Percobaan (Apartment Dian Regency, Surabaya, Jawa Timur).
Terimakasih untuk Bpk Soegianto Soelistiyono yang sudah membantu saya melakukan percobaan.
3. Jarak 2 titik di atas berdasarkan google map adalah 899,94 km
4. Tinggi tongkat yang digunakan 117 cm
5. Panjang bayangan yang terukur 22,9 cm
---
Dengan mengukur panjang tongkat dan panjang bayangan yg terbentuk, kami dapat mengetahui sudut yg dibentuk pada bidang miringnya.
Dengan mengetahui jarak dari titik kulminasi ke lokasi percobaan + panjang bayangan dan menganggap sisi miringnya lurus menuju matahari...
Maka jarak antara titik kulminasi (Bumi) - Matahari dapat dihitung.
Berikut perhitungannya :
---
Data hasil Percobaan
Panjang (Tongkat) AC = 117 cm
Panjang (Bayangan Tongkat) AB = 22,9 cm
Maka Sudut ABC adalah :
tan〖α=〗 𝑨𝑪/𝑨𝑩= 𝟏𝟏𝟕/(𝟐𝟐,𝟗)
tan〖α=〗 5,10917
Jelasnya perhatikan gambar :

MN = Tinggi Matahari
M = Lokasi Kulminasi
A = Lokasi Penelitian
MA = 899,94 km = 89.994.000 cm
MB = 89.994.000 + 22,9 = 89.994.022,9 cm
tan〖∝ = 𝑴𝑵/𝑴𝑩〗
5,10917 = 𝑴𝑵/(𝟖𝟗.𝟗𝟗𝟒.𝟎𝟐𝟐,𝟗)
MN = 5,10917 x 89.994.022,9
MN = 459.794.761,979993 cm
MN = 4.597,9476 km
atau 4.598 km (pembulatan)
Jelasnya perhatikan gambar :

Hasil yang di dapat dari perhitungan jarak Bumi - Matahari di atas adalah 4.598 km.
Tentu ini BUKAN JARAK SEBENARNYA. Hanya jarak yang mendekati karena kebanyakan error di atas. Tetapi ini jadi patokan awal saya, walau pun errornya tinggi tentu masih jauh dari 150 juta km seperti klaim science modern.
HARAPAN SAYA, rekan-rekan di forum ini dapat melakukan percobaan yang sama. Sehingga dapat diketahui range-nya, yang memungkinkan kita untuk mengetahui jarak yang benar-benar mendekati jarak sesungguhnya. Bagi yang sudah melakukan percobaan yang sama, apapun hasilnya, mohon di sharing ke saya.
Terimakasih
---
NB. saya cantumkan gambar foto di FB supaya rekan-rekan juga bisa membaca hasil diskusi saya dengan teman-teman saya yang lain.
-----
Update 18/10/2016
Bagi rekan2 pembaca, mungkin ada yang sudah pernah berdiskusi dengan teman2 nya yg lain seperti yang saya lakukan.
Kebanyakan dari mereka yang menolak, berargumen bahwa sinar matahari ke bumi tegak lurus di manapun (karena begitu besarnya matahari), dan bayangan yang terbentuk di bumi terjadi karena lengkung bumi. Pendapat mereka ini yang kemudian membuat kami (saya dan Pak Soegianto Soelistiono) melakukan perhitungan ala GE dengan memasukan koreksi lengkung bumi dan mendapatkan angka sekitar 15ribuan km (silakan baca diposting saya di halaman berikutnya di thread ini). Namun, metode ini kembali dibantah karena asumsi sudut.
Baik, daripada berbantah2an. Malam ini, saya mendapatkan inspirasi setelah berdiskusi dengan rekan2 saya. Bahwa metode ini sudah benar.
MENGAPA....??
1. Jika memang sinar matahari tegak lurus ke bumi dan bayangan terbentuk karena lengkung bumi... Bagaimana mungkin bayangan ini bisa dijadikan acuan untuk menunjukkan secara tepat lokasi tertentu berdasarkan arah bayangan...?? Misalnya, metode klasik penentuan arah kiblat
2. Jika sinar matahari dianggap sebagai gelombang bidang (planar)/tegak lurus datang ke bumi, bagaimana menjelaskan sinar yang terjadi pada gerhana matahari (model GE; silakan lihat gambar, arah sinar tidak tegak lurus ke bumi)....??

Silakan cari referensinya sendiri ya....
Jadi tidak sabar menunggu kulminasi berikutnya di bulan Maret..
sumber : adji Mahasiswa Fakultas MIPA Jurusan Fisika, Pontianak Kalimantan Barat