Senin, 04 Juni 2012

Menangislah…..

Kesempurnaan penciptaan manusia sebagai suatu kelebihan yang diberikan Allah, bukanlah menjadi alasan manusia untuk sombong dan berlaku angkuh di muka bumi. Tidak untuk menunjukkan bahwa ia lebih baik dari makhluk Allah lainnya. Karena jika demikian, tentulah manusia tidak sedikitpun menampakkan perbedaannya dengan iblis yang terkena murka Allah karena merasa lebih baik dari manusia (Adam). Sungguh, jika manusia mau bertafakur merenungi hakikat penciptaan dirinya dengan segala kesempurnaannya, tentulah tak ada manusia yang ingkar dan mempersekutukan Allah. Hanya saja, disinilah letak kebodohan manusia, sehingga seringkali terlihat manusia-manusia yang berjalan dengan membusungkan dada. Padahal, kalau saja manusia mau belajar dari setiap kejadian di atas muka bumi, tentulah tidak ada yang bodoh dengan menentang setiap perintah dan ketentuan-Nya. Seringkali manusia terlalu merasa hebat, sehingga Allah pun memperlihatkan kepadanya bahwa segala kekuatan, kekuasaan, kelebihan, kehebatan yang dimiliki manusia itu bahkan tak terlihat sebesar atom (partikel terkecil). Pun bila dibandingkan dengan apa yang dimiliki Allah yang maha besar. Meski seringkali pula Allah menunjukkan kepada manusia, bahwa segala rencana, kehendak manusia takkan pernah bisa terwujud tanpa gerakan tangan-Nya. Bahwa setiap keinginan manusia tidak selamanya sesuai dengan keinginan-Nya, dan bahwa tidak jarang pula Allah memberikan hikmah kepada manusia dari setiap kegagalan. Jika sudah demikian, biasanya manusia akan menangis, semakin dekat ia dengan Allah, maka biasanya makin mudah manusia meneteskan air matanya. Makin merasa ia begitu bergantung kepada sang maha mengatur, semakin sering matanya lembab berlinang air. Dan semakin ia tahu bahwa segala sesuatunya hanyalah kehendak Allah kejadiannya, genangan air di kelopak matanya pun takkan pernah ada habisnya. Manusia hanya bisa berharap, berkeras, manusia hanya bisa berkeinginan, dan manusiapun hanya diberikan wewenang untuk berencana. Jika kemudian ada harapan dan tujuan yang tercapai, ada keinginan yang terpenuhi dan ada rencana-rencana yang terrealisasi, maka sesungguhnya Allah lah yang berkehendak atas semua itu. Hanya saja, sedikit manusia yang bersyukur dan mengingat bantuan-Nya dari semua yang telah diraihnya itu. Namun jika kemudian segalanya terjadi di luar rencana, harapan dan keinginan, karena Allah berkehendak lain, barulah manusia mengingat-Nya. Manusia begitu menyadari bahwa dirinya tak mampu berbuat apa-apa jika Allah sudah berkehendak. Jika demikian, manusia biasanya menangis. Namun sekali lagi, ketika setelah menangis, ada harapan dan keinginan yang terwujud, ia pun tertawa dan kembali lupa kepada sang pemberi harapan. Maka janganlah heran, jika kemudian Allah selalu berkehendak diluar rencana manusia, karena manusia itu sendiri tidak semakin dekat kepada-Nya. Dan karena itu manusia sering menangis, melelehkan air matanya tatkala merasa dirinya hancur, obsesinya gagal, harapannya tak terkabul, cita dan cintanya berantakan, bahkan mereka bisa saja menangis sekeras-kerasnya apabila apa yang sudah diupayakan sekuat tenaga, seumur hidupnya, menemui kebuntuan. Tak mengapa, Menangislah…..kenapa harus merasa cengeng saat kita meneteskan air mata. Toh sejak kecil kita sudah terbiasa menangis. Saat kita masih bayi, menangis adalah cara terbaik untuk memberitahu bahwa kita lapar, haus, atau sekedar minta digantikan popok. Kita juga terbiasa menangis jika orang tua kita tak membelikan mainan yang sangat diinginkan. Menangis juga kita lakukan saat uang jajan kita kurang dari biasanya. Dan masih banyak lagi air mata mengalir, saat gagal ujian mungkin, atau saat ditinggal orang tercinta. Sekarang, menangis mungkin juga cara terbaik untuk memberitahu kepada Allah, bahwa kita begitu lemah dan akan sangat bergantung kepada-Nya. Taka apa, Menangislah…..karena menangis adalah cara Allah untuk menunjukkan kekuasaan dan kemahabesaran-Nya. Air mata itu mungkin saja diciptakan untuk menyadarkan manusia agar senantiasa mengingat Allah. Titik-titik air bening dari mata itu bisa jadi adalah teguran Allah terhadap riak kenistaan yang kerap mewarnai kehidupan ini. Seperti Allah menurunkan hujan dari langit, untuk mengairi bumi dari kekeringan. Seperti itu juga tangis manusia, akan membasahi kekeringan hati dan melelehkan kerak kegersangan agar senantiasa menghadirkan kembali wajah Allah yang mengiringi setiap langkah ini selanjutnya. Tak perlu sungkan, Menangislah….. mungkin air mata itu akan mampu merontokkan bongkah-bongkah keangkuhan dalam dada ini sehingga semakin menyadarkan kita bahwa hanya Allah yang berhak berlaku sombong. Mungkin juga air mata itu akan melelehkan pandangan mata ini dari menganggap remeh orang lain dan semakin menjernihkan kaca mata ini untuk lebih bisa melihat kemahabesaran dan kekuasaan-Nya. Atau mungkin air mata itu akan membersihkan debu-debu pengingkaran yang menyesaki kelopak mata kita, sehingga seringkali kita lupa bersyukur atas setiap nikmat-Nya. Biarlah air mata itu terus menetes, toh dengan itu hati ini akan semakin basah dengan ketawadhu’an, qona’ah, juga menumbuhkan cinta terhadap sesama. Mungkin air mata itu akan semakin membanjiri setiap relung hati ini dengan kesadaran akan kembali kita kepada-Nya. Biarlah kemudian, hari-hari selanjutnya penuh dengan air mata. Air mata ketakutan akan adzab Allah yang sangat pedih. Sungguh, air mata yang demikian akan mampu menyelamatkan kita. Air mata yang terus mengalir tatkala menyaksikan bentuk-bentuk ketidak adilan, kesewenang-wenangan, penindasan dan kezhaliman. Sungguh, air mata inilah yang akan memberikan tenaga sedemikian dahsyat untuk kemudian membela dan mengangkat yang lemah. Air mata yang tak pernah berhenti saat kita semakin mendekatkan diri ini dalam do’a, lafaz-lafaz dzikrullah, dan dalam keheningan malam bersama-Nya. Sungguh, insya Allah air mata inilah yang dapat membuat kita tersenyum di yaumil akhir kelak. Wallahu a’lam bishshowab. Kontributor: Agus Cahyana Agus.Cahyana@snsgroup.co.id -----------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar