Kamis, 07 Agustus 2014

hati hati mebaca berita Syiah ‘Menumpang’ dalam Isu ISIS

ISIS, yang keberadaannya masih menimbulkan banyak pertanyaan publik tiba-tiba dijadikan ‘senjata’ baru untuk memojokkan umat mayoritas, Ahlus Sunnah wal Jamaah
Waspadai, Syiah ‘Menumpang’ dalam Isu ISIS

Tokoh Syiah Jalaluddin Rahmat (berbaju putih) bersama kalangan gereja kampanye menolak ISIS

HARI-hari ini, pemberitaan tentang gerakan Daulah Islamiyah Iraq wa Syam (ISIS/ISIL) seolah menjadi trending topic di media massa. Kekhalifahan yang didirikan di Iraq – yang sebenarnya tidak diakui oleh Persatuan Ulama Internasional– (hidayatullah.com 6 Juli 2014) seolah menyita pemberitaan menggeser sidang kampanye kecurangan Pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK).
Di tengah kesimpang siuran khilafah bentukan ISIS itu, Syiah Indonesia menumpanginya dengan memfitnah Ahlus Sunnah secara umum.
Seperti diketahui, kelompok ISIS, di Suriah memang berperang melawan pemerintah Bashar Asad yang beraliran Syiah Nushairiyah. Harap dicatat, ISIS hanya salah satu faksi perlawanan. Di Suriah masih banyak faksi-faksi pejuang dari Sunni berperaang, termasuk Jabhah Nusrah, Ahrar Syam dll. Kedua faksi ini juga berhadapan dengan kekejaman Syiah di Suriah.
Namun, mengapa keberadaan ISIS tiba-tiba diblow-up?
Pertama, barangkali karena memiliki kekhasan tersendiri, yakni bercita-cita mendirikan Khilafah Islam. Serta aksi-aksinya yang ekstrim menghabisi lawan-lawannya. Namun, bisa juga media-media Barat membesarkan wujud ISIS ini secara massif.

Kedua, di Iraq, perlawanan terhadap penjajah Amerika dan kelompok Syiah juga tidak hanya ISIS. Mujahidin Sunni di Iraq di antaranya; Dewan Militer Revolusioner Iraq atau General Military Council for Iraqi Revolutionaries (GMCIR), Tentara Islam Iraq atau Islamic Army of Iraq (IAI), Tentara Tareqat Naqsyabandiyah, dan Dewan Kebangkitan Iraq. Di antara mereka adalah mantan tentara Iraq, loyalis Saddam Hussein.
Mujahidin Tarekat Naqsyabandiyah bahkan lebih dahulu berdiri sebelum ISIS, yakni tahun 2003. Faksi mujahidin ini tidak mau ikut dalam proses politik, namun mereka hanya ingin melawan para penguasa (Syiah) yang dzalim.
Faksi-faksi mujahidin Sunni selain ISIS ini memang tidak banyak dibahas di media. Mereka bertempur dengan penjajah dan tentara Syiah. Fenomena ISIS makin mencuat setelah ISIS menguasai kota Mosul Iraq. Namun, sejumlah pengamat menilai jatuhnya Mosul dan Tikrit adalah bukan semata karena kekuatan personil ISIS, melainkan karena dukungan kelompok bersenjata faksi mujahidin yang dahulunya adalah loyalis mantan penguasa Iraq, Saddam Husein.

Sekali lagi harap dicatat, bahwa ISIS hanyalah salah satu bagian faksi di antara faksi-faksi lainnya yang berjuang melawan kedzaliman Syiah Bashar Assad dan kezaliman penguasa dukungan Syiah Iran dan penjajah AS di Iraq.

Karena itulah, Syiah paling berkepentingan agar ISIS bisa dihapus di muka bumi, khususnya di Iraq, di mana pemerintahan Syiah Nuri Al Maliki yang didukung Syiah Iran.
Karena ada latar belakang konflik Sunni-Syiah ini, kelompok Syiah Indonesia menjadikan isu ISIS sebagai komoditi kampanye hitam memojokkan Ahlus Sunnah. Kelompok Syiah di Indonesia menyambut isu ini dengan memanfaatkannya untuk kepentingan keamanan ideologinya. Bahkan, pernyataan Syiah baru-baru ini berbau adu domba. Terbukti  ketika Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaludin Rakhmat menuding bahwa akar masalah konflik di Indonesia adalah umat Islam Ahlus Sunnah yang anti terhadap Syiah. Ia juga menuding Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah parpol dan ormas Islam membantu ISIS untuk menghancurkan Syiah.

Jalaluddin Rakhmat membabi-buta menggeneralisasi isu. Ia mengatakan siapa yang anti-Syiah dia mendukung ISIS. “Kelompok anti-Syiah adalah prospek utama pemicu konflik di Indonesia, dengan membantu ISIS untuk menghancurkan Syiah. Kelompok tersebut seperti MUI, MIUMI, dan orang-orang di PKS tidak menyukai Syiah,” kata orang yang akrab disapa kang Jalal (bumisyam.com 5/08).
ISIS, yang keberadaannya masih menimbulkan banyak pertanyaan publik  tiba-tiba dijadikan ‘senjata’ baru untuk memojokkan umat mayoritas, Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Manuver Syiah menyebut MUI ikut bagian kelompok mendukung ISIS saja, sudah stigma yang mempunyai bobot dan tujuan tak sederhana.
MUI adalah salah satu representasi mayoritas organisasi Sunni di seluruh Indonesia. Jika MUI saja dituduh Syiah, bagaimana yang lain?
Pernyataan Jalal sekaligus mengamankan eksistensi Syiah di Indonesia yang akhir-akhir ini sudah diungkap kesesatan dan bahayanya bagi NKRI.
Sebagaimana di Suriah dan Iraq, kaum Muslimin di Indonesia yang menolak Syiah bukan secara otomatis pendukung ISIS. Penolakaan Syiah semata berdasarkan atas penyimpangan akidah Syiah, dan bahayanya bagi NKRI. Ingat, Syiah hanya tunduk pada imam mereka di Iran, bukan di Indonesia.

hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar